Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Deep Brain Stimulation Procedure (DBS) annisa-meidina 2023-06-27T09:01:36+07:00 2023-06-27T09:01:36+07:00
Deep Brain Stimulation Procedure (DBS)
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Pendahuluan Deep Brain Stimulation Procedure (DBS)

Oleh :
dr.Septy Aulia Rahmy, Sp. N
Share To Social Media:

Deep brain stimulation procedure (DBS) adalah prosedur bedah saraf yang memberikan arus listrik lemah ke lokasi spesifik di otak. Pemberian arus listrik menggunakan mikroelektroda, yaitu implantasi perangkat medis yang disebut neurostimulator (brain pacemaker).  Arus listrik lemah/pendek yang digunakan pada prosedur ini ditujukan untuk meniru arus alami impuls saraf.[1,2]

Pada tahun 1987, DBS mulai dikembangkan untuk mengatasi gangguan tremor dan penyakit parkinson, setelahnya DBS juga digunakan pada pasien-pasien diskinesia dan gangguan gerak lainnya. DBS merupakan salah satu aplikasi stimulasi listrik otak ke pengembangan teknologi baru yaitu neurostimulasi.[1,2]

Neuromodulation,With,Deep,Brain,Stimulation,Or,Dbs,At,Subthalamic,Nucleus

Dalam bidang neurostimulasi, DBS mulai dikembangkan sebagai subspesialisasi dari bedah saraf. Selama operasi stereotaktik, elektroda ditanamkan pada inti subkortikal untuk memberikan arus listrik rendah dan menstimulasi saraf secara terapeutik.[1,2]

Mekanisme kerja DBS masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada 4 teori mekanisme yang diajukan, yaitu:

  • Inhibisi langsung aktivitas saraf: DBS menghambat aktivitas saraf, seperti pada prosedur thalamotomy, dan memberikan manfaat yang sama pada pasien dengan gangguan gerak dan juga obsessive compulsive disorder (OCD)
  • Eksitasi langsung aktivitas saraf: DBS menyebabkan eksitasi langsung pada aktivitas saraf. Pada rekaman multielektroda ekstraseluler dari DBS, terlihat aktivitas antidromik akson aferen dan eksitasi akson eferen ke nukleus target, serta aktivitas postsinaptik, yang pada akhirnya menyebabkan normalisasi aktivitas saraf secara keseluruhan
  • Interupsi informasi: rangsangan listrik memblokir aliran informasi melalui struktur otak yang ditargetkan, sehingga DBS dapat menghambat respons kortikal
  • Penyaringan sinaptik (synaptic filtering): DBS menghambat respons yang ditimbulkan secara kortikal, dan sinaps akan menjadi filter low-pass dari sinyal berfrekuensi rendah. DBS dapat menghambat aktivitas osilasi, di mana  akson biasanya terstimulasi pada frekuensi +100 Hz, sedangkan transmisi sinaptik tidak dapat terjadi pada frekuensi yang sama[3]

Hipotesis penyaringan sinaptik berpendapat bahwa sinaps akan menjadi filter low-pass dari sinyal berfrekuensi rendah. Terdapat bukti bahwa stimulasi frekuensi tinggi (>100 Hz) menghasilkan perubahan jaringan yang berbeda dari stimulasi frekuensi rendah (1‒10 Hz).[3]

Saat ini, belum ada konsensus yang jelas tentang mekanisme DBS yang tepat. Namun, dari teori mekanisme yang ada, diharapkan DBS dapat menyebabkan neurogenesis maupun sinaptogenesis. Banyak pendapat meyakinkan bahwa tidak hanya satu mekanisme yang berperan pada penggunaan DBS ini.[3]

Referensi

1. Gautam A, Rai M, Srivastava R, Jyoti B, Priyadarshi PK. Deep brain stimulation- a novel approach for relieving neurological disorders: a review. International Journal of Contemporary Medicine Surgery and Radiology. 2018;3(3):C86-C92. (https://www.ijcmsr.com/uploads/1/0/2/7/102704056/ijcmsr_128_v3_1.pdf)
2. Jakobs, M., Fomenko, A., Lozano, A.M. and Kiening, K.L., 2019. Cellular, molecular, and clinical mechanisms of action of deep brain stimulation—a systematic review on established indications and outlook on future developments. EMBO molecular medicine, 11(4), p.e9575.
(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30862663)
3. Lee, D.J., Lozano, C.S., Dallapiazza, R.F. and Lozano, A.M., 2019. Current and future directions of deep brain stimulation for neurological and psychiatric disorders: JNSPG 75th Anniversary Invited Review Article. Journal of neurosurgery, 131(2), pp.333-342.
(https://thejns.org/view/journals/j-neurosurg/131/2/article-p333.xml)

Indikasi Deep Brain Stimulation ...

Artikel Terkait

  • Red Flags Tremor – Artikel Terkini!
    Red Flags Tremor – Artikel Terkini!
  • Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
    Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
  • Gut-Brain Axis: Mitos atau Fakta
    Gut-Brain Axis: Mitos atau Fakta
  • Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
    Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
  • Cedera Otak Traumatik dan Peningkatan Risiko Terjadinya Penyakit Parkinson
    Cedera Otak Traumatik dan Peningkatan Risiko Terjadinya Penyakit Parkinson

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
28 Juni 2021
Keamanan penggunaan obat jangka panjang pada pasien dengan parkinson
Oleh: dr. Nurul Falah
5 Balasan
Alo dokter, seorang user berusia 65 tahun menderit penyakit parkinson selama 10 tahun, dimana setiap hari pasien harus meminum beberapa obat setiap pagi...
dr.Damayanti Hapsari Puri
31 Juli 2020
Penanganan seperti apa yang dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit Parkinson pada fasilitas kesehatan tingkat I
Oleh: dr.Damayanti Hapsari Puri
3 Balasan
Terapi dasar pilihan yang paling sederhana Jika menemukan Penyakit Parkinson di Faskes Tingkat I di era BPJS sekarang. Terima kasih. dr. Damayanti
dr. Amanda
21 Juli 2020
Live Webinar Alomedika: Tata Laksana Terbaru Penyakit Parkinson, Jumat 31 Juli 2020 (15.00-17.00 WIB)
Oleh: dr. Amanda
64 Balasan
ALO, Dokter!Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf yang memburuk secara bertahap dan memengaruhi bagian otak yang berfungsi mengoordinasikan gerakan tubuh....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.