Red Flags Dispareunia

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Red flags atau tanda bahaya dari dispareunia seringkali masih belum dikenali oleh dokter. Dispareunia adalah nyeri saat, sebelum, maupun sesudah berhubungan seksual yang terjadi secara persisten atau berulang. Etiologi dispareunia cukup bervariasi, mulai dari proses inflamasi, infeksi, keganasan, hormonal, kelainan anatomi, hingga trauma.[1,2]

Dispareunia memiliki dampak yang cukup signifikan pada kesehatan mental, fisik, dan quality of life. Penatalaksanaan dispareunia umumnya disesuaikan dengan etiologinya. Terapi multimodal meliputi mengatasi gejala fisik, aspek mental, dan perilaku dapat memberikan dampak yang baik. Terapi dispareunia dapat meliputi farmakologi, pembedahan, hingga psikoterapi.[2,3]

Red Flags Dispareunia-min

Sekilas Tentang Etiologi Dispareunia

Dispareunia dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya gangguan seksual dan hormonal. Akan tetapi, beberapa etiologi yang cukup serius juga dapat menyebabkan dispareunia seperti keganasan, tumor, serta infeksi pada organ reproduksi maupun pada organ-organ lain.[2,4]

Etiologi dispareunia yang disebabkan oleh keganasan, seperti kanker ovarium, umumnya disertai gejala rasa kembung, penurunan berat badan, gangguan buang air kecil, mual muntah, dan distensi abdomen. Sistitis interstisial juga dapat menyebabkan dispareunia, yang juga disertai oleh nyeri pada suprapubik, gejala urgensi, frekuensi, dan nokturia.[5,6]

Penyakit-penyakit kulit kelamin juga dapat menyebabkan dispareunia, seperti liken planus, liken sklerosis, bakterial vaginosis, dan gonorrhea. Pada liken planus, membran mukosa dan kulit mengalami inflamasi termasuk vulva dan vagina. Keluhan yang timbul antara lain lesi plak dan papul yang gatal dan dapat menyebabkan striktur serta munculnya jaringan parut.[2,4,7]

Pada penyakit-penyakit infeksi menular seksual, seperti herpes genital, gonorrhea, maupun sifilis, gejala dispareunia umum terjadi yang disertai dengan gangguan berkemih, perdarahan dari vagina, gatal, dan keputihan.[2,8]

Red Flags Dispareunia

Red flags dispareunia perlu ditelusuri lebih lanjut untuk mengetahui etiologinya dan diberikan tata laksana yang sesuai. Beberapa red flags dispareunia yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Penurunan berat badan signifikan tanpa sebab yang jelas
  • Duh tubuh (discharge) abnormal vagina
  • Perdarahan per vaginam, misalnya perdarahan intermenstrual atau post koital

  • Siklus menstruasi yang ireguler, menorrhagia, atau dismenore

  • Teraba adanya benjolan
  • Nyeri perut terutama perut bawah
  • Distensi abdomen
  • Gangguan buang air kecil
  • Nyeri pinggang persisten
  • Keringat malam
  • Riwayat infeksi menular seksual[2,5,8]

Pendekatan Manajemen Pasien dengan Red Flag Dispareunia

Pasien dengan red flags atau tanda bahaya dispareunia perlu mendapat penanganan lebih lanjut. Diagnosis banding yang signifikan, seperti kanker ovarium, perlu dievaluasi.

Anamnesis

Saat melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan dispareunia, perlu ditanyakan karakteristik dari nyeri seperti durasi, intensitas, lokasi, faktor pencetus, dan faktor yang meringankan nyeri. Hal-hal ini dapat membantu dokter menentukan etiologi dari dispareunia. Dispareunia yang dikarakteristikan dengan rasa nyeri yang dalam dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti penyakit radang panggul, tumor, maupun infeksi.

Dalam melakukan anamnesis, dokter perlu membangun suasana dan komunikasi yang nyaman dengan pasien terutama dalam membahas riwayat seksual pasien. Selain itu, riwayat menstruasi, riwayat melahirkan, menyusui, riwayat operasi, dan riwayat pengobatan juga perlu ditelusuri lebih lanjut.  Dispareunia yang disertai dengan gejala-gejala seperti penurunan berat badan, lemas, nyeri perut, dan perut kembung dapat mengindikasikan adanya keganasan.[2,3]

Pemeriksaan Fisik

Pada kasus dispareunia, pemeriksaan harus dilakukan dengan lembut dan persetujuan yang jelas dari pasien. Sebelum dan selama pemeriksaan, sampaikan pada pasien langkah demi langkah apa yang dilakukan dan berhenti jika pasien merasa sakit atau merasa cemas. Hal ini penting untuk tidak memperburuk dispareunia. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu. Jika menggunakan spekulum, harus digunakan ukuran  terkecil yang tersedia.

Pemeriksaan fisik dilakukan dari inspeksi labia mayor dan minor hingga area anus, maupun orificium uretra. Pada saat inspeksi, temuan adanya lesi, eritema, leukoplakia, ataupun vesikel atau papul dapat menunjukkan etiologi dispareunia yang  berkaitan dengan infeksi menular seksual.

Pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam vagina menggunakan spekulum untuk menilai serviks, baik adanya lesi, eritema, maupun duh tubuh. Palpasi juga dapat membantu mengevaluasi adanya suatu massa. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengevaluasi adanya gangguan atau kelainan pada sistem anatomi lain, seperti uretra, kandung kemih, hingga saluran cerna dan anus.[1,2]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk keluhan dispareunia adalah pemeriksaan mikroskopik duh tubuh untuk mengevaluasi adanya infeksi menular seksual. Pada pasien dengan dispareunia yang disertai dengan gangguan buang air kecil, dapat dilakukan urinalisis. Pemeriksaan radiologi USG transvaginal dapat mengevaluasi kecurigaan adanya massa, kista, maupun kelainan kongenital pada anatomi saluran reproduksi. Biopsi dapat dilakukan bila terdapat massa yang mencurigakan ke arah keganasan.[2,3]

Penatalaksanaan

Tata laksana dari dispareunia perlu disesuaikan dengan etiologinya. Tata laksana dengan pendekatan secara multimodal umumnya membantu keluhan pasien.

Pada dispareunia yang disebabkan oleh infeksi, seperti infeksi menular seksual, pemberian antibiotik, antivirus, maupun antifungal merupakan terapi pilihan. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dispareunia yang berhubungan dengan atrofi vagina post menopause. Pemberian obat-obatan analgesik dapat membantu mengurangi keluhan nyeri dispareunia.

Tata laksana pembedahan dilakukan jika ada indikasi. Misalnya bila dispareunia berkaitan dengan adanya tumor, keganasan, ataupun gangguan anatomi.[2,3]

Referensi