Risiko Diabetes Gestasional Akibat Pemberian Antipsikotik pada Awal Kehamilan

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ

Pemberian obat golongan antipsikotik pada awal kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes gestasional, tetapi ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan bermakna antara keduanya. Antipsikotik digunakan sebagai modalitas terapi utama atau adjuvant untuk berbagai gangguan psikiatri pada ibu hamil, termasuk depresi, gangguan bipolar, schizophrenia, dan gangguan cemas.

Kesejahteraan ibu selama masa kehamilan merupakan prediktor luaran kehamilan yang baik, sehingga penanganan kondisi psikiatri pada masa kehamilan sangat penting. Namun, klinisi seringkali harus menimbang antara manajemen yang efektif dengan risiko pada ibu dan janin. Karenanya diperlukan pengetahuan yang lebih baik mengenai dampak penggunaan antipsikotik pada masa kehamilan, termasuk efikasi dan keamanan pada bayi dan ibunya.[1-6]

pregnant eat pill

Pentingnya Pemberian Antipsikotik pada Masa Kehamilan

Gejala-gejala gangguan mental pada masa kehamilan berhubungan dengan luaran kehamilan yang lebih buruk bagi ibu maupun bayinya.[8] Selain itu, penghentian antipsikotik pada ibu hamil berisiko menimbulkan relaps gejala-gejala gangguan psikiatri. Sebuah penelitian melaporkan bahwa penghentian antipsikotik pada masa kehamilan berisiko menimbulkan relaps sampai 90% pada pasien schizophrenia.[7]

Ada dua kelas antipsikotik yang bisa diresepkan, yaitu antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (atipikal). Keduanya dibedakan dari efeknya terhadap neurotransmisi dopamine.[9] Antipsikotik atipikal banyak digunakan pada ibu hamil karena mempunyai efek samping yang lebih ringan, tolerabilitas yang lebih baik, dan efek samping terhadap kesuburan lebih ringan dibandingkan antipsikotik tipikal.[10]

Contoh antipsikotik tipikal adalah haloperidol dan loxapine. Sementara itu, contoh antipsikotik atipikal adalah risperidone dan aripirazole.

Potensi Efek Samping Pemberian Antipsikotik pada Masa Kehamilan

Penggunaan antipsikotik pada masa kehamilan telah dikaitkan dengan gangguan kesuburan, abortus, peningkatan berat badan, diabetes gestasional, dan perdarahan postpartum. Antipsikotik juga telah dikaitkan dengan gangguan perkembangan janin, kelahiran prematur, malformasi kongenital, toksisitas atau gejala putus zat pada neonatus, hiperbilirubinemia neonatus, disabilitas intelektual, dan gangguan neurodevelopmental pada anak misalnya autisme.[1–3,7,10,11]

Penggunaan antipsikotik pada masa kehamilan juga dikaitkan dengan risiko gangguan psikiatri pada anak. Namun, belum diketahui pasti apakah hal ini disebabkan karena diagnosis gangguan psikiatri pada ibu atau karena penggunaan antipsikotik saat kehamilan.[10]

Diabetes Gestasional Akibat Konsumsi Antipsikotik

Hubungan antara peningkatan risiko diabetes gestasional dengan konsumsi antipsikotik masih menuai kontroversi. Sebagian studi menunjukkan keterkaitan antara keduanya, sedangkan ada pula yang tidak menemukan hubungan bermakna. Seki et al (2020) menyebutkan 17,9% ibu hamil dengan schizophrenia yang mendapatkan antipsikotik atipikal dalam penelitian mereka mengalami diabetes gestasional.[7] Laporan lain menunjukkan bahwa risiko diabetes gestasional pada wanita hamil yang tidak mendapatkan antipsikotik adalah 2 dari 100 wanita hamil dibandingkan 4 dari 100 pada mereka yang mendapatkan antipsikotik.[11]

Teori Mekanisme Terjadinya Diabetes Gestasional pada Pasien yang Mengonsumsi Antipsikotik

Peningkatan risiko diabetes gestasional diduga berkaitan dengan terganggunya metabolisme glukosa akibat konsumsi antipsikotik. Hal ini bisa menyebabkan hiperglikemia dan kontrol glukosa yang lebih buruk. Lebih lanjut, diabetes gestasional meningkatkan risiko berbagai komplikasi pada masa kehamilan maupun sewaktu melahirkan, misalnya preeklampsia dan ukuran janin yang besar.[1,12,13]

Antipsikotik yang telah dilaporkan berhubungan dengan peningkatan risiko mengalami diabetes gestasional adalah olanzapine, aripiprazole, quetiapine, dan clozapine.[7,12] Meski demikian, risiko ini dianjurkan untuk tidak dijadikan alasan penghentian terapi antipsikotik, tetapi justru menjadi indikasi untuk memantau parameter metabolik selama masa kehamilan.[13]

Bukti Ilmiah

Sebuah studi berbasis populasi (2020)  melibatkan 4225 ibu hamil yang mengonsumi antipsikotik atipikal, 1576 mengonsumsi antipsikotik tipikal, dan 21.125 yang tidak terpapar antipsikotik. Studi ini menemukan bahwa wanita hamil yang mendapatkan antipsikotik atipikal 1,43 kali lebih berisiko mengalami diabetes gestasional dibandingkan kontrol.[12]

Sebuah kohort di Swedia (2022) menemukan peningkatan risiko diabetes gestasional 2,2 kali lipat pada wanita hamil yang mendapatkan antipsikotik atipikal dibandingkan kontrol. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko diabetes gestasional lainnya, misalnya indeks masa tubuh, risk ratio dilaporkan sebesar 1,8.[13]

Penelitian lain oleh Park et al (2018) mengukur risiko diabetes gestasional untuk masing-masing antipsikotik atipikal. Dalam studi ini antipsikotik yang digunakan adalah aripiprazole (n=1,924), ziprasidone (n=673), quetiapine (n=4,533), risperidone (n=1,824), dan olanzapine (n=1,425). Hasil evaluasi melaporkan risiko relatif 0,82 untuk aripiprazole. Risiko relatif dilaporkan sebesar  0,76  untuk ziprasidone. Risiko relatif 1,28 untuk quetiapine. Risiko relatif sebesar 1,09  untuk risperidone, serta risiko relatif 1,61 untuk olanzapine.[14] Penelitian ini menunjukkan risiko paling besar adalah penggunaan quetiapine dan olanzapine.

Kesimpulan

Penggunaan antipsikotik pada masa kehamilan telah dikaitkan dengan risiko diabetes gestasional. Meski demikian, dokter perlu memikirkan risiko relaps gejala gangguan psikiatri selama kehamilan, yang dapat memperburuk luaran kehamilan, sebelum memutuskan menghentikan terapi. Pendekatan yang disarankan adalah melakukan pengawasan parameter metabolik selama penggunaan antipsikotik pada kehamilan.

Referensi