Pendahuluan Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah, misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun ikterus neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang berlebih, gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin darah lebih dari 3 mg/dL. Hiperbilirubinemia secara klinis dapat diamati pada jaringan seperti sklera, mukosa, dan kulit, karena bilirubin mengalami penumpukan pada jaringan-jaringan tersebut.
Etiologi hiperbilirubinemia dibagi menjadi hiperbilirubinemia intrahepatik dan ekstrahepatik. Hiperbilirubinemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan hiperbilirubinemia terkonjugasi dan tidak terkonjugasi. Secara klinis, pasien dengan hiperbilirubinemia dapat datang tanpa keluhan, atau dengan keluhan seperti perubahan warna kulit menjadi kekuningan, gatal, nyeri perut, nyeri sendi, dan perubahan pada urin dan feses. Pemeriksaan penunjang pada hiperbilirubinemia terdiri dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), gamma glutamyl-transferase (GGT), waktu protrombin, international normalized ratio (INR), albumin, protein, dan pemeriksaan radiologi sesuai indikasi
Tata laksana, prognosis, dan komplikasi hiperbilirubinemia bergantung pada jenis hiperbilirubinemia dan penyakit yang mendasari. Contoh penyakit yang bisa menyebabkan hiperbilirubinemia adalah hepatitis A, hepatitis B, dan kolesistitis.[1,2]