Patofisiologi Kandidiasis Mukokutan
Patofisiologi kandidiasis mukokutan berhubungan dengan virulensi agen, kerentanan host, dan faktor lingkungan. Spesies Candida albicans merupakan flora normal pada manusia. Jamur ini berkoloni secara fisiologis pada kulit, membran mukosa saluran pencernaan, genitourinaria, dan saluran pernapasan. Selain itu, jamur ini juga hidup pada benda dan alam sekitar manusia.[1,4]
Jamur candida yang merupakan flora normal tubuh dapat berubah menjadi patogen pada individu dengan imunokompromise, seperti pada pasien HIV, tuberkulosis, atau lupus eritematosus sistemik dengan keadaan umum buruk. Dapat juga terjadi pada kehamilan, bayi, lansia, dan pasien gangguan endokrin seperti diabetes mellitus.[4,5]
Faktor lingkungan seperti iklim, panas, dan kelembaban udara dapat menyebabkan meningkatnya produksi keringat dan menunjang berkembangnya jamur di mukokutan. Sanitasi dan hygiene kulit host juga berperan penting. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush dan balanitis, melalui ciuman dan hubungan seksual dapat menyebabkan penularan.[4,5]
Patofisiologi Chronic Mucocutaneous Candidiasis (CMC)
Kandidiasis mukokutan kronis merupakan infeksi jamur candida pada mukokutan yang bersifat berulang dan persisten seumur hidup. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi hanya pada individu yang memiliki kerentanan tertentu terhadap jamur candida. Kerentanan ini disebabkan oleh suatu abnormalitas pada sel Limfosit T interleukin (IL)-17. Pasien yang mengalami defisiensi ataupun menurunnya fungsi Limfosit T seperti pada pasien AIDS, akan sangat rentan mengalami CMC. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa adanya mutasi gen berpengaruh terhadap kerentanan individu pada penyakit ini.[1,4]