Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Gangguan Tidur general_alomedika 2022-06-09T09:24:38+07:00 2022-06-09T09:24:38+07:00
Gangguan Tidur
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gangguan Tidur

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gangguan tidur sebaiknya mengedepankan pendekatan non-farmakologis. American Family Physician baru-baru ini mendorong klinisi untuk mengurangi pemakaian obat-obatan dalam tata laksana gangguan tidur. [13,14]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis untuk gangguan tidur dapat berupa sleep hygiene, cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy.

Sleep Hygiene

Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup, seperti kontrol diet, olah raga teratur, mengurangi penggunaan stimulant dan alkohol. Faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur (misalnya suara, cahaya, dan temperature) juga dikendalikan. Selain itu juga disarankan untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat. [9]

Stimulus Control Therapy

Pasien yang mengalami gangguan tidur kronis cenderung mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan jam tidur dengan perilaku-perilaku yang bisa mengganggu tidur, seperti khawatir, membaca, menggunakan smartphone, atau menonton TV di tempat tidur. Stimulus control therapy ditujukan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang mengganggu tidur ini dari tempat dan jam tidur.

Instruksi untuk terapi ini mencakup:

  1. Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
  2. Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
  3. Tidur hanya di kamar tidur dan bukan di tempat lain, seperti sofa
  4. Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
  5. Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
  6. Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur malam berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur malam)
  7. Hindari tidur di siang hari [4,9]

Sleep Restriction

Terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga di tempat tidur sebelum tidur. Sebelum terapi dimulai, pasien diminta membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan waktu benar-benar tidur di tempat tidur dibandingkan dengan seluruh waktu yang dihabiskan di tempat tidur (sleep efficiency). Pasien hanya diijinkan tidur sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur di tempat tidur (tapi tidak boleh kurang dari 5 jam), sehingga pasien akan mengalami deprivasi tidur dan peningkatan dorongan untuk tidur. Bila sleep efficiency sudah mencapai 90%, maka jam tidur ditambahkan 15 menit. [9]

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT untuk insomnia menggunakan pendekatan kognitif untuk mengatasi distrosi kognitif dan miskonsepsi mengenai insomnia, pendekatan perilaku (seperti stimulus control dan sleep restriction), dan pendekatan edukasional (misalnya sleep hygiene). CBT untuk insomnia bisa dilakukan secara interpersonal maupun dalam bentuk group therapy. [9,15]

Maintenance Patensi Jalan Nafas

Untuk mereka yang mengalami gangguan tidur yang terkait dengan gangguan jalan nafas, maka bisa dipertimbangkan untuk pemberian dental-oral appliance, pengaturan posisi tidur, penurunan berat badan, atau tindakan operatif. [2]

Terapi Farmakologis

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani gangguan tidur adalah benzodiazepine (alprazolam, clonazepam), agonis reseptor melatonin (ramelteon, tasimelteon), Z-drugs (zolpidem, zopiclone, eszopiclone, zaleplon), orexin antagonist (suvorexant), antidepresan (mirtazapine, trazodone, amitriptyline), dan antihistamin. [2,9]

Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan mempertimbangkan

  • Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai tidur atau mempertahankan tidur)
  • Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)
  • Durasi pemberian obat yang direncanakan
  • Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting (misalnya alprazolam, zolpidem). Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi magnesium bermanfaat pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme dan efikasinya masih membutuhkan studi lebih lanjut.

Untuk pasien yang mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan aksi yang lebih panjang (misalnya eszopiclone, suvorexant).

Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi, bisa diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif (misalnya trazodone, mirtazapine).

Untuk mereka yang mengalami gangguan irama sirkadian, bisa diberikan obat golongan melatonin agonis atau orexin antagonis.

Farmakoterapi untuk narkolepsi dan hipersomnia adalah modafinil, armodafinil, metifenidat, atau sodium oxybate. Untuk gangguan perilaku terkait tidur REM bisa diberikan clonazepam, melatonin, agonis dopamine (pramipexole, ropinirole), dan gabapentin. [2]

Referensi

2. K. Pavlova M, Latreille V. Sleep Disorders. The American Journal of Medicine 2019;132:292–9. [https://www.amjmed.com/article/S0002-9343(18)30944-6/fulltext]
4. Ramar K, Olson EJ. Management of Common Sleep Disorders. Am Fam Phys, 2013. 88(4): 231-238. https://www.aafp.org/afp/2013/0815/p231.html
9. Praharaj SK, Gupta R, Gaur N. Clinical Practice Guideline on Management of Sleep Disorders in the Elderly. Indian J Psychiatry 2018;60:S383–96. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5840912/]
13. Croke L. Deprescribing Benzodiazepine Receptor Agonists for Insomnia in Adults. Am Fam Phys, 2019. 99(1): 57-58. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30600971
14. Hauk L. Deprescribing Antipsychotics for Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia and Insomnia. Am Fam Phys, 2018. 98(6): 394-395. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30215911
15. American Family Physician. Treatment of Chronic Insomnia in Adults: ACP Guideline. Am Fam Physician. 2017 May 15;95(10):669-670

Diagnosis Gangguan Tidur
Prognosis Gangguan Tidur

Artikel Terkait

  • Studi Literatur - Bahaya Blue Light
    Studi Literatur - Bahaya Blue Light
  • Antihistamin Tidak Disarankan untuk Penatalaksanaan Insomnia
    Antihistamin Tidak Disarankan untuk Penatalaksanaan Insomnia
  • Efektivitas dan Keamanan Obat Antidepresan untuk Insomnia
    Efektivitas dan Keamanan Obat Antidepresan untuk Insomnia
  • Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
    Hindari Penghentian Diazepam secara Tiba-Tiba
  • Olahraga sebagai Terapi untuk Insomnia
    Olahraga sebagai Terapi untuk Insomnia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Budi Aswin
18 Mei 2022
Insomnia pada lansia dengan komorbid hipertensi dan gangguan fungsi ginjal
Oleh: dr. Budi Aswin
1 Balasan
Alo dokter , izin bertanya bagaimana penanganan insomnia pada lansia dengan komorbid HT dan sudah ada gangguan fungsi ginjal? Terimakasih
dr. Hudiyati Agustini
18 Maret 2022
Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Obat golongan benzodiazepine sering digunakan dalam manajemen insomnia, yaitu dengan mengurangi latensi tidur, meningkatkan durasi tidur, serta...
dr.Dizi Bellari Putri
17 Maret 2022
Indikasi pemberian terapi farmakologis pada insomnia - Saraf Ask the Expert
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
4 Balasan
Alo dr. Anyeliria Sp.S, izin bertanya apakah indikasi pemberian terapi farmakologis pada pasien insomnia dok?Terimakasih dok

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.