Metode Pengambilan Sampel Urine Noninvasif pada Anak

Oleh :
dr. Katharina Listyaningrum Prastiwi

Pengambilan sampel urine pada anak dilakukan dengan metode clean catch. Pemeriksaan urine umumnya dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih (ISK) yang merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh balita, terutama bayi usia kurang dari 2 tahun. Kasus ISK telah dilaporkan dialami oleh 5-7% dari total anak usia bawah dua tahun (baduta) yang mengalami gejala demam. ISK sering kali sulit dideteksi pada anak-anak dikarenakan gejala yang tidak khas.

Pemeriksaan urine pada anak usia di bawah 2 tahun dianggap lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa. Hal ini utamanya karena anak dalam kelompok usia tersebut belum menjalani toilet training, sehingga pengambilan sampel urine dapat memakan waktu dan tenaga.

An,11,Months,Old,Asian,Baby,Sit,On,A,Baby-size

Idealnya, pengambilan sampel urine pada anak dilakukan secara noninvasif, cepat, sederhana, dan lembut. Oleh sebab itu, banyak penelitian dilakukan guna mengetahui metode terbaik dalam pengambilan sampel urine pada anak usia baduta.[1]

Metode Pengambilan Sampel Urine pada Bayi dan Balita

Terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan untuk melakukan pengambilan sampel urin pada anak usia di bawah 2 tahun (baduta). Secara garis besar, metode ini dibagi menjadi dua, yaitu metode invasif dan noninvasif. Kedua metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.[1]

Metode Invasif VS Noninvasif

Metode invasif dilakukan dengan dua acara, yaitu metode pemasangan selang kateter dan metode pungsi suprapubik. Metode invasif merupakan metode yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) terutama bila akan dilakukan kultur urine karena dianggap memiliki risiko kontaminasi yang lebih rendah dan hasil lebih akurat. Meski demikian, metode ini tentunya lebih menimbulkan trauma dan nyeri pada anak.[2] Selain itu, risiko kontaminasi ini disanggah oleh beberapa studi yang menemukan bahwa tingkat kontaminasi antara metode clean catch dan metode kateterisasi pada bayi memiliki persentase yang cenderung sama yaitu antara 5-8%.[2,3]

Sementara itu, metode noninvasif dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui metode nappy pad, clean catch, stimulasi berkemih, dan penggunaan alat penampung urine. Keempat metode ini dinilai lebih ramah anak, tidak menimbulkan nyeri ataupun trauma, dan dapat dilakukan secara lembut. Namun, tentu terdapat tantangan tersendiri yang meliputi waktu tunggu pengambilan sampel yang lebih lama, kontaminasi yang dianggap lebih tinggi, dan dibutuhkan keahlian dari tenaga kesehatan.[4]

Metode Pengambilan Sampel Urine secara Noninvasif pada Bayi dan Balita

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa metode pengambilan sampel urine pada bayi secara noninvasif dapat dilakukan dengan metode nappy pad, clean catch, stimulasi berkemih, dan penggunaan alat penampung urineMasing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, serta persentase kontaminasi yang berbeda-beda.[4]

Metode Noninvasif yang Direkomendasikan

Metode noninvasif yang direkomendasikan adalah metode clean catch dan quick wee. Metode ini memiliki cara pengambilan yang relatif lebih mudah dan risiko kontaminasi yang lebih kecil.

Metode Clean Catch:

Metode yang dianggap cukup signifikan dan minimal risiko kontaminasi adalah metode clean catch. Metode ini dilakukan dengan cara melepaskan popok dari area genital dan menunggu anak untuk berkemih secara spontan. Metode ini memiliki risiko kontaminasi yang lebih rendah, yaitu di bawah 25%, namun diperlukan kesabaran dan refleks yang baik dari tenaga kesehatan yang bertugas. Metode clean catch ini dapat dilakukan dengan bantuan metode lain, yaitu stimulasi suprapubik ataupun metode the Quick-Wee.[4]

Metode Quick-Wee:

Metode the Quick-Wee dilakukan dengan cara mencelupkan kassa ke dalam cairan salin normal suhu rendah (dingin) dan mengusap daerah suprapubik dengan arah memutar selama 1-2 menit. Setelah itu, petugas menunggu proses buang air kecil secara spontan hingga maksimal 5 menit.

Penelitian pada tahun 2017 menunjukkan hasil signifikan dengan menggunakan metode Quick-Wee. Penelitian ini dilakukan pada bayi usia 1-12 bulan dan menunjukkan bahwa metode ini mampu meningkatkan keberhasilan pengambilan sampel urine pada bayi. Stimulasi dingin dan basah dari proses pengusapan area suprapubik ini diduga berhubungan dengan refleks berkemih akibat rangsangan pada kulit. Stimulasi area suprapubik juga diduga memicu kontraksi detrusor parasimpatis melalui mekanisme refleks kandung kemih somatik eksteroseptif.[1,5]

Metode Stimulasi Suprapubik:

Tambahan dalam metode clean catch yang lainnya yaitu dengan metode stimulasi suprapubik. Metode ini dilakukan dengan bantuan 3 orang. Awalnya, orangtua akan diminta untuk memberi makan anaknya 15-30 menit sebelum tindakan. Petugas kesehatan kemudian membersihkan area genital dengan sabun. Setelah itu, orang tua diminta untuk memegang anak dalam posisi berdiri di bawah lengan orang tua.

Petugas lain secara bergantian menepuk lembut daerah suprapubik selama 30 detik dan kemudian memijat daerah lumbar dalam pola melingkar dengan ibu jari selama 30 detik. Proses menepuk dan memijat ini dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang sampai anak berkemih secara spontan, atau maksimal 3 menit. Jika proses berkemih terjadi, petugas lain akan mengumpulkan urine aliran tengah dalam pot urine steril.[6]

Metode yang Tidak Direkomendasikan

Metode nappy pad dan alat pengumpul urine kurang disukai karena lebih memakan waktu dan tenaga, serta memiliki risiko kontaminasi yang lebih besar.

Metode Nappy Pad:

Metode nappy pad merupakan metode yang dilakukan dengan cara menaruh bantalan yang memiliki bagian tengah yang bolong untuk menampung urine ke dalam popok bayi. Metode ini sederhana dan mudah dilakukan, namun memiliki risiko kontaminasi cukup tinggi yaitu di atas 60%, sehingga tidak disarankan dalam proses diagnosis infeksi saluran kemih. Pemeriksa juga harus sering mengecek kondisi popok bayi apakah sudah terisi atau belum. Apabila sudah terisi, urine dapat diambil dengan menggunakan spuit.[4]

Penggunaan Alat Pengumpul Urine:

Metode yang menggunakan alat pengumpul urine mirip dengan metode nappy pad. Penggunaan alat pengumpul urine dilakukan dengan meletakkan alat pada daerah perigenital bayi dan menunggu sampai alat pengumpul urine terisi. Kelemahan dari metode ini hampir sama dengan nappy pad, yaitu kontaminasi bakteri yang cukup tinggi, melebihi 50%. Oleh karenanya, metode nappy pad dan alat pengumpul urine kurang disukai untuk menentukan diagnosis ISK.[4]

Penerapan Metode Pengambilan Sampel Urin Terbaik pada Praktik Kedokteran

Pemeriksaan urine menjadi penting dilakukan sebagai dasar diagnosis pada pasien anak dengan ISK. Pengambilan sampel di tempat praktik perlu dilakukan secara cepat, minimal kontaminasi, dan tidak menimbulkan nyeri atau trauma pada pasien. Hal ini menjadi pertimbangan penting terutama bila pemeriksaan dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun di fasilitas kesehatan primer yang memerlukan efikasis waktu dan tenaga.[6]

Saat ini, metode yang disarankan adalah metode clean catch. Metode ini dianggap ramah anak, serta dapat dilakukan secara cepat dan sederhana. Metode clean catch dengan bantuan stimulasi suprapubik maupun metode the Quick-Wee dianggap mampu memberikan hasil pengambilan sampel dan pemeriksaan urine yang maksimal. Namun, yang perlu menjadi pertimbangan adalah ketersediaan tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan. Pada bantuan stimulasi suprapubik, dibutuhkan setidaknya 3 orang dalam melakukan tindakan, sementara pada Teknik the Quick-Wee hanya dibutuhkan 1 orang.[4,6]

Kesimpulan

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun (baduta). Gejala yang muncul sering tidak khas, sehingga ISK menjadi sulit dideteksi tanpa adanya pemeriksaan urine. Di sisi lain, pengambilan sampel urine untuk pemeriksaan pada baduta memiliki tantangan tersendiri, karena kelompok usia tersebut umumnya belum menjalani toilet training.

Metode pengambilan sampel urine yang ideal pada anak usia baduta adalah metode yang tidak mengakibatkan trauma, bebas nyeri, sederhana, dan efisien. Metode noninvasif direkomendasikan guna melakukan pemeriksaan ini, yaitu metode clean catch yang dapat dilakukan dengan bantuan stimulasi suprapubik ataupun teknik Quick-Wee.

Melalui adanya metode pengambilan sampel urine clean catch diharapkan pemeriksaan urine pada anak usia baduta lebih mudah dilakukan dan memiliki hasil yang cukup valid sebagai dasar penegakkan diagnosis pasien. Metode invasif saat ini sudah jarang dilakukan, kecuali jika terdapat indikasi medis atau dalam situasi mendesak.

Referensi