Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih karyanti 2022-10-05T09:00:37+07:00 2022-10-05T09:00:37+07:00
Infeksi Saluran Kemih
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa – Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract infection yang utama adalah pemberian antibiotik. ISK hanya diterapi jika menimbulkan keluhan. Pemilihan terapi juga perlu mempertimbangkan adanya komorbiditas, tingkat keparahan penyakit, dan potensi resistensi obat.[2,4,11,13]

Terapi Antibiotik

Terapi antibiotik per oral yang efektif terhadap bakteri coliform aerobik gram negatif, seperti E coli, adalah pilihan terapi pada pasien dengan infeksi saluran kemih bagian bawah.[2,4,11,13] Pemilihan terapi antibiotik perlu mempertimbangkan adanya resistensi obat, riwayat terapi sebelumnya, dan hasis kultur dan resistensi.[17]

Sistitis Uncomplicated

Pada sistitis uncomplicated, dapat diberikan nitrofurantoin selama 5 hari. Pilihan antibiotik lain adalah kotrimoksazol  dengan durasi terapi 7 hari.

Nitrofurantoin monohidrat diberikan 100 mg, 2 kali sehari selama setidaknya 5 hari. Sementara itu, kotrimoksazol dapat diberikan 160/800 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Kotrimoksazol hanya dipilih jika tingkat resistensi lokal di bawah 20%.

Pilihan antibiotik lain adalah fosfomycin trometamol dosis tunggal 3 gram; atau pivmecillinam  400 mg, 3 kali sehari selama setidaknya 3 hari.[2,4,11,13]

Sistitis Complicated

Pasien dengan sistitis complicated mengalami peningkatan risiko kegagalan terapi. Sistitis complicated dapat timbul pada pasien dengan diabetes, gejala selama 7 hari atau lebih sebelum mencari perawatan, gagal ginjal, kelainan fungsional atau anatomi saluran kemih, transplantasi ginjal, terpasang kateter, atau imunosupresi.

Pilihan terapi pada pasien dengan sistitis complicated adalah:

  • Ciprofloxacin 500 mg, 2 kali sehari, per oral, selama 7-14 hari

  • Levofloxacin 750 mg, sekali sehari, per oral, selama 5 hari

  • Ciprofloxacin 400 mg IV setiap 12 jam selama 7-14 hari
  • Levofloxacin 750 mg IV, sekali sehari selama 5 hari
  • Ampicillin 1-2 g IV setiap 6 jam, dengan gentamicin 2 mg/kg/dosis setiap 8 jam selama 7-14 hari

  • Doripenem 500 mg IV setiap 8 jam selama 10 hariImipenem-cilastatin 500 mg IV setiap 6 jam selama 7-14 hari

  • Meropenem 1 g IV setiap 8 jam selama 7-14 hari

Terapi yang diutamakan adalah terapi oral. Terapi intravena dapat dipilih jika pasien tidak dapat mentoleransi terapi oral. Durasi terapi adalah sesingkat mungkin sesuai dengan respon klinis pasien. Jika dirasa perlu, maka dapat digunakan terapi dengan durasi lebih panjang (10-14 hari). Pada pasien yang mendapat terapi intravena, dapat dilakukan konversi ke terapi oral segera setelah gejala klinis membaik.[14]

Pyelonephritis Uncomplicated

Pada pasien pyelonephritis uncomplicated, masih dapat dilakukan terapi rawat jalan. Untuk pemberian antibiotik empiris awal pada pasien dengan pyelonephritis akut yang tidak memerlukan rawat inap, dapat diberikan 1-2 g ceftriaxone intravena, diikuti dengan fluoroquinolone oral sampai diperoleh hasil dari tes kultur. Pilihan terapi oral antara lain:

  • Ciprofloxacin 500 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari
  • Levofloxacin 750 mg, sekali sehari, selama 5 hari
  • Ceftibuten 400 mg, sekali sehari, selama 10 hari
  • Cefpodoxime proxetil 200 mg, 2 kali sehari, selama 10 hari
  • Kotrimoksazol 16/800 mg, 2 kali sehari, selama 14 hari

Pada pasien rawat inap, disarankan untuk langsung diberikan regimen antibiotik parenteral. Pilihan antibiotik empiris antara lain:

  • Ciprofloxacin 400 mg IV, 2 kali sehari
  • Levofloxacin 500–750 mg IV, sekali sehari
  • Cefuroxime 750 mg IV setiap 8 jam

  • Ceftriaxone 1–2 g IV, sekali sehari
  • Cefepime 1–2 g IV, 2 kali sehari
  • Meropenem 500–1000 mg IV, setiap 8 jam
  • Imipenem-cilastatin 500 mg IV, setiap 6–8 jam
  • Doripenem 500 mg, setiap 8 jam
  • Ertapenem 1 g IV, sekali sehari

Setelah demam berkurang, antibiotik harus diubah menjadi antibiotik oral yang dipilih berdasarkan kerentanan antibiotik dan resistensi bakteri penyebab.[2,4,11,13]

Pyelonephritis Complicated

Meskipun tidak semua kasus pyelonephritis complicated memerlukan rawat inap, perawatan perlu dipertimbangkan pada pasien yang tampak sakit berat atau menunjukkan gejala sepsis. Pasien juga mungkin perlu dirawat inap jika mengalami demam dan nyeri persisten, tidak mampu mempertahankan hidrasi, atau tidak mampu mengonsumsi obat per oral.

Antibiotik empiris untuk pasien dengan pyelonephritis complicated atau yang berhubungan dengan obstruksi saluran kemih sebetulnya serupa dengan pilihan antibiotik pada pyelonephritis tanpa komplikasi. Fluoroquinolone, β-laktam/ β-laktamase inhibitor, sefalosporin generasi ketiga, aminoglikosida, dan karbapenem dapat digunakan sebagai antibiotik empiris awal. Namun, jika gejala klinis berat, maka pemilihan antibiotik harus didasarkan pada protokol pengobatan untuk ISK berat yang disertai dengan sepsis.

Pada kasus dimana pyelonephritis berkaitan dengan obstruksi saluran kemih, pemberian antibiotik perlu dibarengi dengan dekompresi. Intervensi harus dimulai dari yang bersifat invasif minimal seperti, nefrostomi perkutan atau insersi stent ureter. Reseksi ginjal haruslah menjadi pilihan tata laksana akhir.[2,4,11,13]

Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Tujuan terapi ISK pada anak adalah menghilangkan gejala dan bakteriuria pada episode akut, mencegah jaringan parut ginjal, mencegah rekurensi, dan megoreksi lesi urologi. Pencegahan sekuele dan rekurensi dilakukan dengan penatalaksanaan adekuat, pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan anatomi di saluran kemih, serta pemantauan jangka panjang.

Pilihan antibiotik oral mencakup kotrimoksazol, sefalosporin, dan amoxicillin clavulanate selama 5-7 hari pada ISK simpleks. Sementara itu, antibiotik parenteral dapat diberikan pada anak dengan pyelonephritis atau kasus berat. Pilihan antibiotik parenteral adalah ceftriaxone 75 mg/kgbb tiap 12-24 jam sekali; ataupun gentamicin 2,5 mg/kgbb dosis tunggal bagi pasien yang alergi sefalosporin.

Penggunaan kloramfenikol, sulfonamid, tetrasiklin, rifampicin, amphotericin B, dan kuinolon pada anak harus dihindari.[19-21]

Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan

ISK pada kehamilan umumnya tergolong dalam ISK complicated. Pada pasien dengan gejala ringan dapat dilakukan rawat jalan. Akan tetapi, pada pasien hamil dengan gejala demam, peningkatan leukosit, muntah, dan dehidrasi, sebaiknya dilakukan rawat inap.

Antibiotik golongan penicillin, sefalosporin, dan nitrofurantoin umumnya dapat digunakan pada kehamilan. Akan tetapi, nitrofurantoin tidak disarankan penggunaannya pada kehamilan aterm dikarenakan risiko anemia hemolitik pada bayi. Sulfonamid, seperti kotrimoksazol, juga harus dihindari pemakaiannya pada trimester awal dan menjelang kelahiran dikarenakan efek teratogenik dan kemungkinan kernikterus.  Fluorokuinolon dihindari dikarenakan kemungkinan efek pada pertumbuhan kartilago fetus.

Pilihan terapi untuk ISK pada kehamilan adalah:

  • Nitrofurantoin monohidrat 100 mg, 2 kali sehari, selama 5-7 hari
  • Amoxicillin 500 mg, 2-3 kali sehari, selama 5-7 hari

  • Amoxicillin-clavulanate 500/125 mg, 2 kali sehari, selama 3-7 hari
  • Cephalexin500 mg, 2 kali sehari, selama 3-7 hari[2,4,11,13]

Infeksi Saluran Kemih Rekuren

ISK rekuren merupakan terjadinya 3 atau lebih ISK selama periode 12 bulan. Prinsip terapi ISK rekuren mencakup penggunaan dini antibiotik spektrum luas, dengan penyesuaian cakupan antibiotik berdasarkan hasil kultur, dan upaya untuk meringankan obstruksi urine bila ada. Pilihan antibiotik oral yang direkomendasikan termasuk fluoroquinolones, amoxicillin-clavulanate, dan aminoglikosida.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian profilaksis antibiotik dosis rendah, seperti nitrofurantoin 50-100 mg sekali sehari. Pilihan antibiotik profilaksis lain adalah kotrimoksazol 40/200 mg sekali sehari. Antibiotik digunakan selama 6-12 bulan. Meski demikian, pilihan antibiotik harus disesuaikan dengan riwayat terapi pasien, pola resistensi lokal, status alergi pasien, profil efek samping, serta biaya.

Pada pasien wanita postmenopause, dapat diberikan estrogen intravagina untuk memperbaiki flora vagina dan mengurangi kolonisasi E coli pada vagina. Pilihan terapi estrogen, seperti estrogen krim dan estradiol vagina dapat diberikan.[2,3,4,11,13,15]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah

Referensi

2. Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
3. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-pathogen interactions and new treatment strategies. Nat Rev Microbiol. 2020;18(4):211-226. doi:10.1038/s41579-020-0324-0
4. Chu CM, Lowder JL. Diagnosis and treatment of urinary tract infections across age groups. Am J Obstet Gynecol. 2018 Jul;219(1):40-51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231. Epub 2018 Jan 2. PMID: 29305250.
7. Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and burden of urinary tract infections. Ther Adv Urol. 2019;11:1756287219832172. Published 2019 May 2. doi:10.1177/1756287219832172
11. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary Tract Infection. Ann Intern Med. 2017 Oct 3;167(7):ITC49-ITC64. doi: 10.7326/AITC201710030. PMID: 28973215.
13. Kang CI, Kim J, Park DW, et al. Clinical Practice Guidelines for the Antibiotic Treatment of Community-Acquired Urinary Tract Infections. Infect Chemother. 2018;50(1):67-100. doi:10.3947/ic.2018.50.1.67
14. Brusch JL. Urinary Tract Infection (UTI) and Cystitis (Bladder Infection) in Females Treatment & Management. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/233101-treatment#d9
15. Abou Heidar NF, Degheili JA, Yacoubian AA, Khauli RB. Management of urinary tract infection in women: A practical approach for everyday practice. Urol Ann. 2019;11(4):339-346. doi:10.4103/UA.UA_104_19
16. Hooton TM. Gupta K. Acute simple cystitis in women. Uptodate. 2021.
17. Hooton TM. Gupta K. Acute complicated urinary tract infection (including pyelonephritis) in adults.. Uptodate. 2021.
18. Hooton TM. Patient education: Urinary tract infections in adolescents and adults (Beyond the Basics). Uptodate. 2020.
19. Grabe M, Bartoletti R, Johansen TB, et al. Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology, 2015. https://uroweb.org/wp-content/uploads/19-Urological-infections_LR2.pdf
20. Strohmeier Y, Hodson EM, Willis NS, Webster AC, Craig JC. Antibiotics for acute pyelonephritis in children. Cochrane Database Syst Rev. 2014 Jul 28;(7):CD003772. doi: 10.1002/14651858.CD003772.pub4. PMID: 25066627.
21. Cruz C, Spina L. Are Oral Antibiotics as Effective as a Combination of Intravenous and Oral Antibiotics for Kidney Infections in Children? Ann Emerg Med. 2016 Jan;67(1):30-1. doi: 10.1016/j.annemergmed.2015.06.026. Epub 2015 Jul 26. PMID: 26211428.

Diagnosis Infeksi Saluran Kemih
Prognosis Infeksi Saluran Kemih

Artikel Terkait

  • Urinalisis untuk Mendeteksi Infeksi Saluran Kemih pada Bayi Usia Kurang Dari 60 Hari
    Urinalisis untuk Mendeteksi Infeksi Saluran Kemih pada Bayi Usia Kurang Dari 60 Hari
  • Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang pada Anak
    Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang pada Anak
  • Pemeriksaan pada Infeksi Saluran Kemih Rekuren Wanita
    Pemeriksaan pada Infeksi Saluran Kemih Rekuren Wanita
  • Urinalisis vs Kultur Urine untuk Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih Anak
    Urinalisis vs Kultur Urine untuk Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih Anak
  • Pengambilan Sampel Urine untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak
    Pengambilan Sampel Urine untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
24 hari yang lalu
Pemberian obat antinyeri untuk infeksi saluran kemih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pagi dok, izin bertanya dokter. pada pasien isk, sebagai analgetik apakah bisa diberikan phenazopyridine 200mg 3x1 dok ? sebelumnya pasien sudah diberikan...
Anonymous
02 Februari 2023
Buang air kecil lebih dari 10 kali dalam sehari pada pasien anak perempuan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Dok izin tanya , tadi dapat pasien anak 8th jk perempuan dengan keluhan sering buang air kecil hingga lebih 10x dalam sehari. Keluhan baru dirasakan kemaren...
Anonymous
31 Desember 2022
BAK berbau pada anak
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dokter. Anak pr usia 5 thn, keluhan BAK berbau, bau tdk seperti biasa. Keluhan lain disangkal. Differerial diagnosa apa sj yah dok? Terimakasih...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.