Efek Samping dan Interaksi Obat Oseltamivir
Efek samping oseltamivir diantaranya berupa rash, dermatitis, mual, muntah, sakit kepala, dan gangguan neuropsikiatri seperti halusinasi. Salah satu interaksi obat yang dilaporkan adalah penggunaan bersama antara oseltamivir dengan probenesid yang dapat menyebabkan peningkatan paparan terhadap oseltamivir karboksilat sebanyak dua kali lipat. Hal ini disebabkan karena penurunan sekresi tubulus ginjal.[2,3]
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan oseltamivir bisa terjadi pada berbagai organ, yaitu:
- Kulit: rash, dermatitis, urtikaria, eksema, toxic epidermal necrolysis, sindrom Steven-Johnson
- Saluran cerna: pada penggunaan oseltamivir untuk terapi, efek samping mual (10%) dan muntah (8%). Sedangkan untuk profilaksis, mual (8%) dan muntah (2%). Efek samping lain yang dilaporkan diantaranya perdarahan gastrointestinal, hepatitis, dan abnormalitas hasil tes fungsi hati. Berdasarkan penelitian Evgeny et al. efek samping berupa muntah adalah efek samping yang paling mengganggu
- Sistem saraf: Pada penggunaan oseltamivir untuk terapi, efek samping sakit kepala terjadi pada 2% pasien, sedangkan untuk profilaksis terjadi pada 17% pasien. Pada laporan postmarketing didapatkan juga efek samping berupa kejang
- Sistem kardiovaskular: aritmia
- Gangguan umum: pada penggunaannya untuk terapi efek samping nyeri terjadi <1% pasien, sedangkan untuk profilaksis terjadi 4%. Efek samping lain misalnya pembengkakan pada wajah atau lidah, alergi, anafilaksis, hipotermia
- Psikiatri: Tingkah laku abnormal, delirium, halusinasi, bingung, delusi.Terdapat sebuah laporan kasus mengenai seorang wanita 57 tahun dengan influenza yang mengalami halusinasi dan delirium setelah menggunakan oseltamivir selama 4 hari. Pada studi oleh Evgeny et al. gangguan psikiatri berupa gangguan cemas dan halusinasi merupakan salah satu efek samping yang paling mengganggu setelah muntah[2,3,15,16]
Pada studi terhadap 1032 anak yang mendapat oseltamivir selama 5 hari dengan dosis 2 mg/kg dua kali sehari, efek samping yang lebih sering terjadi dibandingkan plasebo adalah efek samping berupa muntah (15% vs 9%), nyeri perut (5% vs 4%), dan gangguan telinga (2% vs 1%).[2,3,12,15]
Interaksi Obat
Informasi dari studi farmakologi dan farmakokinetik mengenai fosfat menggambarkan bahwa interaksi obat yang signifikan secara klinis cukup jarang terjadi. Terdapat beberapa potensi interaksi antara oseltamivir dengan obat/zat lain, di antaranya:
Vaksin influenza: Penggunaan bersamaan antara oseltamivir dengan vaksin influenza hidup yang dilemahkan (live attenuated influenza vaccine) belum diteliti. Akan tetapi karena adanya potensi interaksi di antara produk ini, vaksin sebaiknya diberikan 2 minggu sebelum atau 48 jam setelah pemberian oseltamivir, kecuali jika diindikasikan secara medis. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan sifat antivirus dari oseltamivir dapat menghambat replikasi virus pada vaksin tersebut
Probenesid: Penggunaan secara bersamaan menyebabkan peningkatan paparan terhadap oseltamivir karboksilat sebanyak dua kali lipat. Hal ini disebabkan karena penurunan sekresi tubulus ginjal. Akan tetapi karena safety margin oseltamivir karboksilat, tidak ada penyesuaian dosis yang diperlukan ketika penggunaannya bersamaan dengan probenesid[2,3,12]
Oseltamivir dikonversi menjadi oseltamivir karboksilat oleh enzim esterase yang terutama berada di hati. Interaksi obat yang melibatkan kompetisi dengan esterase belum pernah dilaporkan. Oseltamivir hanya sedikit berikatan dengan protein plasma, sehingga interaksi obat yang disebabkan oleh pergeseran ikatan obat dengan protein plasma (drug displacement) kecil kemungkinannya untuk terjadi.[2,3]