Peranan Pelembab pada Tata Laksana Dermatitis Atopik

Oleh :
dr. Fresa Nathania Rahardjo, M.Biomed, Sp.KK

Peranan pelembab pada tatalaksana dermatitis atopik adalah untuk menjaga lapisan pelindung alami (barrier) kulit agar tidak mudah ditembus oleh berbagai paparan dari luar, yang dapat mencetuskan reaksi peradangan. Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang bersifat kronis dan kambuhan dalam jangka waktu panjang. Karena itu, menjaga integritas barrier kulit tetap utuh sepanjang waktu adalah hal yang sangat penting.[1,2]

Sebagai upaya tersebut maka digunakan pelembab kulit dengan efek anti inflamasi dan antipruritus. Pemilihan formulasi pelembab yang tepat dan sesuai indikasi sangat penting agar tidak menyebabkan efek buruk, tetapi mencapai efek terapi yang optimal. Bahan-bahan alami seperti Na hyaluronat, vitis vinifera, butyrospermum parkii butter, telmesteine, dan glycyrrhetinic acid telah digunakan sebagai bahan pelembab yang dapat menjaga kulit agar tidak kering dan tidak mudah mengalami reaksi inflamasi.[1-4,7-9]

shutterstock_566626072

Sekilas Tentang Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik merupakan reaksi inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh paparan zat eksogen. Kondisi ini bersifat kronis residif, ditandai dengan rasa gatal, timbul pada predileksi tertentu, dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya seperti asma bronkial, rinitis alergi, dan konjungtivitis alergi. Etiologi dermatitis alergi terdiri dari faktor intrinsik, ekstrinsik, dan keduanya. Faktor intrinsik mencakup faktor mutasi genetik pada struktur lapisan kulit yang tidak membentuk protein filaggrin, faktor imunologis yaitu terjadi disregulasi faktor imun innate dan adaptif (autoalergen), serta faktor psikologis seperti stress. Sedangkan faktor ekstrinsik termasuk lingkungan yang mengandung berbagai iritan, alergen, dan polutan.[1,2,4]

Interaksi faktor intrinsik dan ekstrinsik akan menyebabkan kulit kering karena transepidermal water loss (TEWL) meningkat, dan mudah terjadi respon inflamasi pada kulit. Gangguan fungsi barrier kulit tersebut akan meningkatkan risiko terhadap paparan bahan kontak/iritan/alergen, serta memudahkan terjadi kolonisasi dan infeksi. Gejala yang terjadi adalah rasa gatal, dan terjadi lesi kulit pada area predileksi. Kriteria diagnosis yang paling banyak dipakai berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka.[1,2]

Derajat keparahan dermatitis atopik dihitung dengan indeks Score of Atopic Dermatitis (SCORAD) dari European Task Force on Atopic Dermatitis. Dengan mengisi lembar penilaian gejala subyektif dan obyektif, akan didapatkan skor dengan pembagian sebagai berikut:

  • Dermatitis atopik ringan: indeks SCORAD <25 dan SCORAD obyektif <15
  • Dermatitis atopik sedang: indeks SCORAD 25-50, SCORAD obyektif 15-40
  • Dermatitis atopik berat: indeks SCORAD >50, SCORAD obyektif >40[2,5]

Tata laksana dermatitis atopik adalah menghindari faktor pencetus, menjaga barrier kulit agar tidak rentan terhadap pencetus, dan menurunkan reaksi inflamasi dengan menggunakan pelembab, medikamentosa kortikosteroid topikal atau oral, dan antihistamin oral.[1-5]

Pelembab Kulit

Pelembab kulit adalah salah satu bagian penting pada perawatan kulit sehari-hari. Pelembab memegang peranan dalam perlindungan kulit dengan cara menjaga kadar air pada stratum korneum, yang berperan sebagai lapisan pelindung alami terhadap paparan lingkungan, zat kimia, dan bakteri dari luar.[3-5]

Secara umum ada 4 jenis pelembab berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

  1. Emolien: merupakan senyawa hidrokarbon, bekerja memperbaiki fungsi barrier kulit secara keseluruhan dan memperbaiki teksur stratum korneum. Contoh:  butyrospermum parkii butter/shea butter, asam lemak, kolesterol, skualen, pseudoceramide
  2. Humektan: merupakan substansi dengan berat molekul rendah untuk menarik air dari lapisan kulit di bawahnya ke stratum korneum. Contoh: Na hyaluronat, urea, sorbitol, panthenol, propilen glikol, asam alfa hidroksi
  3. Oklusif: berperan untuk mencegah penguapan kadar air dari permukaan kulit. Contoh: minyak mineral, petroleum jelly, beeswax, silikon, zink oksida
  4. Protein rejuvenator: merupakan protein dengan molekul berukuran kecil yang dapat memperbaiki lapisan kulit dengan mengganti protein kulit esensial. Contoh: kolagen, elastin, keratin[1,2,6]

Pelembab yang digunakan untuk memperbaiki barrier kulit adalah jenis emolien, humektan, dan oklusif. Jenis-jenis formulasi pelembab terdiri dari lotion (oil in water/O/W), cream (water in oil/W/O), ointment (W/O hidrofobik atau O/W hidrofilik), dan gel (hidrofobik/oleogel atau hidrofilik/hydrogel).[1,2,6]

Fungsi pelembab pada kulit adalah:

  • Hidrasi kulit, yaitu meningkatkan kadar air pada stratum korneum, dan meratakan cekungan antar korneosit sehingga permukaan kulit teraba lebih lembut, halus, elastis, dan tahan terhadap tekanan
  • Efek antiinflamasi atau meredakan inflamasi kulit, adalah dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase sehingga produksi prostanoid proinflamatori berkurang
  • Efek antimitotik, adalah efek untuk mencegah terjadinya peningkatan aktivitas mitosis epidermis. Pelembab yang mengandung minyak mineral memiliki efek antimitotik yang lemah pada epidermis sehingga berguna dalam penanganan dermatosis inflamatorik, misalnya pada psoriasis

  • Efek antipruritus, dimana emolien dapat menghambat kerja sitokin sehingga mengurangi rasa gatal. Selain itu, terdapat efek mendinginkan lesi dari penguapan air di permukaan kulit setelah penggunaan pelembab berbahan dasar air
  • Fungsi lainnya: efek fotoprotektif, antimikroba, atau efek membantu penyembuhan luka yang terdapat pada asam hyaluronat. Pelembab juga dapat mengurangi frekuensi kekambuhan dermatitis atopik sehingga aktivitas pasien tidak terganggu dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup pasien secara sosial dan psikologis[1,2,6]

Sebaiknya pelembab mengandung bahan fisiologis, bersifat hipoalergenik, tidak mengandung pewangi, non komedogenik, dapat diserap kulit dalam waktu singkat, memiliki efek kosmetik yang baik, dan harganya terjangkau. Penting juga untuk memilih pelembab yang tidak memiliki efek samping signifikan. Efek Samping yang dapat timbul dari penggunaan pelembab kulit adalah iritasi, dermatitis kontak alergi, folikulitis oklusif, erupsi fotosensitivitas dan fotomelanosis, jerawat kosmetik, dan urtikaria kontak.[1,2,5-9]

Pelembab dalam Tata Laksana Dermatitis Atopik

Pelembab yang digunakan untuk penanganan dermatitis atopik adalah yang memiliki efek antiinflamasi, dan memperbaiki barrier kulit dengan menjaga kulit tetap lembab. Pemilihan pelembab yang sesuai sangat penting karena pelembab dapat memperbaiki barrier kulit, atau justru melemahkan/merusak fungsi barrier kulit akibat dari penipisan stratum korneum dan pelebaran pori-pori folikel.[1-3,6]

Berdasarkan review beberapa pedoman penatalaksanaan dermatitis atopik di negara Asia-Pasifik, disarankan pemakaian pelembab secara teratur sebagai terapi tambahan dan pemeliharaan pada kasus dermatitis atopik. Pemilihan pelembab harus mempertimbangkan kandungan minyak pada sediaan, kelembaban lingkungan dan iklim. Juga harus dinilai tipe dan ketebalan kulit, derajat kekeringan kulit, durasi dan derajat keparahan dermatitis atopik, area kulit yang dioles, usia pasien, disiplin penggunaan pasien, ketersediaan bahan, serta pertimbangan harga.[4-6]

Rekomendasi penggunaan pelembab pada dermatitis atopik tanpa komplikasi, dengan komplikasi, maupun dermatitis atopik berat dan rekalsitran, adalah tipe pelembab humektan, emolien, oklusif, kombinasi humektan-emolien-seramid, atau kombinasi humektan-emolien-antiinflamasi-antipruritus. Cara pemakaiannya dengan cara dioles 3 menit setelah mandi, digunakan di seluruh tubuh, dan dapat diulang bila perlu.[1,2]

Pada dermatitis atopik ringan sampai sedang, disarankan untuk menggunakan formulasi cream emolien oklusif. Pada dermatitis atopik yang lebih berat, disarankan ointment emolien oklusif. Sedangkan pada dermatitis atopik yang sangat berat, dapat digunakan ointment oklusif tanpa kadar air. Untuk lesi yang gatal atau pruritus dapat digunakan emolien dengan bahan antipruritus.[3,4,6]

Pelembab yang memiliki efek antiinflamasi dan antipruritus dengan efek samping minimal antara lain shea butter, glycyrrhetinic acid, vitis vinifera, telmesteine, dan hyaluronat acid.[1,2,6]

Shea Butter/Butyrospermum Parkii Butter

Shea butter/butyrospermum parkii butter merupakan derivat lemak kacang Butyrospermum parkii yang bersifat emolien. Bahan ini mengandung 5 asam lemak, yaitu asam palmitat, stearat, oleat, linoleat, dan asam arakidonat. Asam lemak ini memiliki kandungan 85-90% asam oleat dan stearat. Selain itu juga mengandung triterpene asetat dan ester sinamat yang memiliki efek antiinflamasi, dan chemopreventive yaitu efek menghambat fase tumor promotor pada proses karsinogenesis.[1,2,6]

Glycyrrhetinic Acid

Glycyrrhetinic acid adalah suatu senyawa triterpenoid yang diekstrak dari akar licorice. Memiliki efek antiinflamasi, antivirus, dan chemopreventive. Efek antiinflamasi senyawa ini didapat dengan menekan marker permukaan sel dan ekspresi mediator inflamatori dari sel dendritik yang distimulasi lipopolisakarida.[1,2,6]

Ekstrak Vitis Vinifera dan Telmesteine

Vitis vinifera dan telmesteine memiliki efek antiinflamasi dengan mekanisme menghambat aktivitas siklooksigenase, menekan sitokin, dan menekan produksi prostanoid proinflamatori sehingga meredakan reaksi inflamasi kulit. Ekstrak Vitis vinifera dan telmesteine yang dikombinasi dengan shea butter (emolien) dan Na hyaluronat (humektan) dapat digunakan sebagai monoterapi yang efektif dalam penanganan dermatitis atopik derajat ringan sampai sedang.[1,2,6]

Na Hyaluronat

Na hyaluronat memiliki fungsi sebagai humektan, sehingga memiliki efek hidrasi kulit lebih baik bila dikombinasi dengan oklusif. Asam hyaluronat dapat mempercepat proses penyembuhan luka.[1,2,6]

Penelitian Penggunaan Pelembab pada Dermatitis Atopik

Kombinasi pelembab dengan preparat krim hidrolipid yang mengandung Na hyaluronat, vitis vinifera, butyrospermum parkii butter, telmesteine, dan glycyrrhetinic acid telah terbukti memiliki efek antiinflamasi dan sitoprotektif. Indikasi preparat tersebut adalah untuk tatalaksana dermatitis atopik derajat ringan sampai sedang.

Boguniewicz et al telah melakukan penelitian dengan tujuan memeriksa efektivitas dan keamanan kombinasi yang mengandung Na hyaluronat, vitis vinifera, butyrospermum parkii butter, telmesteine, glycyrrhetinic acid, dan pirokton olamin pada anak dan bayi dengan dermatitis atopik. Uji klinis dilakukan pada total 142 pasien berusia 6 bulan sampai 12 tahun. Dengan 72 pasien mendapat preparat kombinasi bahan aktif dan 70 pasien plasebo, kedua kelompok diberi sebanyak 3 kali sehari,  selama 22 hari. Hal yang dinilai adalah gejala subyektif berupa rasa gatal, frekuensi munculnya rasa gatal, dan durasi sampai rasa gatal teratasi. Gejala obyektif yang diukur berdasarkan Eczema Area and Severity Index (EASI). Hasil penelitian menunjukkan preparat kombinasi dapat mengurangi rasa gatal, reaksi inflamasi, dan keparahan gejala kulit pada pasien dermatitis atopik secara signifikan (p<0,0001). Tidak ada efek samping signifikan yang terjadi.[10,11]

Abramovits et al pernah melakukan penelitian dengan 218 pasien laki-laki dan perempuan dengan usia di atas 18 tahun dengan dermatitis atopik ringan-sedang. Dengan perlakuan 145 pasien diberi preparat kombinasi yang mengandung Na hyaluronat, vitis vinifera, shea butter, telmesteine, dan glycyrrhetinic acid, sedangkan 73 pasien diberi plasebo. Pengaplikasian krim dilakukan 3 kali sehari pada area yang terpengaruh gejala dermatitis atopik selama 50 hari. Penilaian subjektif pasien dilakukan dengan mengisi formulir Patient Global Assessment (PGA) dan kebersediaan pasien melanjutkan pemakaian preparat pelembab yang digunakan saat itu. Gejala objektif secara klinis diukur berdasarkan Eczema Area and Severity Index (EASI). Hasil uji klinis tersebut adalah gejala subjektif lebih membaik, dan kebersediaan pasien melanjutkan penggunaan pelembab dengan bahan aktif lebih tinggi secara signifikan (p<0,0001) dari segi efektivitas, bau, dan kenyamanan. Gejala objektif dari sudut pandang peneliti terdapat perbaikan klinis signifikan pada kelompok pasien dengan aplikasi krim preparat kombinasi dibanding kelompok yang mendapat plasebo (p<0,0001).[8,9]

Cochrane pada tahun 2017 melakukan review pada beberapa penelitian yang melibatkan 1281 pasien dermatitis atopik derajat ringan sampai sedang. Penelitian-penelitian tersebut membandingkan antara kelompok pasien yang menggunakan pelembab dengan berbagai bahan aktif (di antaranya preparat kombinasi yang mengandung Na hyaluronat, vitis vinifera, shea butter, telmesteine, dan glycyrrhetinic acid) secara teratur selama 4-8 minggu, dengan kelompok yang menggunakan vehikulum atau plasebo. Hasil yang didapat adalah terdapat  749 orang pasien dari kelompok pengguna pelembab yang mengalami berkurangnya rasa gatal, dan 121 orang mengalami frekuensi kekambuhan yang berkurang. Tidak ada  yang mengalami efek samping signifikan. Sedangkan pada kelompok pengguna plasebo tidak ada perubahan berarti pada insidensi dan gejala klinisnya.[12]

Penelitian Penggunaan Pelembab vs Kortikosteroid Topikal pada Dermatitis Atopik

Lini pertama penatalaksanaan untuk dermatitis atopik derajat keparahan ringan sampai sedang umumnya dengan kortikosteroid topikal, seperti betametason topikal atau hidrokortison topikal. Namun, penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang memiliki efek samping yang tidak sedikit, antara lain telangiektasis, hirsutisme, atrofi kulit, juga rentan terhadap infeksi jamur dan bakteri. Efek samping lebih cepat terjadi bila digunakan pada area kulit yang lebih tipis, seperti area lipatan, wajah, atau pada anak-anak. Karena itu penggunaan kortikosteroid topikal harus dibatasi, dan fungsi pencegahan inflamasi dapat digantikan dengan penggunaan pelembab kulit dengan efek anti inflamasi dan antipruritus.[1-5]

Sulit untuk membandingkan tata laksana dermatitis atopik pada pasien, mengingat sifat penyakit ini memiliki fase tenang dan fase flare-up spontan yang berbeda di setiap individu. Jensen et al. tahun 2009 melakukan studi acak terhadap 15 pasien dermatitis atopik yang diberikan pelembab kulit nonsteroid pada ekstremitas atas dan betamethasone topikal pada ekstremitas bawah, dua kali sehari selama 3 minggu. Metode penelitian tersebut berusaha untuk menghilangkan faktor fluktuasi individual dermatitis atopik. Hasil penelitian adalah  baik pelembab maupun steroid topikal sama-sama menunjukan perbaikan secara klinis, biofisik, dan diferensiasi epidermis. Pelembab mengandung pimecrolimus mempunyai efek memperbaiki barrier epidermis tanpa menyebabkan atrofi kulit, sehingga akan lebih cocok untuk penggunaan jangka waktu lama. Penelitian ini melibatkan sampel yang kecil, karena itu diperlukan studi yang lebih besar.[13]

Udompataikul, 2010, juga melakukan side to side comparison study dalam pemberian terapi topikal pada pasien dermatitis atopik. Uji acak terkontrol dan investigator-blinded ini membandingkan efektivitas pelembab kulit non-steroid di satu sisi tubuh, dengan hidrokortison topikal yang diberikan di sisi tubuh lainnya. Terapi diberikan dua kali sehari selama 6 minggu, pada pasien dengan usia rata-rata 5,8 tahun. Dari 26 pasien yang berhasil menyelesaikan masa penelitian, ditemukan pada kedua obat tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam pengurangan skor SCORAD. Hidrokortison topikal lebih cepat memperbaiki edema dan eritema, juga memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi, tetapi perbedaannya tidak signifikan. Tidak ada efek samping yang muncul dari kedua obat. Kesimpulan penelitian adalah efektivitas pelembab kulit yang mengandung licochalcone A dan vitamin B sama dengan hidrokortison topikal.[14] ekstrak oat yang mengandung

Penelitian lainnya mengevaluasi efek emolien pada 173 bayi dengan dermatitis atopik sedang hingga berat. Efek yang dinilai adalah jumlah kortikosteroid topikal yang digunakan pasien, dimana secara acak sebagian subjek menerima kortikosteroid topikal potensi tinggi disertai emolien sedangkan kelompok kontrol tidak menerima emolien. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, jumlah kortikosteroid yang digunakan pada kelompok emolien dalam 6 minggu menurun. Indeks SCORAD dan kualitas hidup bayi serta orang tua meningkat secara signifikan (p <0,0001) di kedua kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perawatan emolien yang mengandung ekstrak oat, secara signifikan mengurangi konsumsi kortikosteroid topikal potensi tinggi pada bayi dengan dermatitis alergi.[15]

Kesimpulan

Penggunaan pelembab dalam tata laksana dermatitis atopik bertujuan untuk menjaga barrier kulit dengan cara menjaga kadar air pada kulit atau mencegah TEWL, sehingga kulit tidak mudah mengalami inflamasi akibat paparan dari luar. Terapi topikal dermatitis atopik umumnya menggunakan kortikosteroid topikal untuk meredakan reaksi inflamasi, tetapi banyak efek samping yang dapat terjadi dalam penggunaan jangka panjang. Pelembab yang memiliki efek antiinflamasi dan antipruritus dapat menggantikan peran kortikosteroid topikal dengan cukup efektif.[1,2,5,6]

Pelembab merupakan bahan yang berfungsi menghidrasi kulit, melembutkan kulit, dan membantu memperbaiki lapisan kulit sehingga tidak mudah mengalami reaksi inflamasi akibat paparan bahan alergen, iritan, dan mikroba. Beberapa jenis bahan pelembab yang sesuai untuk penanganan dermatitis atopik antara lain shea butter, asam glisiretinat, ekstrak vitis vinifera, telmesteine, dan asam hyaluronat. Bahan-bahan tersebut memiliki efek antiinflamasi, antipruritus, dan dapat memperbaiki barrier kulit dengan menjaga kulit tetap lembab. Bahan-bahan pelembab tersebut dapat meringankan gejala dermatitis atopik ringan sampai sedang sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kortikosteroid topikal.[1-3,6-9]

Bahan pelembab dengan preparat kombinasi yang mengandung asam glisiretinat, vitis vinifera, telmestin, shea butter, dan asam hyaluronat efektif, aman dan nyaman digunakan sehari-hari. Tidak berbau, tidak mengotori pakaian, dan secara kosmetik dapat diterima untuk digunakan dalam penanganan dermatitis atopik derajat ringan sampai sedang pada pasien bayi, anak, maupun dewasa.[7-12]

Referensi