Diagnosis Spondilitis TB
Diagnosis Spondilitis tuberkulosis (TB) dicurigai pada pasien tuberkulosis yang mengalami nyeri punggung dan terdapat gibbus. Pemeriksaan mikrobiologis harus dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Pasien spondilitis TB bisa datang asimtomatik. Tetapi, pasien juga bisa mengeluhkan gejala infeksi tuberkulosis seperti malaise, hilang nafsu makan, keringat di malam hari, dan demam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan gangguan pada daerah tulang belakang, misalnya terasa kaku, nyeri saat digerakkan, dan kelemahan tungkai. Keluhan yang juga sering terjadi dan membawa pasien ke dokter adalah adanya benjolan di daerah tulang belakang (gibbus).
Pasien spondilitis TB juga bisa mengeluhkan nyeri dan spasme otot di area spinal, abses dingin, dan kelainan bentuk. Pada 20-50% kasus, didapatkan adanya paraplegia, kelemahan otot, atau gangguan sensoris.
Dokter juga perlu mengevaluasi faktor-faktor risiko pasien, seperti riwayat penyakit TB paru atau TB ekstraparu sebelumnya, riwayat penggunaan obat-obat imunosupresan, kecurigaan infeksi HIV, riwayat gagal ginjal kronis, dan riwayat anggota keluarga atau tetangga mengalami keluhan yang sama atau terdiagnosis tuberkulosis paru. [1,2,6,9]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara teliti terutama pada daerah tulang belakang. Pada pemeriksaan fisik generalis, perlu diperiksa secara khusus apakah ada tanda infeksi tuberkulosis paru, seperti rhonki basah kasar terutama pada daerah apeks.
Pada pemeriksaan tulang belakang, perhatikan alignment tulang belakang apakah ada deformitas, gibbus, atau abses. Pasien dengan spondilitis TB dapat mengalami kifosis. Palpasi pada daerah tulang belakang apakah terdapat nyeri tekan. Nyeri tulang belakang biasanya akan memberat ketika pasien bergerak, batuk, atau membawa barang berat.
Apabila sudah ada kecurigaan keterlibatan saraf sebaiknya dilakukan pemeriksaan sensorik dan motorik. Defisit neurologis biasanya terjadi pada regio servikal dan thorakal. [1,2,6,9]
Diagnosis Banding
Spondilitis TB dapat didiagnosis banding dengan tumor spinal, metastasis kanker, myeloma multipel, dan brucellosis.
Tumor Spinal atau Metastasis Tulang
Tumor spinal dan metastasis kanker ke tulang belakang dapat menyerupai gibbus pada spondilitis TB. Keluhan yang dialami pada pasien dengan tumor spinal juga berupa penurunan berat badan, hilang nafsu makan, malaise, dan benjolan di tulang belakang. Untuk dapat membedakannya diperlukan pemeriksaan penunjang seperti MRI dan biopsi. [10]
Myeloma Multipel
Myeloma multipel merupakan keganasan sel plasma. Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri tulang, gejala kompresi korda spinalis, malaise, perdarahan, dan sering mengalami infeksi. Diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah dan evaluasi fraktur patologis. [6]
Brucellosis
Brucellosis merupakan infeksi zoonotic yang disebabkan oleh bakteri Brucella. Tanda dan gejala Brucellosis dapat berupa anoreksia, malaise, dan penurunan berat badan. Terdapat pula keluhan tulang dan sendi, seperti nyeri punggung bawah, nyeri tulang belakang, dan atralgia. Sekitar 20-60% pasien dengan brucellosis mengalami keluhan osteoartikular. Perlu dilakukan tes serologi dan kultur untuk mendiagnosis penyakit ini.[6]
Osteomielitis
Pasien dengan osteomielitis akan mengeluhkan gejala kardinal inflamasi pada tulang yang terkena, ditambah dengan flu-like symptoms. Untuk diagnosis awal osteomielitis, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen. Akan didapatkan penebalan periosteal atau elevasi, disertai penebalan, sklerosis, dan iregularitas kortikal.
Abses Epidural
Abses epidural jarang ditemukan di praktik, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan kematian jika tidak ditatalaksana segera. Penyakit ini perlu dipertimbangkan jika didapatkan infeksi supuratif pada spinal yang menyebabkan gangguan motorik, sensorik, hingga paralisis. Abses epidural dapat menyebabkan gangguan aliran darah spinal, kompresi korda spinalis, dan penyebaran infeksi supuratif.
Pemeriksaan Penunjang
Spondilitis TB dapat didiagnosis dengan modalitas pencitraan, biopsi, Polymerase Chain Reaction (PCR), dan pemeriksaan laboratorium.
Pencitraan
Modalitas pencitraan yang paling sederhana dan tersedia luas adalah rontgen. Namun, dapat pula dilakukan CT Scan dan MRI.
Pada pemeriksaan rontgen biasanya ditemukan adanya destruksi osseus, pembentukan tulang baru, abses, dan kerusakan pada end plate vertebra. Pada beberapa kasus dapat terjadi fusi atau penyatuan beberapa vertebrae. Adanya abses dingin dapat terlihat seperti bayangan jaringan lunak yang menempel pada vertebra.
Pada pemeriksaan CT Scan dapat ditemukan adanya destruksi tulang, osteolisis, dan sklerotik subperiosteal. Temuan lainnya adalah keterlibatan jaringan lunak dan abses jaringan paraspinal. CT Scan juga dapat memperlihatkan kalsifikasi pada abses dingin.
MRI lebih sensitif dibandingkan dengan rontgen dan lebih spesifik dibandingkan dengan CT Scan dalam mendiagnosis spondilitis TB. MRI dapat memperlihatkan adanya keterlibatan badan vertebral, destruksi diskus, abses dingin, deformitas spinal, dan pada tahap awal dapat memperlihatkan degenerasi diskusi melalui perubahan intensitas sumsum tulang. [2,6]
Biopsi
Pemeriksaan kultur bakteri merupakan baku emas pada spondilitis TB. Sampel kultur dapat diambil melalui biopsi perkutan dengan bantuan CT Scan pada jaringan tulang ataupun abses. [9]
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase Chain Reaction (PCR dapat dilakukan sembari menunggu kultur darah yang membutuhkan waktu 6-8 minggu. Teknik ini dapat mendeteksi apabila terdapat 10-50 tuberkel basilus pada sampel. Sensitivitas PCR berkisar 61-90% dan spesifisitasnya 80-90%. [2,6]