Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Farmakologi Lithium general_alomedika 2018-12-31T08:27:24+07:00 2018-12-31T08:27:24+07:00
Lithium
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Lithium

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Farmakologi lithium diduga berkaitan dengan pelepasan ion natrium di neuron, namun mekanisme pastinya belum diketahui.

Farmakodinamik

Secara in vitro, lithium dapat melepas ion Na+ untuk memproduksi potensial aksi pada neuron. Mekanisme pasti farmakodinamik lithium belum dapat dimengerti secara pasti. Namun, terdapat beberapa postulat cara kerja lithium, yaitu:

  • Karena perbedaan potensial gradien antara lapisan luar dan dalam membran neuronal, membran dapat dialiri potensial aksi. Glutamat (neurotransmitter eksitatori) diduga terlibat dalam farmakodinamik lithium.
  • Lithium memiliki fungsi pengaturan gen melalui efek induksi pada reseptor nukleus, sehingga dapat memengaruhi up atau down regulation dari biosintesis neurotransmitter dan reseptornya. [1]

  • Lithium dapat meningkatkan level serotonin. Berdasarkan sebuah studi, neuron dari nukleus raphae yang diberikan lithium akan menghasilkan serotonin pada saat depolarisasi. Efek serotonergik pada lithium dapat bersifat anti suicidal, antiagresif, dan menunjang efek antidepresan.

  • Lithium dapat menghambat enzim GSK3β yang berpengaruh pada beberapa fungsi biologis yang diatur oleh otak, seperti metabolisme, irama diurnal, dan suhu tubuh. Hal ini memungkinkan otak dapat mengatur kembali fungsinya dengan lebih harmonis. [1,2]
  • Lithium dapat mengubah transpor natrium pada saraf dan sel otot sehingga menginduksi metabolisme katekolamin intraneural. [2]

Farmakokinetik

Lithium dapat diabsorpsi cepat setelah penggunaan oral dan terdistribusi luas pada cairan tubuh.

Absorpsi

Lithium dapat diabsorpsi dengan cepat dan komplet setelah penggunaan oral pada traktus gastrointestinal bagian atas. Konsentrasi serum mencapai puncaknya pada 0,25 - 3 jam setelah administrasi per oral dari sediaan immediate release, serta dalam 2 - 6 jam pada sediaan lepas lambat (sustained-release).

Distribusi

Lithium terdistribusi pada cairan interstitial dan perlahan masuk ke dalam cairan intraseluler. Dapat ditemukan di tulang, kelenjar tiroid, otak, dan ASI. Lithium tidak terikat dengan protein plasma. Kadar lithium akan bertahan dalam serum selama 5-7 hari.

Metabolisme

Lithium tidak mengalami metabolisme.

Eliminasi

Lithium dieksresikan melalui urine. Lithium difiltrasi oleh glomerulus dan 80% akan mengalami reabsorpsi dengan difusi pasif pada tubulus proksimal. Waktu paruh eliminasi lithium diperkirakan 18-36 jam. [2,3]

Referensi

1. Oruch R, Elderbi MA, Khattab HA, Pryme IF, Lund A. Lithium: A review of pharmacology, clinical uses, and toxicity. Eur J Pharmacol. 2014. http://dx.doi.org/10.1016/j.ejphar.2014.06.042
2. Alda M. lithium in the treatment of bipolar disorder: pharmacology and pharmacogenetics. Mol Psychiatry. 2015;20(6):661-670.

Pendahuluan Lithium
Formulasi Lithium

Artikel Terkait

  • Telemedicine dan Peresepan Obat Psikotropika Selama COVID-19
    Telemedicine dan Peresepan Obat Psikotropika Selama COVID-19
  • Risiko Stroke pada Penggunaan Mood Stabilizer untuk Gangguan Bipolar
    Risiko Stroke pada Penggunaan Mood Stabilizer untuk Gangguan Bipolar
  • Pilihan Terapi Optimal pada Sakit Kepala Cluster
    Pilihan Terapi Optimal pada Sakit Kepala Cluster
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 16:50
Terapi T-3 hormone replacement therapy pada Hashimoto's Disease - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie Warapsari, Sp. PD saya ingin bertanya mengenai kapan diperlukan terapi T-3 hormone replacement therapy pada kasus hashimoto disease ya dok?...
Anonymous
Hari ini, 15:53
Obat Herbal dan Suplemen pada Pasien Autoimun - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, sebenarnya obat herbal atau suplemen itu boleh gak ya Dok diberikan untuk pasien autoimun? Karena saya sempat ditanyakan pasien isu beberapa...
Anonymous
Hari ini, 15:50
Rekomendasi Olahraga untuk Pasien SLE - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, ijin bertanya, rekomendasi olahraga yang dapat kita berikan pada pasien dengan SLE apa ya Dok? Adakah jenis olahraga yang tidak diperbolehkan?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.