Patofisiologi Demam Dengue
Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue akan bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang. Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran hati dan nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini berlanjut, terjadi pelepasan zat anafilatoksin, histamin, dan serotonin, serta aktivasi sistem kalikrein yang meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Kemudian akan diikuti terjadinya ektravasasi cairan intravaskular ke kedalam jaringan ekstravaskular. Akibatnya, volume darah akan turun, disertai penurunan tekanan darah, dan penurunan suplai oksigen ke organ dan jaringan. Pada keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin disebabkan peredaran darah dan oksigen yang berkurang, karena peredaran darah ke organ-organ vital tubuh lebih diutamakan.
Ektravasasi yang berlanjut akan menyebabkan hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan ini, penderita memasuki fase DSS. [1-7]