Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Disentri general_alomedika 2021-06-04T14:21:23+07:00 2021-06-04T14:21:23+07:00
Disentri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Patofisiologi Disentri

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Patofisiologi disentri berawal dari tertelannya bakteri Shigella pada disentri basiler atau kista matang Entamoeba histolytica pada disentri amuba. Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Disentri Basiler

Patofisiologi penularan disentri basiler diperantarai oleh lalat yang menghinggapi makanan dan minuman yang kemudian dikonsumsi oleh manusia. Selain secara fekal oral, Shigella dysenteriae juga dapat menular melalui hubungan seksual seperti pada kasus homoseksual. Manusia merupakan reservoir natural satu satunya bakteri Shigella dysenteriae. Patogenesis dimulai dari masuknya bakteri Shigella dysenteriae ke dalam usus halus dan diikuti dengan proses memperbanyak diri. Kemudian bakteri ini akan masuk ke dalam usus besar dan melakukan invasi pada mukosa usus besar untuk selanjutnya akan menghasilkan enterotoksin.[3,6,7,10,11]

Invasi Sel Epitel Usus Besar 

Shigella dysenteriae menginvasi sel epitel usus besar dan menembus epitel basolateral usus besar menggunakan mekanisme transport dan transitosis. Pada saat proses transitosis, bakteri Shigella dysenteriae menginduksi makrofag dan apoptosis sel (kematian sel). Proses ini mengakibatkan terjadinya pelepasan sel radang seperti interleukin 1 dan interleukin 18, yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan usus dan pengaktifan mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi peradangan yang terjadi. Bakteri Shigella dysenteriae memiliki kemampuan untuk menempel pada makrofag. Setelah terjadi apoptosis dan inflamasi, makrofag akan melepaskan Shigella dysenteriae.[6,7,10,11]

shutterstock_1035482452-min (1)

Selanjutnya bakteri Shigella dysenteriae menginvasi lebih lanjut sel epitel yang berdekatan dengan sel epitel yang sudah di invasi, menggunakan mekanisme polimerisasi aktin interselular (the intercellular actin polymerization process). Proses invasi yang terjadi pada sel epitel usus menyebabkan pengaktifan faktor nuklear (kappa B) di dalam sel. Aktivasi kappa B di dalam sel, dan selanjutnya produksi interleukin 8, akan mengakibatkan peradangan dan kerusakan epitel. Proses ini mendasari terjadinya gangguan absorbsi nutrisi dan diare.[6,7,10,11]

Produksi Toksin

Bakteri Shigella dysenteriae memiliki mekanisme lain dalam merusak sel selain invasi sel, yakni pembentukan toksin. Dalam hal ini enterotoksin 1 dan 2 yang memiliki peranan penting dalam gangguan absorbsi nutrisi dan cairan. Shigella dysenteriae menghasilkan sitotoksin serotipe 1 yang berperan dalam kerusakan pembuluh darah dan sitotoksisitas di dalam kolon dan organ lainnya seperti ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya diare berdarah dan hemolytic uremic syndrome (HUS), prolaps rektum, hingga sepsis.[6,7,10,11]

Disentri Amuba

Patofisiologi disentri amuba terdiri atas 3 tahapan yakni kematian sel penjamu, inflamasi dan proses invasi. Infeksi dimulai dengan penempelan parasit pada sel penjamu yang dimediasi oleh molekul lektin Gal / GalNAc yang merupakan salah satu faktor virulensi dari protozoa. Sel epitel usus merupakan sel pertama yang menjadi target infeksi protozoa, selanjutnya trofozoit yang menempel berpotensi membunuh sel pejamu melalui mekanisme apoptosis, fagositosis dan trogositosis.[43,45]

Kematian sel penjamu ini selanjutnya menyebabkan terjadinya proses inflamasi di kolon sehingga menimbulkan gejala gejala kolitis amebiasis. Setelah terjadi inflamasi, Entamoeba Hystolitica mengekskresikan protein homolog sitokin proinflamatori yang disebut EHMIF (Entamoeba Hystolitica mammalian macrophage migration inhibitory factor) yang selain dapat menginduksi inflamasi juga dapat meningkatkan produksi matriks metaloproteinase yang menghancurkan matriks ekstraseluler pada saluran pencernaan yang mengakibatkan peningkatan migrasi sel dan invasi pejamu.[43,46]

shutterstock_1029343966-min (1)

Referensi

3. Willliams P, Berkley JA. Dysentry (Shigellosis) Current WHO Guidelines and The WHO Essential Medicine List for Children. 2016. Available at: https://www.who.int/selection_medicines/committees/expert/21/applications/s6_paed_antibiotics_appendix5_dysentery.pdf
6. Aslam A, Okafor CN. Shigella. StatPearls. 2020. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482337/
7. Kroser JA. Shigellosis. Medscape. 2019. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/182767-overview
10. Kotloff KL, et al. Shigellosis. The Lancet. 2018;391(10122):801-812. Available at: https://doi.org/10.1016/S0140-6736(17)33296-8
11. Pocket Book of Hospital Care in Children:Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses. Dysentery. World Health Organization. 2013;II:143-146. Available at: http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/81170/9789241548373_eng.pdf;jsessionid=CE5C46916607EF413AA9FCA89B84163F?sequence=1
43. Kantor, Micaella & Abrantes, Anarella & Estevez, Andrea & Schiller, Alan & Torrent, Jose & Gascon, Jose & Hernandez, Robert & Ochner, Christopher. (2018). Entamoeba Histolytica: Updates in Clinical Manifestation, Pathogenesis, and Vaccine Development. Canadian Journal of Gastroenterology and Hepatology. 2018. 1-6. 10.1155/2018/4601420.
45. Ralston KS, Solga MD, Mackey-Lawrence NM, et al. Trogocytosis by Entamoeba histolytica contributes to cell killing and tissue invasion. Nature 2014; 508:526–30.
46. Ngobeni R, Abhyankar MM, Jiang NM, et al. Entamoeba histolytica-encoded homolog of macrophage migration inhibitory factor contributes to mucosal inflammation during amebic colitis. J Infect Dis 2017; 215:1294–302.

Pendahuluan Disentri
Etiologi Disentri
Diskusi Terbaru
Anonymous
37 menit yang lalu
Ureteritis pada anak
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya apakah ureteritis pada anak usia 7 tahun bisa dirujuk? Anak sdh mendapat 1x pengobatan lalu sudah sembuh, sekarang keluhan yang...
Anonymous
Hari ini, 18:16
Penggunaan NEUROBAT FORTE injeksi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya sesuai pengalaman dokter sekalian. Di klinik umum, apakah indikasi penggunaan Neurobat forte? Apakah lazim bila kita berikan pada...
dr. Gabriela Widjaja
Kemarin, 16:35
Fit/Unfit to Work akibat Kondisi Mental - Kedokteran Okupasi Ask the Expert
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
Alo dr Fani, SpOK. Untuk pasien yang mengalami gangguan mental akibat lingkungan kerja, penilaian apa saja yang harus dipertimbangkan hingga kita bisa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.