Patofisiologi Miringitis Bulosa
Patofisiologi miringitis bulosa dapat terjadi sebagai suatu miringitis primer, atau miringitis sekunder. Etiologi dan patogenesis dari kedua jenis miringitis tersebut berbeda, sehingga akan membutuhkan tata laksana yang berbeda pula.[1,2]
Miringitis Bulosa Primer
Miringitis bulosa primer dapat terjadi langsung akibat trauma, seperti benda asing, cedera saat membersihkan kanal auditori eksterna, trauma akustik akut, perubahan tekanan kabin pesawat, dan pukulan atau benturan di telinga. Miringitis bulosa primer juga diduga dapat terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang mempengaruhi membran timpani, sebagai bagian dari infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Dapat juga melalui penyebaran infeksi jamur dari epidermis yang berdekatan.[2,5]
Saat peradangan terjadi, bula yang membesar dan membran timpani yang mengalami inflamasi dapat menyebabkan rasa sakit hebat sampai bula pecah. Pada akhirnya dapat menyebabkan keluarnya cairan di telinga (otorrhea).[1,5]
Miringitis Bulosa Sekunder
Miringitis bulosa sekunder biasanya terjadi akibat perluasan infeksi dari otitis media, otitis eksterna, dan perforasi membran timpani. Studi histologi pada miringitis bulosa masih kurang, tetapi berdasarkan anatomi dari membran timpani dapat dibayangkan bahwa inflamasi kuman patogen bisa memicu akumulasi cairan pada membran timpani sehingga timbul bula.[2,5]
Otorrhea atau middle ear fluid (MEF) pada miringitis bulosa, selain muncul akibat dari pecahnya bula, mungkin juga berasal dari otitis media. Selain berupa cairan bening atau kekuningan, darah juga dapat keluar dari telinga. Pada pasien dengan otitis media akut sering terlihat memiliki membran timpani yang lebih tebal dibandingkan dengan telinga normal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pembengkakan lapisan jaringan subepitel dan submukosa membran timpani pasien otitis media akut. Selain itu, ada banyak kapiler dan infiltrasi sel inflamasi ke dalam lapisan jaringan subepitel dan submukosa di membran timpani.[5,8,9]