Etiologi Cephalopelvic Disproportion
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor yaitu maternal dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada gangguan pada faktor maternal, janin, atau kombinasi keduanya.[1,3]
Cephalopelvic Disproportion Absolut
Cephalopelvic disproportion absolut terjadi bila ukuran panggul terlalu sempit dan dapat juga dikombinasi dengan ukuran janin terlalu besar.
Faktor Maternal (Passageway)
Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD absolut antara lain:
- Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet
- Eksostosis pelvis
- Spondilolistesis
- Tumor di anterior sacrococcygeal[3]
Faktor Janin (Passenger)
Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah sebagai berikut:
- Makrosomia (berat janin >4.000 gram)
- Hidrosefalus [3]
Cephalopelvic Disproportion Relatif
Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi, atau defleksi kepala janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul dan mempersulit persalinan per vaginam. Pada beberapa literatur, beberapa penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai malpresentasi.
Faktor janin yang menyebabkan CPD relatif adalah sebagai berikut:
- Kepala janin tidak fleksi sempurna (defleksi)
- Presentasi occiput-posterior
- Presentasi face-brow
- Ketidakmampuan kepala janin untuk terkompresi (mold)/ molase menyesuaikan ukuran dan bentuk pintu pelvis dikarenakan adanya suatu sindrom/ kelainan kongenital atau karena proses osifikasi tulang [1,3]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan CPD antara lain usia ibu yang muda, tinggi badan yang rendah, tipe pelvis tertentu, malnutrisi kronis pada ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes gestasional, riwayat terapi fertilitas, polihidramnion, riwayat SC sebelumnya, dan usia kehamilan >41 minggu.[1,3,9]
Usia
Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia remaja pada usia <20 tahun. Penelitian di Romania dalam kurun waktu 2007-2014 menunjukkan bahwa CPD sangat umum ditemukan pada ibu hamil berusia remaja. Pada usia remaja, ukuran dan bentuk panggul belum berkembang secara sempurna.[10]
Tinggi Badan
Tinggi badan ibu yang ≤145 cm menandakan ukuran panggul yang lebih sempit sehingga meningkatkan risiko terjadinya CPD. Penelitian di Thailand dan Indonesia juga menunjukkan bahwa ibu dengan tinggi badan ≤145 cm lebih berisiko mengalami CPD dan meningkatkan angka persalinan dengan sectio caesarea.[11,12]
Tinggi badan ibu hamil dapat memberikan gambaran ukuran panggul. Ibu hamil di negara-negara Asia Tenggara mayoritas lebih pendek dibandingkan ibu hamil di negara barat. Walaupun ukuran janinnya lebih kecil, namun ibu hamil dengan tinggi badan ≤145 cm tetap memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami partus macet (obstructed labor).
Pada penelitian lain, angka prevalensi cephalopelvic disproportion pada kelompok ibu dengan tinggi badan ≤145 cm adalah sebesar 16,3% dengan odds ratio 2,4, sedangkan angka prevalensi keseluruhan SC adalah 8,1%.[11]
Tipe Pelvis
Tipe pelvis android dan platipeloid memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami CPD. Tipe pelvis ginekoid dan antropoid yang dapat ditemukan pada 75% perempuan merupakan bentuk pelvis yang mempermudah proses persalinan per vaginam.[13]