Diagnosis Epididimitis
Diagnosis epididimitis umumnya dapat dicurigai pada pasien dengan nyeri dan pembengkakan skrotum unilateral. Diagnosis epididimitis ditegakkan secara klinis dengan menyingkirkan diagnosis torsio testis berdasarkan hasil tes Prehn dan refleks kremaster pasien.
Anamnesis
Pasien dengan epididimitis umumnya memiliki gejala nyeri dan bengkak pada skrotum unilateral. Gejala awal dapat diawali dengan nyeri pinggang yang bermigrasi ke skrotum. Gejala epididimitis umumnya bersifat unilateral. Berikut ini merupakan gejala yang dapat ditemukan pada epididimitis:
- Nyeri testis posterior gradual yang terkadang menjalar ke abdomen bawah. Pada epididimitis kronik, nyeri umumnya terjadi lebih dari 6 minggu yang bersifat konstan
- Pembengkakan skrotum tetapi skrotum juga dapat tidak membengkak pada kasus epididimitis kronik
- Gejala infeksi traktus urinarius bawah : demam, frekuensi, urgensi, hematuria, dan dysuria
- Umumnya tidak disertai dengan mual atau muntah
- Duh uretra pada epididimitis akut
- Pembesaran kelenjar ludah pada pasien gondongan [3,6]
Selain itu, beberapa riwayat yang dapat meningkatkan risiko epididimitis juga harus ditanyakan, seperti:
- Riwayat cedera traumatik
- Riwayat luka akibat aktivitas berulang, seperti olahraga
- Riwayat seksual
- Riwayat eksposur penyakit menular seksual sebelumnya
-
Riwayat penyakit sebelumnya, seperti infeksi traktus urinarius, prostatitis, atau prosedur surgikal [2,3,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk mendiagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding epididimitis. Berikut ini merupakan tanda yang dapat ditemukan pada pasien epididimitis:
- Edema skrotum
- Nyeri tekan skrotum, terutama pada aspek posterior dan superior testis
- Tanda infeksi pada skrotum: hangat, eritematosa, inflamasi, dan indurasi
- Inguinal adenopati
- Duh uretra pada etiologi penyakit menular seksual [1,6]
Pada pemeriksaan fisik, juga harus dilakukan pemeriksaan tanda Prehn dan refleks kremaster untuk mengeksklusi diagnosis torsio testis.
Tanda Prehn
Tanda Prehn merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk membedakan epididimitis akut dan torsio testis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengelevasi skrotum dan melihat ada tidaknya perbaikan gejala pasien. Pada pasien epididimitis akut, nyeri umumnya akan membaik saat dilakukan elevasi skrotum, dikenal sebagai tanda Prehn positif.
Refleks Kremaster
Refleks kremaster merupakan refleks superfisial yang dilakukan dengan cara menggores kulit paha bagian superior dan medial. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu klinisi menyingkirkan diagnosis banding torsio testis. Normalnya, skrotum pada sisi yang sama akan naik pada pemeriksaan. Pada epididimitis, umumnya didapatkan refleks kremaster yang normal. [3,14]
Aplikasi Tanda Prehn dan Refleks Kremaster secara Klinis
Walau tanda Prehn dan refleks kremaster dapat digunakan untuk membantu membedakan antara epididimitis dan torsio testis, namun dokter harus menyadari bahwa hasil pemeriksaan ini tidak bersifat absolut. Contohnya refleks kremaster yang normal dan tanda Prehn positif tetap dapat ditemui pada torsio testis. Untuk itu, kedua pemeriksaan ini tidak boleh berdiri sendiri dan tetap harus mempertimbangkan tanda dan gejala lainnya, seperti mual dan muntah serta nyeri skrotum akut.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding epididimitis, terutama torsio testis, harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum mendiagnosis pasien. Torsio testis merupakan diagnosis yang memerlukan tindakan gawat darurat sehingga klinisi jangan sampai terlewat diagnosis ini.
Torsio Testis
Torsio testis merupakan kondisi berputarnya funikulus spermatikus (korda spermatikus) yang menyebabkan risiko terjadinya iskemia testis. Torsio testis umumnya memiliki gejala nyeri skrotum akut yang hebat, berbeda dengan nyeri pada epididimitis yang umumnya bersifat lebih gradual disertai adanya gejala traktus urinarius bawah (lower urinary tract symptoms / LUTS). Selain itu, torsio testis lebih umum terjadi pada usia di bawah 20 tahun.
Testis pada pasien torsio testis umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sisi normal. Selain itu, pemeriksaan refleks kremaster yang abnormal dan tanda Prehn negatif juga umumnya ditemukan pada pasien torsio testis. Pada pasien epididimitis umumnya memiliki tidak memiliki gangguan letak testis dengan pemeriksaan kremaster dan prehn yang normal.
Jika diagnosis torsio testis belum dapat disingkirkan, pemeriksaaan USG Doppler dapat dilakukan dengan temuan berupa penurunan atau tidak adanya aliran darah pada testis ipsilateral, serta penurunan kecepatan aliran darah dan peningkatan resistensi (resistive indices) pada arteri intratestis.[3,15]
Orkitis
Orkitis merupakan inflamasi pada testis, yang terletak bersebelahan dengan epididimis. Pasien orkitis umumnya sulit dibedakan dengan pasien epididimitis. Pasien orkitis umumnya mengeluhkan nyeri testis dengan onset cepat, sedangkan pada epididimitis umumnya memiliki onset gradual.
Pada pemeriksaan fisik, orkitis didapatkan adanya pembengkakan dan nyeri tekan testis yang disertai dengan refleks kremaster yang normal. Hasil ultrasonografi orkitis didapatkan adanya pembengkakan testis dengan area hipoekoik dan hipervaskular. Berbeda dengan epididimitis, pembengkakan hanya terjadi pada epididimis. [2,3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya dapat membantu klinisi dalam mendiagnosis dan mencari patogen penyebab epididimitis.
Swab Sekret Uretra
Pemeriksaan swab sekret uretra sangat diperlukan dalam mendeteksi patogen penyebab epididimitis, terutama C. trachomatis dan N. gonorrhoeae. Pewarnaan Gram dan kultur disarankan untuk mendeteksi adanya uretritis dan infeksi gonokokal. Pada pewarnaan Gram pada pasien epididimitis umumnya ditemukan ≥ 5 sel darah putih per lapang pandang dan terdapatnya gram negatif diplokokus intraselular apabila terdapat infeksi N. gonorrhoeae. [1,3]
Urinalisis
Hasil urinalisis pada pasien epididimitis umumnya dapat ditemukan adanya piuria atau bakteriuria. Adanya sel darah putih dan leukosit esterase pada hasil urinalisis menggambarkan adanya uretritis pada pasien. [1,6]
Ultrasonografi Doppler Berwarna
Pemeriksaan ultrasonografi Doppler berwarna digunakan untuk menilai perfusi testis dan anatomi skrotum. Pada pasien epididimitis umumnya ditemukan adanya pembengkakan epididymis dengan peningkatan gelombang pulsasi Doppler, yang menunjukkan adanya peningkatan aliran darah. [3,6]
Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan apabila pasien memiliki gejala sistemik, seperti demam. Umumnya pada pasien epididimitis akan ditemukan adanya leukositosis. Pemeriksaan tambahan, seperti c-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) umumnya ditemukan meningkat pada epididimitis akut dan tidak ditemukan meningkat pada keadaan nyeri skrotum akut lainnya. [14,16]
Tes lainnya
Pemeriksaan kultur alcohol and acid fast bacilli urin pagi sebanyak 3 hari berturut-turut dapat digunakan untuk mendeteksi adanya epididimitis tuberkulosis. Selain itu, pemeriksaan tuberkulosis sistemik, seperti pemeriksaan sputum dan x-ray thorax, dibutuhkan apabila etiologi pasien sudah terbukti dikarenakan patogen M. tuberculosis. [9,14]
Eksplorasi Skrotum atau Aspirasi
Tindakan eksplorasi atau aspirasi umumnya jarang dilakukan pada pasien epididimitis. Pemeriksaan ini dilakukan apabila epididimitis tidak membaik dengan terapi dan dicurigai adanya komplikasi, seperti abses, piokel, dan infark testis. [14,17]