Komplikasi Rekonstruksi Payudara
Komplikasi rekonstruksi payudara dapat dibedakan menjadi komplikasi umum, dan komplikasi spesifik berdasarkan teknik rekonstruksi yang digunakan.
Menurut meta analisis oleh Tsoi B, et al., rekonstruksi menggunakan jaringan autolog memiliki kemungkinan kegagalan dan kemungkinan infeksi yang lebih rendah, tetapi lebih tinggi kemungkinan untuk nekrosis kulit/lemak. Jumlah pasien yang memerlukan operasi ulang ke depannya lebih banyak pada kategori menggunakan implan/tissue expander.[4-6,11,12]
Komplikasi Umum
Komplikasi umum yang dapat terjadi akibat rekonstruksi payudara adalah:
- Hematoma / seroma
- Infeksi pada lokasi operasi
- Nekrosis kulit atau flap
Komplikasi Rekonstruksi menggunakan Implan
Terdapat juga risiko komplikasi spesifik pada rekonstruksi menggunakan implan:
- Kontraktur kapsul (10.4 – 29%) [5]
- Ruptur implan
- Pembentukan kontraktur di sekeliling implan
- Penonjolan implan (menembus kulit)[6]
Komplikasi Rekonstruksi menggunakan Flap
Komplikasi spesifik dari rekonstruksi payudara menggunakan flap adalah sebagai berikut:
- Hernia (4.7 – 20.9%)[11]
- Gangguan fungsi abdomen
- Abnormalitas kontur tubuh
- Gangguan anastomosis
- Jaringan parut bekas luka
- Deformitas kontur tubuh
- Gangguan fungsi
Komplikasi Rekonstruksi menggunakan Lipografting
Komplikasi nekrosis lemak dan kista terjadi pada sekitar 5% pasien yang menjalani lipografting.[1]
Faktor Risiko Komplikasi
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi pada rekonstruksi payudara adalah:
- Volume payudara yang besar (>750 g)
- Jarak takik suprasternal (suprasternal notch) ke puting >26 cm
- Merokok
- Obesitas
- Volume implan >400 mL
- Lapisan otot yang kurang menutupi jaringan payudara
- Diabetes mellitus tipe 2
- Tumor stadium lanjut dan keterlibatan kelenjar getah bening[5]