Penatalaksanaan Emboli Paru
Tujuan penatalaksanaan emboli paru adalah mencegah terjadinya episode emboli lanjutan dengan menggunakan antikoagulan.
Antikoagulan
Pemberian antikoagulan parenteral selama 5 – 10 hari direkomendasikan pada pasien dengan emboli paru akut. Pemberian antikoagulan dilaporkan dapat mencegah kematian dan rekurensi.
Pengobatan fase akut emboli paru menggunakan antikoagulan parenteral, yaitu unfractionated heparin (UFH) dan low molecular weight heparin (LMWH), atau fondaparinux. Pemberian LMWH lebih direkomendasikan dibandingkan UFH dan fondaparinux dikarenakan rendahnya risiko perdarahan dan heparin-induced thrombocytopenia (HIT) pada pasien. Akan tetapi, pada pasien obesitas berat dan gangguan ginjal, pemberian UFH lebih disarankan.
Dosis UFH yang disarankan adalah bolus inisial 80 U/kgBB atau 5000 U, dilanjutkan dengan infus 18 U/kgBB/jam atau 1300 U/jam. Dosis LMWH dan fondaparinux yang sudah disetujui European Society of Cardiology (ESC) dapat dilihat pada Tabel 4. [11,15]
Tabel 4. Dosis LMWH dan Fondaparinux pada Pengobatan Emboli Paru
Dosis | Interval | |
Enoxaparin | 1,0 mg/kg Atau 1,5 mg/kg | Setiap 12 jam Sehari sekali |
Tinzaparin | 175 U/kg | Sekali sehari |
Dalteparin | 100 IU/kg Atau 200 IU/kg | Setiap 12 jam Sehari sekali |
Nadroparin | 86 IU/kg Atau 171 IU/kg | Setiap 12 jam Sehari sekali |
Fondaparinux | 5 mg (berat badan<50 kg); 7,5 mg (berat badan 50 – 100 kg); 10 g (berat badan > 100 kg) |
Pemberian antikoagulan oral sebaiknya dimulai sesegera mungkin, lebih disarankan pada hari yang sama dengan antikoagulan intravena. Warfarin adalah antikoagulan oral yang direkomendasikan. Warfarin digunakan dalam dosis inisial 10 mg pada pasien usia < 60 tahun tanpa komorbiditas, dan 5 mg pada pasien usia lanjut. Dosis warfarin disesuaikan dengan kadar INR setiap 5-7 hari. [11]
Trombolisis
Pada pasien dengan syok dan hemodinamik tidak stabil disarankan untuk dilakukan trombolisis sistemik. Terapi trombolisis lebih cepat dalam mengembalikan perfusi dibandingkan antikoagulan. Efikasi trombolisis ditemukan lebih baik pada emboli paru dengan durasi di bawah 48 jam, namun terapi ini juga dapat diberikan pada pasien dengan onset 6 – 14 hari.
Menurut American College of Chest Physician (ACCP) trombolisis sistemik diindikasikan pada pasien dengan tekanan sistolik < 90 mmHg. Panduan The American Heart Association (AHA) juga merekomendasikan pemberian trombolisis pada pasien bradikardi < 40 kali/menit. Efek samping trombolisis dapat berupa pendarahan hebat, termasuk perdarahan intrakranial. Oleh karena itu pemantauan yang ketat saat pemberian terapi sangat diperlukan. [11,16,17]
Tabel 5. Regimen Trombolitik pada Emboli Paru
Streptokinase | 250.000 IU dosis loading selama 30 menit diikuti dengan 100.000 IU/jam selama 12 – 24 jam |
Regimen percepatan: 1,5 juta IU selama 2 jam | |
Urokinase | 4400 IU/kg dosis loading selama 10 menit diikuti dengan 4400 IU/kg per jam selama 12 – 24 jam |
Regimen percepatan: 3 juta IU selama 2 jam | |
rtPA | 100 mg selama 2 jam; atau |
0,6 mg/kg selama 15 menit (dosis maksimum 50 mg) |
Embolektomi Operatif
Tindakan embolektomi operatif direkomendasikan pada pasien yang gagal terapi trombolitik sistemik. Tindakan ini bersifat invasif dan memiliki tingkat mortalitas 4 – 27%. Akan tetapi, pada pasien yang berhasil dilakukan tindakan, tingkat kelangsungan hidup cukup tinggi yaitu 84%. [11,18]
Filter Vena
Filter vena kava inferior merupakan filter vaskular yang dimasukkan ke dalam vena kava inferior untuk terapi emergensi pasien emboli paru akut. Terapi ini lebih disarankan pada pasien dengan emboli paru akut yang memiliki kontraindikasi absolut terhadap terapi antikoagulan dan perdarahan hebat saat fase akut. [11,19]