Efek Samping dan Interaksi Obat Lithium
Efek samping lithium dapat mengganggu fungsi ginjal dan gangguan saraf. Lithium dapat mengalami interaksi dengan banyak obat sehingga penggunaannya perlu hati-hati.
Efek Samping
Penggunaan lithium yang tidak sesuai dapat menyebabkan toksisitas. Beberapa efek samping lain juga bisa timbul, misalnya poliuria, hiponatremia, dan gagal ginjal.
Toksisitas Lithium Akut
Konsentrasi toksik untuk lithium adalah ≥1,5 mEq/L. Adanya diare, muntah, mengantuk, kelemahan otot, atau kurang koordinasi tubuh dapat menjadi gejala awal dari toksisitas.
Pada konsentrasi yang lebih tinggi, akan timbul pusing, ataksia, penglihatan kabur, tinnitus, dan urine output meningkat.
Tanda neurologis toksisitas lithium dapat berupa tremor halus, kepala pusing, kelemahan, apatis, hiperrefleks, bahkan sampai klonus, kejang, dan koma.
Lithium-Induced Poliuria
Pengobatan lithium jangka panjang dapat menyebabkan asidosis tubular renal sehingga dapat terjadi poliuria. Untuk mencegah retensi dan toksisitas lithium, pasien disarankan untuk menghindari dehidrasi.
Hiponatremia
Lithium dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia melalui penurunan reabsorbsi natrium pada tubulus renal. Oleh karena itu, pasien yang mengkonsumsi lithium perlu menjaga komposisi makanan, termasuk garam dan asupan cairan yang cukup (2500-3000 mL).
Lithium Induced Chronic Kidney Disease
Penggunaan lithium jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya nefropati tubulointerstisial kronik. Pada pemeriksaan biopsi pasien dengan lithium, ditemukan adanya atrofi tubular, fibrosis interstitial, sklerosis glomerulus, dilatasi tubular, dan atrofi nefron.
Sindrom Ensefalopati
Sindrom ensefalopati ditandai dengan adanya kelemahan, demam, bingung, gejala ekstrapiramidal, leukositosis, dan peningkatan gula darah puasa.
Sindrom Serotonin
Tanda dan gejala dari sindrom serotonin adalah perubahan status mental, instabilitas otonom, tremor, rigiditas, mioklonus, dan hiperrefleks. Penghentian obat lithium secara tiba-tiba dapat menginduksi sindrom serotonin.
Hipotiroid atau Hipertiroid
Lithium dapat menghambat sintesis dan pelepasan hormon tiroid sehingga menyebabkan hipotiroidisme. Namun, pada beberapa kasus didapatkan kejadian hipertiroid seperti penyakit Grave, goiter multinodular toksik, dan tiroiditis tersembunyi pada pemakaian lithium. [3]
Interaksi Obat
Interaksi lithium dengan obat lain harus diperhatikan karena dapat meningkatkan risiko toksisitas dan timbulnya efek samping. Lithium dapat berinteraksi dengan berbagai obat berikut:
Meningkatkan Konsentrasi Lithium
Agen diuretik, obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), antagonis sistem renin-angiotensin (ACE-Inhibitor) seperti captopril, bloker reseptor angiotensin (ARB) seperti candesartan, dan antibiotik nitroimidazole dapat meningkatkan konsentrasi lithium. Agen diuretik dapat menginduksi kehilangan natrium sehingga menurunkan klirens dan meningkatkan konsentrasi lithium serum. OAINS dan antibiotik nitroimidazole dapat menurunkan aliran darah renal dan klirens renal.
Menurunkan Konsentrasi Lithium
Penggunaan lithium dengan acetazolamide, agen alkalinizing, dan urea dapat menurunkan konsentrasi lithium serum melalui peningkatan ekskresi lithium di urine.
Meningkatkan Risiko Efek Samping
Penggunaan metildopa, fenitoin, dan carbamazepine dapat meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas lithium. Penggunaan bersama agen penghambat kanal kalsium dapat meningkatkan risiko efek samping neurologis (ataksia, nausea, muntah, dan/atau tinnitus). [3]