Patofisiologi Psoriasis
Patofisiologi psoriasis masih belum diketahui pasti karena akar penyebab utamanya masih belum diketahui secara jelas. Psoriasis merupakan penyakit kulit inflamasi kronis, dengan dasar genetik yang kuat, ditandai dengan perubahan yang kompleks pada pertumbuhan dan diferensisasi epidermal, biokimia, sistem imun, kelainan vaskuler, dan fungsi sistem saraf. [3]
Pada orang normal, produksi sel kulit berlangsung sekitar 3-4 minggu, dimana sel kulit baru tumbuh di bagian terbawah dan secara perlahan naik ke permukaan kulit dan kulit yang berada di atasnya akan apoptosis sehingga berkurang dengan sendirinya. Pada penderita psoriasis, proses tersebut hanya berlangsung sekitar 3-7 hari menyebabkan peningkatan produksi sel. [6,7] Percepatan dari siklus hidup sel kulit menyebabkan produksi yang meningkat dan terus menerus, sehingga sel kulit tersebut terdorong dan menumpuk ke permukaan kulit sehingga menunjukkan gambaran plak keras pada area yang terkena. [8]
Proses genetik dan kelainan sistem imun berperan penting dalam terjadinya psoriasis. [6] Beberapa orang mewarisi gen yang menyebabkan mereka cenderung lebih mudah terkena psoriasis. Sampai saat ini telah ditemukan setidaknya 8 lokus kromosom yang berkaitan dengan psoriasis. Lokus tersebut dikenal dengan nama PSORS I-VIII. Penelitian mendetail tentang pemetaan gen telah menemukan bahwa HLA-Cw6 allele yang juga dikenal sebagai PSORS1 merupakan gen utama yang berperan pada kejadian psoriasis. [3]
Pada penderita psoriasis terdapat kelainan sistem imun dimana leukosit sel-T menerima sinyal yang salah yang menyebabkan penyerangan terhadap sel kulit. Secara spesifik, epidermis diinfiltrasi oleh sejumlah besar sel-T teraktivasi, dimana sel-T yang teraktivasi mampu menginduksi proliferasi keratinosit. Pada akhirnya, proses inflamasi dengan produksi besar dari sitokin (TNF- α, interferon-ᵞ, interleukin-12) , menyebabkan munculnya gambaran klinis dari psoriasis. [4,6]
Perubahan respon imun dan kelainan genetik menyebabkan hiperplasia sel epidermal dan dilatasi pembuluh darah superfisial yang akan membuat peningkatan kecepatan turnover atau pergantian siklus hidup sel kulit, menyebabkan maturasi sel yang tidak baik. [4]