Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Disfungsi Ereksi general_alomedika 2023-01-03T08:14:59+07:00 2023-01-03T08:14:59+07:00
Disfungsi Ereksi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Patofisiologi Disfungsi Ereksi

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Patofisiologi disfungsi ereksi berhubungan dengan gangguan biologis (organik) dan psikososial, sehingga membuat penis tidak dapat ereksi maksimal dan menimbulkan dampak ketidakpuasan seksual.[1,5,9]

Pada pria sehat, ereksi terjadi karena respon terhadap rangsangan sentuhan, penciuman, dan penglihatan. Suplai aliran darah yang lancar, fungsi saraf tepi yang baik, dan mekanisme biokimia yang adekuat merupakan faktor mutlak yang dibutuhkan hingga ereksi dapat dimulai dan dipertahankan.

Terdapat dua mekanisme sistem saraf yang berlaku, yakni sistem saraf otonom yang berperan dalam ereksi serta orgasme, serta sistem saraf parasimpatik yang berperan untuk menginisiasi dan mempertahankan ereksi. Terjadinya kontraksi penis terjadi dari mekanisme RhoA–Rho kinase, dan faktor mediasi seperti noradrenalin, endothelin-1, neuropeptide Y, prostanoid, angiotensin II, serta hal lain yang belum dapat teridentifikasi.[10,17]

Sedangkan pada relaksasi penis, terdapat faktor mediasi relaksasi, seperti asetilkolin, nitric oxide, vasoactive intestinal polypeptide, pituitary adenylyl cyclase activating peptide, calcitonin gene related peptide, adrenomedullin, adenosine triphosphate, serta adenosine prostanoids.[10,17]

Faktor Organik

Gangguan organik bisa disebabkan oleh gangguan mekanisme nitric oxide dan penurun testosteron.

Gangguan Mekanisme Nitric Oxide

Gangguan mekanisme nitric oxide (NO) merupakan gangguan pada komponen saraf dan jaringan endotel. Dari berbagai percobaan klinis, pelepasan NO oleh ujung saraf dan pembuluh darah pada arteri penis akan menyebabkan terjadinya ereksi.

Produksi NO dilakukan oleh enzim NO synthase (NOS). Enzim NOS berperan penting mulai dari mekanisme perdarahan sampai sistem kekebalan tubuh. Terdapat 3 subtipe NO, yakni nNOS yang terdapat pada jaringan syaraf, iNOS yang diaktivasi oleh sistem imun makrofag, dan eNOS yang terdapat pada endotel pembuluh darah. Gangguan pada mekanisme nitric oxide akan menyebabkan disfungsi ereksi[1,17]

Penurunan Testosterone atau Hipogonadisme

Hormon testosteron berfungsi mengatur mood, vitalitas, fungsi kognitif, serta pengaturan komposisi otot dan tulang. Selain itu, testosteron juga memiliki fungsi vital pada gangguan seksual, seperti penurunan libido, kualitas ereksi yang buruk, gangguan ejakulasi, penurunan gairah seksual, dan penurunan respon ereksi secara spontan.

Telah dilakukan penelitian terkait hubungan keduanya, didapatkan hasil sekitar 40% pada laki–laki usia 45 tahun ke atas mengalami disfungsi ereksi dan penurunan testosteron.[4,6,14,23]

Saat ini, mekanisme hubungan antara rendahnya testosteron dan disfungsi ereksi masih tidak jelas. Hanya 2–21% pria dengan disfungsi ereksi disertai penurunan kadar testosteron, sementara itu 35–40% pria mengalami perbaikan ereksi saat dilakukan penggantian testosteron, sehingga hampir 65% tidak mengalami perbaikan.[6,15,16]

Faktor Psikososial

Disfungsi ereksi dapat dipengaruhi adanya gangguan psikis seperti stress, kelelahan, depresi, trauma psikis, dan rendahnya percaya diri. Berbagai macam gangguan psikis tersebut berkorelasi dengan neurotransmitter noradrenalin yang menghambat ereksi.[8,14,39]

Faktor Medikamentosa

Disfungsi ereksi terjadi sebagai efek samping obat–obatan. Obat antidepresi golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti paroxetine dan serotonin norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs) dapat mengurangi hasrat seksual sehingga menyebabkan disfungsi ereksi.

Obat antipsikotik, seperti risperidone, juga dapat berpengaruh pada libido pria karena dapat mengubah kualitas orgasme serta mampu menghambat terjadinya ereksi.[32–35]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Sooriyamoorthy T, Leslie SW. Erectile Dysfunction. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562253/
4. Guay AT. Testosterone and erectile physiology. Aging Male. 2006 Dec. 9(4):201-6
5. Althof SE, O' Leary MP, Cappelleri JC et al. Self-esteem, confidence, and relationships in men treated with sildenafil citrate for erectile dysfunction: results of two doubleblind, placebo-controlled trials. J Gen Intern Med 2006; 21(10):1069-1074.
6. Zhang XH, Melman A, Disanto ME. Update on corpus cavernosum smooth muscle contractile pathways in erectile function: a role for testosterone? J Sex Med. 2011 Jul. 8(7):1865-79.
8. Goldstein I. The mutually reinforcing triad of depressive symptoms, cardiovascular disease, and erectile dysfunction. Am J Cardiol. 2000 Jul 20. 86(2A):41F-45F.
9. Shen TC, Chen WC, Lin CL, et al. The risk of erectile dysfunction in chronic obstructive pulmonary disease: a population-based cohort study in Taiwan. Medicine (Baltimore). 2015 Apr. 94 (14):e448
10. Larson TR. Current treatment options for benign prostatic hyperplasia and their impact on sexual function. Urology. 2003 Apr. 61(4):692-8.
14. Cosgrove DJ, Gordon Z, Bernie JE, Hami et al. Sexual dysfunction in combat veterans with post-traumatic stress disorder. Urology. 2002 Nov. 60(5):881-4.
15. Glina S, Sharlip ID, Hellstrom WJ. Modifying risk factors to prevent and treat erectile dysfunction. J Sex Med. 2013 Jan. 10(1):115-9.
16. Mirone V, et al. Cigarette smoking as risk factor for erectile dysfunction: results from an Italian epidemiological study. Eur urol. 2002 Mar;41(3):294-7.
17. Cartledge J, Minhas S, Eardley l. The role of nitric oxide in penile erection. Expert Opin Pharmacother. 2001 jan;2(1)95-107.
32. Brill M. Antidepressants and sexual dysfunction. Fertil Steril 2004;81 Suppl 2:35-40.
33. Baldwin DS. Sexual dysfunction associated with antidepressant drugs. Expert Opin Drug saf 2004;3:457-70.
34. Baggeley M. sexual dysfunction in schizophrenia: focus on recent evidence Hum psychopharmacol 2008;23:201-9.
35. Kelly DL, Conley RR. Sexuality and schizophrenia: a review. Schizophr Bull 2004;30:767-79.
39. McCabe MP. Althof SE. A systematic review of the psychosocial outcomes associated with erectile dysfunction: does the impact of erectile dysfunction extend beyond a man's inability to have sex? J Sex Med. 2014 Feb; 11(2):347-63.

Pendahuluan Disfungsi Ereksi
Etiologi Disfungsi Ereksi

Artikel Terkait

  • Skrining Disfungsi Seksual Akibat Antidepresan
    Skrining Disfungsi Seksual Akibat Antidepresan
  • Strategi Mengatasi Disfungsi Seksual Akibat Terapi Antidepresan
    Strategi Mengatasi Disfungsi Seksual Akibat Terapi Antidepresan
  • Efek Terapi Gelombang Kejut Linier Pada Disfungsi Ereksi – Telaah Jurnal Alomedika
    Efek Terapi Gelombang Kejut Linier Pada Disfungsi Ereksi – Telaah Jurnal Alomedika
  • Sildenafil Tidak Menyebabkan Serangan Jantung
    Sildenafil Tidak Menyebabkan Serangan Jantung
  • Testosterone Replacement Therapy untuk Disfungsi Ereksi
    Testosterone Replacement Therapy untuk Disfungsi Ereksi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 07 Februari 2024, 09:56
Testosterone Replacement Therapy untuk Disfungsi Ereksi - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO DOKTER.Terapi pengganti testosteron umum digunakan untuk tata laksana hipogonadisme pria. Namun, dalam dekade terakhir, uji klinis mulai banyak...
Anonymous
Dibalas 02 Oktober 2023, 06:53
Sediaan alprostadil topikal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Salam sejawat.Saya ingin bertanya, apakah sediaan alprostadil topikal utk disfungsi ereksi tersedia di Indonesia, soalnya saya ada terlihat salah satu...
Anonymous
Dibalas 16 Januari 2023, 07:46
Lama pemberian tadalafil pada pasien ED
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, untuk pasien ED, untuk dosis harian Tadalafil nya brp MG ya dok? Dan di konsumsi brp lama agar sembuh total? Terimakasih dok

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.