Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Efek Samping dan Interaksi Obat Lithium general_alomedika 2020-09-16T10:52:58+07:00 2020-09-16T10:52:58+07:00
Lithium
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Lithium

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Efek samping lithium dapat mengganggu fungsi ginjal dan gangguan saraf. Lithium dapat mengalami interaksi dengan banyak obat sehingga penggunaannya perlu hati-hati.

Efek Samping

Penggunaan lithium yang tidak sesuai dapat menyebabkan toksisitas. Beberapa efek samping lain juga bisa timbul, misalnya poliuria, hiponatremia, dan gagal ginjal.

Toksisitas Lithium Akut

Konsentrasi toksik untuk lithium adalah ≥1,5 mEq/L. Adanya diare, muntah, mengantuk, kelemahan otot, atau kurang koordinasi tubuh dapat menjadi gejala awal dari toksisitas.

Pada konsentrasi yang lebih tinggi, akan timbul pusing, ataksia, penglihatan kabur, tinnitus, dan urine output meningkat.

Tanda neurologis toksisitas lithium dapat berupa tremor halus, kepala pusing, kelemahan, apatis, hiperrefleks, bahkan sampai klonus, kejang, dan koma.

Lithium-Induced Poliuria

Pengobatan lithium jangka panjang dapat menyebabkan asidosis tubular renal sehingga dapat terjadi poliuria. Untuk mencegah retensi dan toksisitas lithium, pasien disarankan untuk menghindari dehidrasi.

Hiponatremia

Lithium dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia melalui penurunan reabsorbsi natrium pada tubulus renal. Oleh karena itu, pasien yang mengkonsumsi lithium perlu menjaga komposisi makanan, termasuk garam dan asupan cairan yang cukup (2500-3000 mL).

Lithium Induced Chronic Kidney Disease

Penggunaan lithium jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya nefropati tubulointerstisial kronik. Pada pemeriksaan biopsi pasien dengan lithium, ditemukan adanya atrofi tubular, fibrosis interstitial, sklerosis glomerulus, dilatasi tubular, dan atrofi nefron.

Sindrom Ensefalopati

Sindrom ensefalopati ditandai dengan adanya kelemahan, demam, bingung, gejala ekstrapiramidal, leukositosis, dan peningkatan gula darah puasa.

Sindrom Serotonin

Tanda dan gejala dari sindrom serotonin adalah perubahan status mental, instabilitas otonom, tremor, rigiditas, mioklonus, dan hiperrefleks. Penghentian obat lithium secara tiba-tiba dapat menginduksi sindrom serotonin.

Hipotiroid atau Hipertiroid

Lithium dapat menghambat sintesis dan pelepasan hormon tiroid sehingga menyebabkan hipotiroidisme. Namun, pada beberapa kasus didapatkan kejadian hipertiroid seperti penyakit Grave, goiter multinodular toksik, dan tiroiditis tersembunyi pada pemakaian lithium. [3]

Interaksi Obat

Interaksi lithium dengan obat lain harus diperhatikan karena dapat meningkatkan risiko toksisitas dan timbulnya efek samping. Lithium dapat berinteraksi dengan berbagai obat berikut:

Meningkatkan Konsentrasi Lithium

Agen diuretik, obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), antagonis sistem renin-angiotensin (ACE-Inhibitor) seperti captopril, bloker reseptor angiotensin (ARB) seperti candesartan, dan antibiotik nitroimidazole dapat meningkatkan konsentrasi lithium. Agen diuretik dapat menginduksi kehilangan natrium sehingga menurunkan klirens dan meningkatkan konsentrasi lithium serum. OAINS dan antibiotik nitroimidazole dapat menurunkan aliran darah renal dan klirens renal.

Menurunkan Konsentrasi Lithium

Penggunaan lithium dengan acetazolamide, agen alkalinizing, dan urea dapat menurunkan konsentrasi lithium serum melalui peningkatan ekskresi lithium di urine.

Meningkatkan Risiko Efek Samping

Penggunaan metildopa, fenitoin, dan carbamazepine dapat meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas lithium. Penggunaan bersama agen penghambat kanal kalsium dapat meningkatkan risiko efek samping neurologis (ataksia, nausea, muntah, dan/atau tinnitus). [3]

Referensi

3. Food and Drug Administration. Lithium. [internet].[cited 2018 December 19]. Available from: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2016/017812s027,018421s025,018558s021lbl.pdf

Indikasi dan Dosis Lithium
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Telemedicine dan Peresepan Obat Psikotropika Selama COVID-19
    Telemedicine dan Peresepan Obat Psikotropika Selama COVID-19
  • Risiko Stroke pada Penggunaan Mood Stabilizer untuk Gangguan Bipolar
    Risiko Stroke pada Penggunaan Mood Stabilizer untuk Gangguan Bipolar
  • Pilihan Terapi Optimal pada Sakit Kepala Cluster
    Pilihan Terapi Optimal pada Sakit Kepala Cluster
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 15:59
Mata merah pada bayi 10 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya.Pasien bayi perempuan usia 10 bulan datang dengan mata kiri merah sejak 1 hari, gatal (+), berair(+), kotoran (+), mata kiri lebih...
Anonymous
Hari ini, 15:30
Perbedaan Kadar Kolesterol
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo, ijin bertanya dok. Ada pasien wanita Kakak (51 tahun) dan adik (48 tahun) datang ke klinik untuk dilakukan pemeriksaan kolesterol. Adik dan kakak...
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 15:19
Teknik Plester Kupu-Kupu untuk Luka Ringan - Video Alomedika
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
2 Balasan
ALO Dokter!Dokter pernahkah menemui pasien yang mengalami luka robek ringan namun takut untuk dijahit?Nah, Alomedika Hacks Series memiliki tips mudah untuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.