Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Amebiasis general_alomedika 2019-08-22T14:50:15+07:00 2019-08-22T14:50:15+07:00
Amebiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Amebiasis

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan amebiasis, dikenal juga sebagai amubiasis, amoebiasis, atau disentri ameba, dibagi menjadi penatalaksanaan untuk infeksi asimtomatik, amebiasis kolitis, dan amebiasis hepar. Sampai saat ini, tidak ada panduan khusus penatalaksanaan amebiasis pada organ selain intestinal dan hepar. [2]

Terapi pada Infeksi Asimtomatik

Infeksi asimtomatik diberikan tata laksana untuk menurunkan risiko transmisi dan mencegah progresi penyakit. [1] Ada beberapa obat yang dapat diberikan sebagai terapi pasien asimtomatik.[11,28]

Tabel 1. Tata Laksana Infeksi Asimtomatik

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping
Paromomisin* 25-35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) 25-35 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis (konsumsi bersama dengan makanan) 7 hari Mual, muntah, diare, dan kram
Diloksanid furoat 500 mg, diberikan 3 kali sehari 20 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis 10 hari Flatulens
Iodoquinol 650 mg, diberikan 3 kali sehari 30-40 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis (maksimal 2 gr/hari) 20 hari Mual, muntah, dan nyeri kepala. Jika diberikan melebihi dosis rekomendasi, dapat menimbulkan kerusakan nervus optik dan periferal neuropati

*obat pilihan utama untuk infeksi luminal asimtomatik

Sumber: dr. Shofa Nisrina, 2018.

Paromomisin dinilai lebih baik dalam mengatasi infeksi dibandingkan diloksanid furoat. [29]

Terapi pada Amebiasis Kolitis

Amebiasis kolitis ditatalaksana dengan golongan 5-nitroimidazol yang bersifat amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intraluminal. [2,3] Jika tidak diikuti dengan tatalaksana amebicide intraluminal, sekitar 40 – 60% pasien masih ditemukan parasit di intestinal. [5]

Tabel 2. Tata Laksana Amebiasis Kolitis

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi
Metronidazole 500-750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari 35-50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis 7 – 10 hari
Tinidazol 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun 3 hari untuk derajat ringan atau sedang dan 5 hari untuk derajat berat

Sumber: dr. Shofa Nisrina, 2018. [11,28]

Tinidazol dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metronidazole dan memiliki efek samping yang lebih sedikit berdasarkan tinjauan pustaka dari 37 studi. Pemberian tinidazol berhubungan dengan penurunan kegagalan terapi pada 15 – 60 hari pascaterapi. Tinidazol juga dinilai memiliki waktu paruh yang lebih lama dan ditoleransi lebih baik. [30]

Terapi dengan nitazoksanid dapat digunakan sebagai terapi alternatif metronidazole dan tinidazol. Dosis yang diberikan adalah 500 mg diberikan dua kali sehari untuk pasien berusia ≥ 12 tahun. Untuk anak di bawah 12 tahun, dapat menggunakan sediaan suspensi dengan komposisi 100 mg nitazoksanid/ 5 mL. Anak usia 4 – 11 tahun diberikan 10 mL dan anak usia 1 – 3 tahun diberikan 5 mL, masing-masing dua kali sehari. Obat ini diberikan selama 3 hari. Pada hari ke-7, gejala intestinal terselesaikan 94% pada kelompok nitazoksanid dan 44% pada kelompok plasebo. [31]

Setelah pemberian amebicide jaringan, amebicide intestinal dapat diberikan. Jika digunakan secara bersamaan, efek samping diare pada amebicide intestinal akan menyulitkan penilaian respon klinis pasien. [28]

Terapi pada Amebiasis Hepar

Penatalaksanaan amebiasis hepar sama dengan amebiasis kolitis, yaitu pemberian amebicide jaringan diikuti dengan amebicide intestinal. Akan tetapi, dosis obat yang diberikan sedikit berbeda. [2]

Tabel 3. Tata Laksana Amebiasis Hepar

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi
Metronidazole 750 mg PO atau IV, diberikan 3 kali sehari 35-50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis 7 – 10 hari
Tinidazol 2 gram PO, diberikan 1 kali sehari 50 mg/kgBB/hari PO pada anak usia ≥ 3 tahun 5 hari

Sumber: dr. Shofa Nisrina, 2018.[11,28]

Alternatif lain yang dapat diberikan adalah Satranidazol yang memiliki efektivitas yang sama dengan metronidazole, namun efek samping yang timbul seperti mual dan rasa metalik lebih rendah. [32]

Terapi Suportif

Penambahan probiotik sebagai terapi suportif pada tata laksana amebiasis kolitis dinilai memberikan efek yang baik. Uji kontrol acak pada 50 anak yang mengalami amebiasis menemukan bahwa pemberian metronidazole ditambah dengan probiotik S. Boulardii 250 mg dua kali sehari memiliki durasi diare berdarah yang lebih pendek dibandingkan kelompok metronidazole saja (46,1 jam vs 72 jam). Kista amebiasis sudah tidak ditemukan lagi pada kelompok dengan probiotik pada hari ke-5 (0% vs 24%). [33]

Pada pasien amebiasis kolitis fulminan, pemberian resusitasi cairan diperlukan untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian antibiotik spektrum luas untuk terapi peritonitis juga dapat diberikan. [23]

Pembedahan

Tindakan pembedahan dibutuhkan untuk menatalaksana komplikasi intestinal seperti abses, obstruksi, perforasi, striktur, atau toksik megakolon. [2]

Drainase atau aspirasi abses pada kasus abses hepar amebik dapat dilakukan jika pasien tidak berespon terhadap metronidazole (dinilai dari adanya demam atau nyeri perut yang menetap setelah 4 hari) [2,12], abses pada lobus kiri (berisiko tinggi terjadi ruptur ke perikardium) [11], pasien yang tampak sakit berat, dan infeksi bakteri sekunder [2].

Peninjauan ulang dengan ultrasonografi dapat dilakukan setelah selesai penatalaksanaan. Ukuran abses mengecil secara perlahan, biasanya dalam 3 – 12 bulan.[2]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Roy SL. Chapter 3: Infectious Diseases Related to Travel Amebiasis. In: Brunette GW, ed. CDC Health Information for International Travel; 2016. New York, NY: Oxford University Press, 2016
2. Pritt BS, Clark CG. Amebiasis. Mayo Clin Proc. 2008 Oct;83(10):1154-9
3. Ximénez C, Morán P, Rojas L, et al. Novelties on amoebiasis: a neglected tropical disease. J Glob Infect Dis. 2011 Apr;3(2):166-74
5. Moonah SN, Jiang NM, Petri WA Jr. Host immune response to intestinal amebiasis. PLoS Pathog 2013; 9:e1003489
11. Stanley SL Jr. Amoebiasis. Lancet. 2003 Mar 22;361(9362):1025-34
12. Haque R, Huston CD, Hughes M, Houpt E, Petri WA Jr. Amebiasis. N Engl J Med. 2003 Apr 17;348(16):1565-73
23. Shirley DA, Moonah S. Fulminant amebic colitis after corticosteroid therapy: a systematic review. PLoS Negl Trop Dis 2016; 10:e0004879
28. Drugs for Parasitic Infections. Treat Guidel Med Lett. 2013 Aug 1;11
29. Blessmann J, Tannich E. Treatment of asymptomatic intestinal Entameba histolytica infection. N Eng J Med. 2002;347(17):1384
30. Gonzales ML, Dans LF, Martinez EG. Antiamoebic drugs for treating amoebic colitis. Cochrane Database Syst Rev. 2009;(2):CD006085
31. Rossignol JF, Kabil SM, El-Gohary Y, Younis AM. Nitazoxanide in the treatment of amoebiasis. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2007;101(10):1025-31
32. Muzaffar J, Madan K, Sharma MP, Kar P. Randomized, single-blind, placebo-controlled multicenter trial to compare the efficacy and safety of metronidazole and satranidazole in patients with amebic liver abcess. Dig Dis Sci. 2006;51(12):2280-3
33. Dinleyici EC, Eren M, Yargic ZA, Dogan N, Vandenplas Y. Clinical efficacy of Saccharomyces boulardii and metronidazole compared to metronidazole alone in children with acute bloody diarrhea caused by amebiasis; a prospective, randomized, open label study. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2009;80(6):953-5

Diagnosis Amebiasis
Prognosis Amebiasis

Artikel Terkait

  • Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA dan Penerapannya di Indonesia
    Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA dan Penerapannya di Indonesia
  • Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
    Gastroenteritis Akut pada Anak – Panduan E-Prescription Alomedika
Diskusi Terbaru
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Hari ini, 15:11
Webinar Pergemi Bali
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Pergemi Cabang Bali mengadakan Webinar Tatalaksana Nyeri Campuran dan Osteoporosis pada Lanjut UsiaNarasumber :Dr. dr. I Gusti Putu Suka Aryana,...
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 15:00
Ask the Expert Spesialis Penyakit Dalam di Forum Diskusi Alomedika - Selasa, 24 Mei 2022, 15.00 - 17.00 WIB
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO, Dokter!Ask the Expert kembali lagi bersama Spesialis Penyakit Dalam. Mari sejawat diskusikan kasus pasien maupun studi terbaru dengan ahlinya...
Anonymous
Hari ini, 09:55
Bagaimanakah cara mendiagnosis monkey pox?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO, Dokter!Saat ini sedang ramai diperbincangkan mengenai penyakit cacar monyet/ monkey pox. Saya baca-baca gejala nya sendiri mirip-mirip ya dok dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.