Diagnosis Trachoma
Diagnosis trachoma diawali dengan gejala mata merah dan sensasi benda asing. Kemerahan biasanya akan disertai mata berair, sekret mukopurulen, nyeri, fotofobia, dan pandangan kabur. Pasien yang datang dengan gejala tersebut memerlukan pemeriksaan mata, khususnya segmen anterior mata dengan senter atau lampu celah (slit lamp). Umumnya, diagnosis dapat ditegakkan secara klinis, khususnya bila terjadi di daerah endemis. Nucleic acid amplification tests (NAATs) akan menjadi penegakkan diagnosis secara definitif.[5,6]
Anamnesis
Pasien umumnya datang dengan keluhan mata merah dan sensasi benda asing, disertai dengan mata berair dan sekret mukopurulen. Kondisi infeksi yang progresif akan disertai dengan tampakan skar pada daerah dalam kelopak mata yang tanpa terapi adekuat bisa menyebabkan malposisi bulu mata (trikiasis) dan menyebabkan gesekan pada kornea.
Pada kasus trachoma, perlu ditanyakan kondisi lingkungan dan riwayat penyakit keluarga atau orang terdekatnya, karena penyebaran infeksi berkaitan dengan sanitasi diri, lingkungan, dan kontak erat dengan orang dengan kasus aktif.[1,3,8]
Pemeriksaan Fisik
Awali pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan visus, yang umumnya akan menunjukkan penurunan tajam penglihatan. Pada daerah kemerahan (injeksi) dilakukan pemeriksaan mata anterior dengan menggunakan senter atau lampu celah. Pada pemeriksaan kondisi akut akan tampak folikel, terutama pada konjungtiva tarsal superior, atau papil, dan infiltrasi sel radang. Bila tidak mendapat terapi adekuat, akan terbentuk folikel besar yang menjadi nekrotik dan membentuk sikatriks. Gejala sikatriks biasanya ditemukan pada tarsus superior berupa bentuk linear (Art line) atau depresi limbus (Herbert pits).
Selain itu, dapat ditemukan kelainan kornea berupa keratitis epitel, infiltrat stroma, serta pannus dan terbentuk jaringan parut pada duktus kelenjar lakrimal dan konjungtiva. Dapat pula ditemukan trikiasis dan entropion.
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dengan menemukan minimal 2 dari kelainan berikut:
- Folikel pada konjungtiva tarsal superior
- Folikel pada limbus dengan sekuele (misal Herbert pits)
- Sikatriks pada konjungtiva tarsal
- Pannus, khususnya pada limbus superior[5,6,14]
Klasifikasi trachoma dari WHO adalah:
Trachomatous inflammation follicular (TF): 5 folikel pada tarsus superior
Trachomatous inflammation intense (TI): inflamasi dengan penebalan lebih dari 50% pembuluh darah di bagian tarsal
Trachomatous scarring (TS): sikatriks konjungtiva tarsal dengan jaringan ikat fibrosa
Trachomatous trichiasis (TT): trikiasis minimal 1 bulu mata
- Corneal opacity (CO): melibatkan minimal 1 bagian dari batas pupil[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding trachoma adalah penyakit mata dengan keluhan mata merah, yaitu skleritis, konjungtivitis, atau mata merah karena penggunaan lensa kontak.[1,5,14]
Konjungtivitis oleh Penyebab Lain
Konjungtivitis adalah peradangan pada lapisan mata paling luar, dengan gejala mata merah, rasa gatal atau terbakar, fotofobia, disertai sekret mata. Sekret secara umum akan terjadi dan dapat menjadi salah satu indikasi yang membedakan penyebab dari konjungtivitis. Pada konjungtivitis viral, biasanya akan tampak sekret yang cair. Sedangkan konjungtivitis alergi biasanya disertai dengan sekret yang mukoid.[1,5,14]
Episkleritis atau Skleritis
Episkleritis adalah peradangan pada episklera, sedangkan skleritis adalah peradangan pada sklera. Kondisi tersebut memiliki gejala berupa mata merah, pada skleritis bisa dengan nyeri dengan intensitas sedang dan menjalar dan penurunan tajam penglihatan.[1,5,14]
Mata Merah Karena Penggunaan Lensa Kontak
Gejala yang dialami adalah mata merah, nyeri, fotofobia, dan epifora, dengan riwayat penggunaan lensa kontak durasi lama, atau dibawa tidur. Pada beberapa kondisi akan disertai dengan peradangan kornea, dengan gambaran infiltrat dan edema pada kornea.[1,5,14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosis secara definitif. Pemeriksaan baku emas adalah nucleic acid amplification tests (NAATs). Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah fluorescein-labeled monoclonal antibody (direct fluorescent antibody) assay dan enzyme immunoassay (EIA) dari apusan konjungtiva. Kedua pemeriksaan tersebut lebih tidak sensitif dibandingkan NAATs namun memiliki spesifitas yang lebih baik.[5,15]