Hubungan Fitoestrogen dengan Kanker Payudara

Oleh :
dr.Kurnia Agustina Sitompul, M.Gizi, Sp.GK

Banyak yang mempercayai bahwa fitoestrogen berhubungan dengan risiko kanker payudara, namun hal ini masih kontroversial. Fitoestrogen adalah estrogen yang berasal dari tanaman, dapat ditemukan pada makanan seperti kedelai (tahu, tempe), wijen, dan flaxseed.

Kanker payudara menempati urutan pertama kejadian kanker di Indonesia. Pada tahun 2018, terdapat sebesar 19% kasus kanker payudara dari data yang dikumpulkan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Sementara itu, data The Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2020 menyatakan bahwa angka kejadian perempuan yang mengalami kanker payudara di Indonesia telah mencapai 30,8%.

konsul

Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker terkait hormon, sehingga pemberian fitoestrogen yang memiliki kemiripan dengan estrogen mamalia diduga akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kanker payudara. Namun, hasil penelitian yang ada masih saling bertentangan dan banyak diperdebatkan.[1-4]

Mengenal Fitoestrogen

Penamaan fitoestrogen didasarkan pada bahasa Yunani yaitu phyto (plant) dan estrogen. Sesuai nama tersebut, fitoestrogen adalah komponen alami dengan struktur dan aktivitas menyerupai estrogen mamalia, 17b-oestradiol (E2), yang terdapat dalam lebih dari 300 spesies tumbuhan. Secara struktur kimia fitoestrogen dibagi menjadi flavonon, flavonoid, isoflavon, genistein (GEN), chalcone, coumestan, stilbene, dan lignan.

Flavonoid banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan beberapa tanaman seperti teh dan jahe. Lignan adalah fitoestrogen dengan aktivitas estrogen yang lemah, banyak ditemukan pada flaxseed, biji wijen, kol dan sereal. Sementara itu, resveratrol, yang termasuk kelompok stilbene, paling banyak terkandung dalam kacang-kacangan.[5–7]

Konsumsi produk kedelai, yang diketahui mengandung isoflavon tinggi, oleh populasi Asia memunculkan teori bahwa konsumsi fitoestrogen berkaitan dengan insidensi kanker payudara yang rendah pada populasi tersebut. Hal ini kemudian memicu penelitian lebih lanjut mengenai efek fitoestrogen pada kanker payudara.[6]

Fitoestrogen dan Pengaruhnya pada Reseptor Estrogen

Kesamaan struktur kimia fitoestrogen dengan estrogen endogen menyebabkan senyawa ini akan mencapai sebagian besar efek biologisnya setelah berikatan dengan reseptor estrogen (ER). Terdapat dua reseptor estrogen yaitu ERα dan ERβ yang memiliki struktur dan distribusi yang berbeda dalam tubuh. ERα diekspresikan terutama dalam organ uterus, testikel, ovarium, dan ginjal. Sementara itu, ERβ diekspresikan pada prostat, uterus, testikel, tulang, paru-paru, dan otak. ERα berperan dalam proliferasi sel, sedangkan ERβ berperan dalam diferensiasi sel dan apoptosis. Pada kanker payudara, dilaporkan bahwa rasio ERα dan ERβ meningkat, dan agresivitas kanker dilaporkan akan meningkat pada individu ERβ negatif.

Selain itu, masing-masing jenis fitoestrogen memiliki daya ikat pada reseptor yang berbeda-beda. Sebagai contoh, isoflavon dapat berikatan dengan kedua ER, namun memiliki afinitas lebih tinggi pada ERβ. Hal inilah yang diduga dapat mempengaruhi aktivitas growth-promoting (pemicu pertumbuhan sel) dari ERα.[5]

Peran Fitoestrogen dalam Kanker Payudara

Terdapat beberapa jenis fitoestrogen yang sering diteliti terkait hubungannya dengan kanker payudara, yaitu isoflavon, genistein (GEN), resveratrol, dan quercetin. Secara umum, fitoestrogen diduga memiliki aktivitas antikanker karena mampu menginduksi apoptosis, menghambat siklus sel, angiogenesis, dan metastasis. Hal tersebut diduga terjadi melalui proses penghambatan sintesis dan aktivitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme estrogen, sehingga mengubah aktivitas biologis estrogen endogen dan testosteron.

Selain itu, kemampuan fitoestrogen dalam menghambat enzim tirosin kinase yang berperan penting dalam jalur pensinyalan yang mempengaruhi proliferasi sel juga diduga mampu mempengaruhi risiko kanker payudara. Fitoestrogen juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antiinflamasi (karena proses inflamasi kronik berkaitan dengan perubahan genomik dan perkembangan sel kanker), serta berperan dalam modulasi epigenetik.[5,7]

Efek Fitoestrogen pada Kanker Payudara Berdasarkan Studi Eksperimental

Suatu studi eksperimental dilakukan untuk melihat efek ex vivo dari fitoestrogen terhadap sel kanker payudara manusia. Sel kanker didapat dari pasien yang menjalani operasi kanker payudara primer. Kemudian, perlakuan yang diberikan dapat berupa 10−8 M 17β-estradiol (E2), satu dari tiga jenis fitoestrogen (GEN, resveratrol, dan quercetin) dengan konsentrasi 10-7 M, ataupun kombinasi E2 dengan satu dari tiga jenis fitoestrogen tersebut.

Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa tingkat viabilitas sel akan meningkat saat diterapi dengan E2 saja ataupun saat dikombinasikan dengan fitoestrogen. Penurunan yang bermakna justru ditemukan saat sel kanker diberi perlakuan dengan satu dari ketiga jenis fitoestrogen. Perubahan yang bermakna pada tingkat apoptosis juga ditemukan pada sel kanker yang mendapatkan terapi GEN, resveratrol, dan quercetin saja. Pemberian tiga jenis fitoestrogen tersebut juga diketahui menginduksi ekspresi ERβ, namun bukan p-PI3K, p-Akt, dan PCNA.[8]

Studi lain meneliti efek pemberian GEN 1 μM selama 48 jam pada tiga jenis sel kanker yang memiliki reseptor estrogen berbeda yaitu MCF-7 (rasio Erα/ERβ tinggi), T47D (rasio ERα/ERβ rendah), dan MDA-MB-231 (ERα negatif). Dalam studi ini, GEN dilaporkan secara bermakna dapat menurunkan viabilitas sel dan meningkatkan produksi reactive oxygen species (ROS) pada MCF-7, namun hasil bertolak belakang terjadi pada sel T47D. GEN meningkatkan penanda proinflamasi dan menurunkan ekspresi gen antiinflamasi pada MCF-7, serta memprovokasi efek sebaliknya pada sel T47D. Hasil ini menunjukkan bahwa GEN dapat memodulasi ekspresi proses inflamasi terkait gen lewat interaksinya dengan kedua jenis reseptor estrogen, namun efeknya sangat berhubungan dengan rasio ERα/ERβ.[7]

Efek Fitoestrogen pada Kanker Payudara Berdasarkan Studi Observasional

Sebuah kohort oleh Wei et al yang tergabung dalam China Kadoorie Biobank Collaborative Group (CKB study), mengikutsertakan 300.000 perempuan berusia 30-79 tahun yang berasal dari lokasi berbeda di Cina. Dalam studi ini, ditemukan rata-rata asupan isoflavon dari kedelai adalah 9,4±5,4 mg/hari, dan selama 10 tahun follow up terdapat 2.289 perempuan mengalami kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna konsumsi isoflavon dengan risiko kanker payudara, bahkan pada kelompok yang mengonsumsi isoflavon sekitar 20 mg/hari.[1]

Sebuah studi lain dilakukan oleh Touillaud et al untuk mengetahui hubungan konsumsi suplemen fitoestrogen terhadap risiko kanker payudara secara keseluruhan dan berdasarkan status reseptor hormon. Studi ini melibatkan 76.442 pasien wanita berusia >50 tahun dengan lama pemantauan rerata 11 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa hazard ratio (HR) kanker payudara pada pasien yang sedang mengonsumsi suplemen (dibandingkan tidak pernah mengonsumsi suplemen) adalah 0,92 secara keseluruhan. HR untuk pasien ER positif adalah 0,78 dan untuk ER negatif adalah 2,01. Studi ini tidak menemukan asosiasi bermakna antara konsumsi suplemen di masa lampau dengan risiko kanker payudara.

Pada analisis lebih lanjut, HR sebesar 1,36 ditemukan untuk wanita yang sedang mengonsumsi suplemen fitoestrogen dan memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. Sementara itu, pada wanita tanpa riwayat keluarga, HR ditemukan sebesar 0,82.

Studi oleh Touillaud et al ini mengindikasikan adanya perbedaan efek fitoestrogen pada wanita tergantung pada status reseptor estrogen dan juga riwayat keluarga dengan kanker payudara.[9]

Kesimpulan

Fitoestrogen adalah sebuah senyawa yang menyerupai estrogen endogen pada mamalia. Senyawa ini diduga mempengaruhi pertumbuhan sel kanker payudara karena berperan dalam modulasi pertumbuhan sel, memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, serta mampu menghambat enzim tirosin kinase. Studi eksperimental mendukung kemungkinan potensi ini, namun masih diperlukan studi lebih lanjut sebelum dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi yang lebih pasti. Uji klinis dengan jumlah sampel adekuat, menggunakan dosis dan sediaan suplementasi fitoestrogen terstandar, serta dilakukan pada populasi lebih spesifik (misal pada populasi dengan status reseptor estrogen positif atau usia menopause) masih sangat diperlukan. Meski demikian, bukti yang tersedia sekarang menunjukkan bahwa konsumsi fitoestrogen, utamanya isofavon dari produk kedelai atau suplemen, tidak meningkatkan risiko kanker payudara.

Referensi