Durasi Penggunaan Antibiotik pada Otitis Media Akut

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji

Pengurangan durasi penggunaan antibiotik untuk terapi otitis media akut pada pasien pediatri diduga bisa mengurangi resistensi antibiotik dan efek samping antibiotik. Akan tetapi, pengurangan durasi terapi ini masih diperdebatkan karena diperkirakan dapat menaikkan angka kegagalan terapi otitis media akut.

Otitis media akut atau OMA merupakan penyakit yang umum menyerang anak-anak, dengan puncak insiden pada anak berusia 6–11 bulan. Definisi otitis media akut adalah keadaan efusi telinga tengah yang disertai dengan tanda dan gejala inflamasi telinga tengah, seperti otalgia, otorea, dan demam.[1-3]

Depositphotos_176526864_m-2015_compressed

Otitis media akut merupakan salah satu indikasi penggunaan antibiotik. Namun, risiko resistensi yang tinggi saat ini menyebabkan beberapa asosiasi medis menyarankan untuk menahan terapi antibiotik kecuali jika gejala OMA menetap atau memburuk.[1-3]

Otitis media akut bisa sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu, pedoman American Academy of Pediatrics pada tahun 2017 menyatakan bahwa OMA bisa dimanajemen dengan watchful waiting selama 2–3 hari untuk mengurangi biaya pengobatan, risiko resistensi antibiotik, dan efek samping antibiotik.[1]

Beberapa ahli berhipotesis bahwa salah satu siasat untuk mengurangi resistensi adalah dengan mengurangi durasi terapi antibiotik. Namun, bila OMA dengan kriteria yang membutuhkan antibiotik tidak diterapi secara adekuat dengan antibiotik, komplikasi seperti mastoiditis, perforasi membran timpani, dan gangguan pendengaran yang menyebabkan keterlambatan berbicara dapat terjadi. Oleh karena itu, dokter harus membuat keputusan dengan hati-hati.[2,3]

Pedoman Mengenai Terapi Otitis Media Akut

Beberapa asosiasi medis internasional maupun nasional telah merilis pedoman terapi otitis media akut pada anak-anak.

Canadian Pediatric Society Position Statement 2016

Pedoman yang dikeluarkan oleh Canadian Pediatric Society Position Statement 2016 menyatakan bahwa terapi amoxicillin oral selama 5 hari menunjukkan efektivitas yang sama dengan terapi antibiotik 10 hari (pada anak OMA tanpa komplikasi yang berusia ≥2 tahun). Terapi antibiotik oral selama 10 hari hanya direkomendasikan pada anak usia <2 tahun, kejadian OMA rekuren, OMA dengan perforasi membran timpani, dan/atau terapi inisial tidak berhasil.[4]

American Academy of Pediatrics 2013

American Academy of Pediatrics 2013 menyebutkan bahwa dokter harus meresepkan antibiotik untuk anak OMA yang berusia ≥6 bulan, dengan gejala otalgia sedang/berat selama 48 jam atau temperatur ≥39°C. Dokter juga harus meresepkan antibiotik untuk anak OMA bilateral ringan yang berusia 6–23 bulan, dengan gejala otalgia ringan <48 jam dan temperatur <39°C.[3]

Pada anak berusia 6–23 bulan dengan OMA unilateral ringan, dokter bisa memberikan pilihan kepada penanggung jawab pasien (terapi antibiotik atau watchful waiting selama 48–72 jam setelah onset gejala, yang diikuti dengan follow-up dan pemberian antibiotik apabila tidak ada perbaikan gejala).[3]

Dokter harus meresepkan amoxicillin sebagai terapi lini pertama OMA pada anak yang tidak menerima amoxicillin dalam 30 hari sebelumnya, tidak mengalami konjungtivitis purulen, dan tidak memiliki riwayat alergi terhadap penicillin. Namun, dokter harus meresepkan beta-laktamase pada anak OMA yang pernah menerima amoxicillin dalam 30 hari sebelumnya, memiliki gejala konjungtivitis purulen, atau memiliki riwayat gagal terapi OMA rekuren dengan amoxicillin.[3]

World Health Organization dan Ikatan Dokter Anak Indonesia

Menurut “Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit” yang disusun oleh WHO dan IDAI, terapi rawat jalan untuk anak yang mengalami otitis media akut adalah amoxicillin atau kotrimoksazol oral selama 7–10 hari.[5]

Bukti Ilmiah Tentang Durasi Terapi Antibiotik pada Otitis Media Akut

Beberapa uji klinis dan meta analisis telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas dan risiko terapi antibiotik standar dan terapi antibiotik yang lebih singkat.

Studi Hoberman, et al

Uji klinis acak terkontrol (buta ganda) oleh Hoberman, et al. mengambil sampel 520 anak berusia 6–23 bulan dengan OMA yang mendapatkan terapi amoxicillin-clavulanate selama durasi standar 10 hari (n=238) atau durasi 5 hari yang kemudian diikuti plasebo selama 5 hari (n=229).[2]

Hasil menunjukkan bahwa terapi antibiotik dengan durasi 5 hari mengalami kegagalan terapi 17% lebih tinggi daripada terapi antibiotik standar. Kelompok antibiotik durasi standar mengalami penurunan tanda dan gejala OMA (seperti demam dan nyeri) yang lebih signifikan. Pada anak dengan OMA rekuren, terapi antibiotik jangka pendek juga menunjukkan kegagalan terapi yang lebih tinggi daripada antibiotik durasi standar.[2]

Analisis mengenai resistensi antibiotik dan efek samping antibiotik juga menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara terapi jangka pendek maupun standar. Studi ini menyimpulkan bahwa penggunaan antibiotik 5 hari memiliki efektivitas yang lebih buruk daripada antibiotik durasi standar 10 hari, serta tidak berhasil mengurangi efek samping antibiotik maupun resistensi antibiotik secara bermakna.[2]

Studi Kozyrskyj, et al

Hasil meta analisis Kozyrskyj, et al. pada tahun 2010 yang menganalisis 49 penelitian (n=12.045) menyebutkan bahwa terapi antibiotik durasi pendek (<7 hari) memiliki risiko kegagalan terapi 3% lebih besar daripada terapi antibiotik durasi panjang (>7 hari).

Terapi durasi pendek meningkatkan risiko menetapnya gejala dan risiko relapse atau reinfeksi 8–19 hari setelah terapi. Meta analisis ini menyatakan bahwa efek jangka panjang (>30 hari) tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Namun, antibiotik durasi pendek dapat mengurangi efek samping gastrointestinal secara signifikan. Studi ini juga menyatakan bahwa efektivitas azithromycin dan ceftriaxone tidak berkaitan dengan durasi terapi panjang atau pendek (berbeda dengan antibiotik lain).[6,7]

Studi Venekamp, et al

Meta analisis oleh Venekamp, et al. pada tahun 2013 menganalisis 12 uji klinis acak (3.317 anak dan 3.854 episode OMA). Hasil menyebutkan bahwa antibiotik mengurangi kejadian perforasi membran timpani dan episode OMA kontralateral. Antibiotik sangat bermanfaat bila diberikan kepada anak usia <2 tahun. Namun, anak usia >2 tahun lebih baik menjalani watchful waiting selama 2–3 hari.[8]

Meta analisis ini sejalan dengan meta analisis Kozyrskyj yang menyebutkan adanya peningkatan efek samping (diare, muntah, dan ruam) dengan penggunaan antibiotik (number needed to harm atau NNTH: 14). Namun, meta analisis ini tidak membahas lebih dalam mengenai durasi penggunaan antibiotik.[8]

Studi Glenn, et al

Glenn, et al. menyatakan bahwa pemberian amoxicillin atau ampicillin memperbaiki gejala klinis OMA dalam 2–7 hari. Studi yang membandingkan amoxicillin dan plasebo membuktikan bahwa persentase gejala yang menetap pada hari ke-4 adalah 72% pada grup plasebo dan hanya 59% pada grup amoxicillin.[9]

Hasil analisis efek samping masing-masing antibiotik tampak berbeda-beda. Amoxicillin memiliki efek diare lebih rendah daripada cefixime. Azithromycin 5 hari memiliki efek samping gastrointestinal lebih rendah daripada amoxicillin-clavulanate 7–10 hari.[9]

Pelaku studi menyebutkan bahwa resistensi antibiotik merupakan hal yang perlu dipertimbangkan masak-masak di era resistensi antibiotik saat ini. Setelah menganalisis penelitian tahun 1965–1970 dan 1981–1990, pelaku studi membuktikan bahwa apabila penggunaan antibiotik dibatasi pada era itu, kejadian resistensi antibiotik saat ini akan berkurang. Namun, hubungan antara durasi terapi antibiotik yang panjang dan kejadian resistensi masih belum jelas.[9]

Kesimpulan

Penggunaan antibiotik durasi panjang (>7 hari) pada anak usia <2 tahun menunjukkan perbaikan gejala yang lebih unggul tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping obat bila dibandingkan dengan terapi antibiotik durasi pendek. Efek samping obat yang biasa terjadi adalah masalah gastrointestinal seperti diare dan muntah.

Hubungan penggunaan antibiotik jangka panjang dan lebih tingginya kejadian resistensi masih belum dapat disimpulkan dengan jelas karena terbatasnya studi. Durasi terapi OMA bervariasi tergantung pada jenis antibiotiknya, usia pasien, dan keparahan OMA. Contohnya, durasi terapi amoxicillin/amoxicillin-clavulanate tentunya berbeda dengan durasi terapi azithromycin.

Durasi pemberian amoxicillin atau amoxicillin-clavulanate yang disarankan pada anak berusia <2 tahun adalah 10 hari. Sementara itu, pada anak berusia ≥2 tahun, langkah yang disarankan adalah watchful waiting selama 2–3 hari, yang diikuti pemberian antibiotik 5 hari jika tidak ada perbaikan gejala.

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi