Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gangguan Tidur general_alomedika 2023-01-26T13:49:45+07:00 2023-01-26T13:49:45+07:00
Gangguan Tidur
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gangguan Tidur

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gangguan tidur dimulai dari pendekatan nonfarmakologi, yang mencakup sleep hygiene dan sleep restriction. Terapi farmakologi yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala gangguan tidur antara lain benzodiazepine, agonis reseptor melatonin, dan Z-drugs.[1]

Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi untuk gangguan tidur dapat berupa sleep hygiene, cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy.

Sleep Hygiene

Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup, seperti kontrol diet, olah raga teratur, dan mengurangi penggunaan stimulan dan alkohol. Faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur, misalnya suara, cahaya, dan temperatur, juga dikendalikan. Selain itu juga disarankan untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.[1,22]

Stimulus Control Therapy

Pasien yang mengalami gangguan tidur kronis cenderung mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan jam tidur dengan perilaku-perilaku yang bisa mengganggu tidur, seperti khawatir, membaca, menggunakan smartphone, atau menonton televisi di tempat tidur. Stimulus control therapy ditujukan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang mengganggu tidur ini dari tempat dan jam tidur.

Instruksi untuk terapi ini mencakup:

  • Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
  • Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
  • Tidur hanya di tempat tidur di kamar tidur dan bukan di tempat lain, seperti sofa
  • Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
  • Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
  • Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
  • Hindari tidur di siang hari[1,5]

Sleep Restriction

Terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga di tempat tidur (sebelum tidur). Sebelum terapi dimulai, pasien diminta membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan waktu benar-benar tidur di tempat tidur dibandingkan dengan seluruh waktu yang dihabiskan di tempat tidur (sleep efficiency).

Pasien hanya diijinkan tidur sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur di tempat tidur (tapi tidak boleh kurang dari 5 jam), sehingga pasien akan mengalami deprivasi tidur dan peningkatan dorongan untuk tidur. Bila sleep efficiency sudah mencapai 90%, maka jam tidur ditambahkan 15 menit.[1,5]

Terapi Relaksasi

Pikiran bisa memperparah gangguan tidur. Mereka yang mengalami gangguan tidur seringkali mencemaskan kesulitan tidurnya ketika memulai tidur sehingga memperparah gangguan tidurnya. Terapi relaksasi ditujukan untuk meredakan pikiran-pikiran ini. Teknik relaksasi yang bisa digunakan adalah progressive muscular relaxation, autogenic training (menginduksi sensasi hangat dan tekanan untuk menimbulkan relaksasi somatik), dan imagery.[1,5]

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT untuk insomnia menggunakan pendekatan kognitif mengatasi distorsi kognitif dan miskonsepsi mengenai insomnia, pendekatan perilaku, dan pendekatan edukasional (misalnya sleep hygiene). CBT untuk insomnia bisa dilakukan secara interpersonal maupun dalam bentuk terapi kelompok.[1,5]

Bentuk CBT khusus untuk insomnia adalah Cognitive-behavioral therapy for insomnia (CBT-I). Terapi ini dilaporkan efektif dalam format individual, kelompok, atau digital. Terapi ini juga efektif dalam memperbaiki parameter tidur, seperti efisiensi tidur dan waktu tidur total, serta menurunkan latensi tidur, jumlah periode terbangun, dan tingkat keparahan insomnia.[23,24]

Maintenance Patensi Jalan Napas

Untuk mereka yang mengalami gangguan tidur yang terkait dengan gangguan jalan napas, maka bisa dipertimbangkan untuk pemberian dental-oral appliance, pengaturan posisi tidur, penurunan berat badan, atau tindakan operatif.[25]

Terapi Farmakologi

Banyak klinisi yang memberikan obat golongan antihistamin yang mempunyai efek sedasi kuat untuk mengatasi gangguan tidur. Namun hal ini tidak direkomendasikan karena antihistamin mempunyai efek antikolinergik. Obat lain yang berefek sedasi dan bisa digunakan adalah obat antidepresan, misalnya mirtazapine, trazodone, dan amitriptyline.[1,6]

Prinsip Terapi Gangguan Tidur

Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan mempertimbangkan:

  • Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai tidur atau mempertahankan tidur)
  • Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)
  • Durasi pemberian obat yang direncanakan
  • Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting seperti alprazolam dan zolpidem. Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi magnesium bermanfaat pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme dan efikasinya masih membutuhkan studi lebih lanjut.

Untuk pasien yang mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan aksi yang lebih panjang, seperti eszopiclone dan suvorexant. Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi, bisa diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif, seperti trazodone dan mirtazapine.

Untuk mereka yang mengalami gangguan irama sirkadian, bisa diberikan obat golongan melatonin agonis atau orexin antagonis.[1,5,6]

Obat Untuk Mengatasi Kualitas dan Kuantitas Tidur

Farmakoterapi yang bisa digunakan pada gangguan tidur dimana pasien mengalami penurunan kualitas dan kuantitas tidur adalah:

  • Golongan benzodiazepine seperti flurazepam, temazepam, estazolam, dan triazolam)
  • Z-drugs seperti zaleplon, zolpidem, dan eszopiclone

  • Agonis reseptor melatonin seperti ramelteon[1,5]

Golongan benzodiazepine adalah obat yang murah dan tersedia luas, namun mempunyai risiko timbulnya adiksi dan toleransi, sedasi berlebihan, risiko jatuh, efek samping muscle relaxant, serta efek kognitif yang signifikan. Golongan z-drugs telah disetujui FDA untuk manajemen insomnia kronis, namun mempunyai efek samping timbulnya parasomnia, sedasi berlebihan, dan potensi timbulnya toleransi.[6]

Obat Hipersomnia dan Narkolepsi

Selain obat untuk mengatasi insomnia, ada juga obat yang digunakan untuk mengatasi hipersomnia dan narkolepsi. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai anti-narkolepsi lini pertama adalah modafinil, armodafinil, pitolisant, sodium oxybate, dan solriamfetol. Obat-obat yang bisa digunakan sebagai lini kedua adalah metilfenidat dan amfetamin.[4,21]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ

Referensi

1. Karna B, Sankari A, Tatikonda G. Sleep Disorder. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560720/
4. Bassetti CLA, Kallweit U, Vignatelli L, Plazzi G, Lecendreux M, Baldin E, et al. European guideline and expert statements on the management of narcolepsy in adults and children. Eur J Neurol 2021;28:2815–30.
5. Holder S, Narula NS. Common Sleep Disorders in Adults: Diagnosis and Management. American Family Physician 2022;105.
6. K. Pavlova M, Latreille V. Sleep Disorders. The American Journal of Medicine 2019;132:292–9.
21. Barker EC, Flygare J, Paruthi S, Sharkey KM. Living with Narcolepsy: Current Management Strategies, Future Prospects, and Overlooked Real-Life Concerns. NSS 2020;Volume 12:453–66.
22. Edinger JD, Arnedt JT, Bertisch SM, Carney CE, Harrington JJ, Lichstein KL, et al. Behavioral and psychological treatments for chronic insomnia disorder in adults: an American Academy of Sleep Medicine systematic review, meta-analysis, and GRADE assessment. J Clin Sleep Med 2021;17:263–98.
23. Gao Y, Ge L, Liu M, Niu M, Chen Y, Sun Y, et al. Comparative efficacy and acceptability of cognitive behavioral therapy delivery formats for insomnia in adults: A systematic review and network meta-analysis. Sleep Med Rev 2022;64:101648. https://europepmc.org/article/med/35759820
24. Espie CA, Emsley R, Kyle SD, Gordon C, Drake CL, Siriwardena AN, et al. Effect of Digital Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia on Health, Psychological Well-being, and Sleep-Related Quality of Life: A Randomized Clinical Trial. JAMA Psychiatry 2019;76:21–30.

Diagnosis Gangguan Tidur
Prognosis Gangguan Tidur

Artikel Terkait

  • Studi Literatur - Bahaya Blue Light
    Studi Literatur - Bahaya Blue Light
  • Antihistamin Tidak Disarankan untuk Penatalaksanaan Insomnia
    Antihistamin Tidak Disarankan untuk Penatalaksanaan Insomnia
  • Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
    Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
  • Olahraga sebagai Terapi untuk Insomnia
    Olahraga sebagai Terapi untuk Insomnia
  • Efektivitas dan Keamanan Obat Antidepresan untuk Insomnia
    Efektivitas dan Keamanan Obat Antidepresan untuk Insomnia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Eliot Hughes Tiven
15 hari yang lalu
Penggunaan sleep patch untuk mengatasi masalah sulit tidur
Oleh: dr. Eliot Hughes Tiven
5 Balasan
Alo dokter, ijin berdiskusi.Selain sleep hygiene, apakah sleep patch bisa direkomendasikan untuk mengatasi masalah sulit tidur? Kemudian, bila tidak memiliki...
Anonymous
15 November 2022
Insomnia pada Lansia - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dokterIjin bertanya dok, pada lansia yang mengalami insomnia, bila sleeping hygiene tidak bisa memperbaiki insomnia, bagaimana penanganan yang sebaiknya...
Anonymous
15 November 2022
Penanganan Insomnia di Faskes Tingkat Pertama - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter, ijin tanya, saya dan teman sejawat sering bingung jika kita menemukan pasien dengan gangguan tidur atau insomnia di faskes tingkat pertama.. bila...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.