Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Malaria Serebral irfan 2024-02-21T10:20:19+07:00 2024-02-21T10:20:19+07:00
Malaria Serebral
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Malaria Serebral

Oleh :
dr. DrRiawati MMedPH
Share To Social Media:

Diagnosis malaria serebral ditegakkan dengan pemeriksaan apus darah tebal atau tipis, di mana akan tampak hiperparasitemia akibat Plasmodium. Selain itu, pemeriksaan radiologi lain seperti computed tomography (CT) scan kepala juga dapat dilakukan bila ada kecurigaan edema serebral atau perdarahan otak.

Anamnesis

Sebelum mengalami malaria serebral, pasien biasanya mengalami gejala malaria terlebih dahulu, seperti demam paroksismal setiap 48–72 jam, flu-like illness, sakit kepala, muntah, malaise, nyeri otot dan sendi.

Bila pasien kemudian mengalami malaria serebral, dapat terjadi penurunan kesadaran dan syok yang terlihat dari tekanan darah sistolik <80 mmHg (dewasa) atau <70 mmHg (anak-anak), perfusi perifer buruk, akral dingin, dan capillary refill time >3 detik. Selain itu, pasien juga dapat mengalami kejang multipel (>2 episode dalam 24 jam).[2,7,10,11]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang paling penting adalah penilaian neurologis seperti penilaian tingkat kesadaran, ukuran pupil, dan tanda lateralisasi. Tingkat kesadaran pada orang dewasa dapat diukur menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS), sedangkan pada anak-anak dapat diukur menggunakan Blantyre Coma Scale (BCS). GCS pada pasien malaria serebral biasanya <11, sedangkan BCS biasanya <3.

Dokter juga dapat menemukan tanda distress respirasi dan pernapasan asidotik sebagai manifestasi dari asidosis metabolik yang berat, di mana pasien tampak bernapas secara cepat dan dalam. Dokter juga dapat menemukan jaundice dan perdarahan, seperti epistaksis, perdarahan di gusi dan di tempat venipuncture, serta hematemesis dan melena. Pada auskultasi toraks dapat terdengar krepitasi sebagai tanda edema paru, dengan saturasi oksigen <92%.[2,7,11]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding malaria serebral adalah hipoglikemia akibat parasitemia berat pada malaria, meningitis bakterial atau viral, ensefalopati metabolik atau toksik, dan perdarahan intrakranial. Untuk membedakan bermacam diagnosis banding ini dari malaria serebral, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan glukosa darah, apusan darah tebal atau tipis, dan imaging seperti CT scan kepala.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama adalah apusan darah tebal atau tipis untuk menemukan hiperparasitemia Plasmodium pada darah pasien. Selain itu, pemeriksaan radiologi juga dapat dilakukan, terutama bila ada manifestasi klinis respirasi atau kecurigaan ke arah edema serebral dan perdarahan intrakranial.

Pemeriksaan Apusan Darah

Pemeriksaan apusan darah tebal atau tipis dengan pewarnaan Giemsa bermanfaat untuk melihat spesies Plasmodium penyebab malaria dan seberapa parah parasitemia yang terjadi. Pada kasus infeksi Plasmodium falciparum, kondisi dinyatakan sebagai hiperparasitemia bila densitas parasit >10%.[2,7,11]

Rapid Diagnostic Test

Metode rapid diagnostic test (RDT) untuk mendiagnosis malaria bekerja dengan cara mendeteksi antigen Plasmodium di dalam darah pasien. Metode ini bermanfaat bagi pasien yang tinggal di daerah tanpa fasilitas pemeriksaan mikroskopis. Namun, metode ini tidak dapat memperkirakan densitas parasit dengan baik dan sulit mendeteksi parasit dengan densitas rendah. Selain itu, hasil false positive atau false negative akibat kondisi medis yang lain juga bisa terjadi.[12]

Pemeriksaan Darah Lainnya

Selain pemeriksaan apusan darah, pemeriksaan darah lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin untuk menilai komplikasi anemia yang mungkin terjadi, pemeriksaan glukosa darah untuk menilai kondisi hipoglikemia, serta pemeriksaan laktat darah untuk menilai kondisi asidosis.

Selain itu, pemeriksaan bilirubin, kreatinin, urea, dan faktor koagulasi darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi lain seperti komplikasi renal dan liver.

Pemeriksaan Radiologis

Rontgen toraks perlu dilakukan bila ada manifestasi klinis respirasi untuk melihat ada tidaknya edema paru. CT scan kepala juga dapat dilakukan bila ada kecurigaan terjadi edema serebral atau perdarahan otak.[2,7,11]

 

Referensi

2. Severe malaria. Trop Med Int Health. 2014;19 Suppl 1:7-131. https://www.who.int/malaria/publications/atoz/who-severe-malaria-tmih-supplement-2014.pdf
7. WHO. Guidelines for the treatment of malaria. 2015. http://www.who.int/malaria/publications/atoz/9789241549127/en/
10. CDC. CDC and Malaria. 2016. https://www.cdc.gov/malaria/resources/pdf/fsp/cdc_malaria_program_508.pdf.
11. WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. 2009. http://origin.searo.who.int/indonesia/documents/9789791947701/en/
12. Orish VN, De-Gaulle VF, Sanyaolu AO. Interpreting rapid diagnostic test (RDT) for Plasmodium falciparum. BMC Res Notes. 2018;11(1):850. https://doi.org/10.1186/s13104-018-3967-4

Epidemiologi Malaria Serebral
Penatalaksanaan Malaria Serebral

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
    Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
  • Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria
    Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 November 2024, 08:12
Pemberian profilaksis malaria maksimal?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo sejawat, saya ingin bertanya, apakah sejawat mengetahui untuk orang yang hendak bekerja di papua/daerah endemis malaria sekitar 1 tahun, berapa lama dok...
dr. Nebilah salsabila
Dibalas 18 November 2024, 11:53
Obat malaria alternatif dari dihidroartemisinin-piperakuin
Oleh: dr. Nebilah salsabila
1 Balasan
Alodok, izin bertanya dok, jika tidak ada obat DHP atau ACT di faskes maupun di provinsi, hanya ada primakuin, apakah ada alternatif lain yang dapat diberikan?
Anonymous
Dibalas 31 Juli 2024, 07:45
Terminologi Diagnosis Malaria Plus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat malam dokter sekalian, mohon izin bertanya dan berdiskusi mengenai terminologi diagnosis Malaria, saya menemukan terminologi Malaria Plus 4, namun...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.