Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ofloxacin
Penggunaan ofloxacin pada ibu hamil masuk dalam kategori C menurut FDA. Pada ibu menyusui, ofloxacin ditemukan dalam kadar rendah di ASI. Keputusan untuk melanjutkan pengobatan atau menghentikan menyusui perlu mempertimbangkan rasio manfaat terhadap ibu dan risiko pada janin.[5,7,18]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan ofloxacin dalam Kategori C. Studi terhadap binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin, namun belum terdapat hasil penelitian yang spesifik pada ibu hamil. Obat hanya boleh diadministrasikan bila manfaat lebih besar daripada kerugian.[10,18]
Sementara itu, TGA memasukkan ofloxacin dalam Kategori B3. Jumlah pasien hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas. Observasi pada pasien-pasien tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau risiko lain terhadap janin.[7]
Belum ada studi yang memadai dan terkontrol dengan baik pada wanita hamil, sehingga keamanan belum dapat dipastikan. Studi pada hewan tikus dan kelinci tidak menunjukkan adanya bukti teratogenisitas, tetapi dilaporkan adanya fetotoksisitas berupa penurunan berat badan janin dan peningkatan mortalitas janin. Penggunaan selama kehamilan hanya boleh dilakukan jika potensi manfaat dianggap lebih besar dibandingkan risiko.[3]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Ofloxacin dilaporkan ditemukan di ASI dalam kadar rendah. Meski demikian, fluoroquinolone sistemik secara umum tidak digunakan pada bayi karena kekhawatiran tentang efek buruk terhadap perkembangan sendi.
Selain itu, perlu diwaspadai adanya gangguan pada flora normal sistem gastrointestinal bayi, misalnya diare atau kandidiasis berupa sariawan dan ruam popok. Apabila ofloxacin harus digunakan untuk ibu menyusui, maka dapat dilakukan penghindaran menyusui selama 4-6 jam setelah dosis untuk mengurangi paparan bayi dari ASI.
Penggunaan tetes telinga atau tetes mata yang mengandung ofloxacin oleh ibu menimbulkan risiko yang dapat diabaikan untuk bayi menyusui. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah obat yang mencapai ASI setelah menggunakan obat tetes mata adalah dengan menekan saluran air mata selama 1 menit atau lebih. Kemudian, keluarkan kelebihan larutan dengan tisu.[5]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha