Penatalaksanaan Spondilitis TB
Penatalaksanaan Spondilitis tuberkulosis (TB) dilakukan secara konservatif dengan obat antituberkulosis, atau dapat juga dilakukan pembedahan.
Terapi Antituberkulosis
Sebagian besar pasien dengan spondilitis TB memiliki respon yang baik terhadap pengobatan antituberkulosis (82-95%). Obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan adalah rifampicin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E). Regimen yang diberikan adalah OAT Kategori 1 (2RHZE/4H3R3).
Dosis yang digunakan pada tahap intensif adalah rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, dan etambutol 275 mg. Pada tahap lanjutan dosis yang digunakan adalah isoniazid 150 mg dan pirazinamid 150 mg. [2,6,11]
WHO merekomendasikan pengobatan tuberkulosis tulang dilakukan selama 9 bulan. Namun, beberapa ahli menyatakan pengobatan dapat dilakukan sampai 12 bulan bahkan 24 bulan, bergantung pada hasil evaluasi patologi dan radiologi penyakit. [2,6]
Terapi Suportif
Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dapat digunakan dalam mengobati keluhan nyeri pada pasien dan dapat mencegah lesi yang disebabkan oleh inflamasi synovial nonspesifik. Selain itu, OAINS diharapkan dapat meminimalisasi resorpsi tulang akibat inflamasi karena prostaglandin. [12]
Pembedahan
Jika penggunaan obat antituberkulosis saja tidak dapat memperbaiki kerusakan tulang atau sendi, tatalaksana pembedahan dapat dilakukan. Beberapa indikasi tatalaksana bedah pada spondilitis TB adalah adanya abses dingin, deformitas spinal, paraplegia, dan lesi tuberkulosa.
Pembedaan dapat mempercepat ekstirpasi atau pembersihan fokus infeksi, menurunkan lamanya konsumsi medikamentosa, menurunkan risiko relaps, mencegah atau memperbaiki deformitas, dan memperbaiki atau meminimalisasi kerusakan neurologis.
Beberapa tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah debridemen anterior atau pembedahan radikal anterior. Bone grafting setelah debridemen radikal merupakan salah satu teknik bedah yang dipilih karena dapat mencegah progresi deformitas dan mengoreksi deformitas yang sudah ada. Pembedahan stabilisasi dan koreksi spinal merupakan tindakan yang efektif dalam menatalaksana pasien yang sudah mengalami kifosis. [2,12]