Patofisiologi
Patofisiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dipengaruhi oleh faktor passageway (bentuk dan ukuran panggul) dan juga passenger (ukuran dan presentasi kepala janin). Istilah cephalopelvic disproportion dipakai untuk mendeskripsikan ketidaksesuaian ukuran panggul ibu dengan ukuran kepala janin.
Ketika kepala janin lebih besar dari diameter pintu panggul atau kepala janin berukuran normal namun ukuran panggul lebih sempit, maka akan terjadi hambatan penurunan janin dan mempersulit persalinan per vaginam sehingga pada umumnya akan dilakukan sectio caesarea.[4]
Ada 4 jenis tipe bentuk panggul yang telah diketahui, yakni ginekoid, android, antropoid, dan platipeloid.
Bentuk panggul ginekoid hampir mirip dengan lingkaran. Tipe ini adalah tipe yang paling banyak ditemukan. Diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversal.
Bentuk panggul android mirip seperti bentuk hati dengan diameter anteroposterior lebih besar dari diameter transversal. Bentuk sakrum cenderung datar dan tidak melengkung serta spina ischiadika lebih menonjol. Bentuk panggul android dapat mempersulit persalinan per vaginam.
Bentuk panggul antropoid mirip dengan segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di bagian posterior dekat sakrum. Tepi samping panggul divergen dengan sakrum yang panjang melengkung. Spina ischiadika tidak menonjol. Bentuk panggul ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita.
Bentuk panggul platipeloid seperti bentuk oval, diameter transversal lebih besar dari diameter anteroposterior. Tepi panggul divergen, sakrum mendatar, dan kavitas panggul dangkal.[3]
Panggul terbentuk dari empat tulang utama yakni sakrum, coccyx, coxae, dan tulang inominata yang terbentuk dari fusi tulang ilium, ischium, dan pubis. Tulang inominata membentuk persendian dengan sakrum pada bagian sinkondrosis sakroiliaka dan membentuk persendian dengan tulang inominata di sebelah simfisis pubis.
Panggul dibagi menjadi true pelvis dan false pelvis. Bagian true pelvis berperan sebagai passage pada proses persalinan. True pelvis dibagi menjadi bagian inlet (pintu atas panggul), midpelvis (bidang tengah panggul), dan outlet (pintu bawah panggul). Kesempitan (contracted) pada salah satu atau lebih ruang/ bidang panggul dapat menyebabkan CPD.[1]
Inlet Pelvis/ Pintu Atas Panggul
Bagian inlet pelvis/ pintu atas panggul (PAP) merupakan bidang yang dibatasi oleh krista pubis di bagian anterior, linea inominata di bagian lateral, dan sakrum yang membatasi bagian posterior. Diameter anteroposterior PAP atau konjugata obstetrik/ konjugata vera adalah jarak antara promontorium sakrum dan bagian tengah dalam simfisis pubis.
PAP dikatakan sempit jika jarak konjugata vera <10 cm atau diameter transversal PAP (tegak lurus konjugata vera) <12 cm. Konjugata vera akan dilalui oleh diameter biparietal janin dengan ukuran ±9,5-10 cm. Ukuran konjugata vera yang <10 cm akan mempersulit janin untuk lewat.[5]
Konjugata diagonalis diukur dari promontorium sakrum hingga tepi bawah simfisis pubis.Ukuran normal konjugata diagonalis yang normal adalah 12,5 cm. PAP dikatakan sempit bila konjugata diagonalis <11,5 cm. Ukuran PAP yang sempit menyebabkan kepala tertahan di atas PAP sehingga apabila ada kontraksi uterus tekanan akan mengarah ke daerah kantung amnion di daerah serviks yang sudah mengalami dilatasi.
Akibatnya, kantung amnion akan mudah pecah secara spontan dan lebih awal pada bagian tersebut. Setelah kantung amnion pecah, tidak ada penekanan langsung oleh bagian kepala janin ke serviks dan bagian bawah uterus sehingga akan menghasilkan kontraksi yang tidak efektif. Dampak yang dapat diamati adalah dilatasi serviks yang lambat atau tidak bertambah sama sekali.[1,6]
Midpelvis/ Ruang Tengah Panggul
Midpelvis/ ruang tengah panggul (RTP) merupakan bidang yang sejajar dengan spina ischiadika. Jarak kedua spina ischiadika (distansia interspinarum) merupakan jarak terkecil pelvis yang bermakna pada proses engagement kepala janin.
Jarak interspinarum yang normal adalah 10-10,5 cm. Diameter interspinarum yang <10 cm dapat dicurigai sebagai RTP sempit dan jika diameter interspinarum <8 cm dapat dikatakan RTP sempit (contracted). Jarak anteroposterior yang melalui RTP normalnya berukuran minimal 11,5 cm. Sisi tepi panggul dapat berbentuk lurus (straight), konvergen, atau divergen. Sisi tepi panggul yang berbentuk konvergen menyebabkan RTP sempit.[1,7]
Outlet Pelvis/ Pintu Bawah Panggul
Outlet pelvis atau pintu bawah panggul (PBP) terbentuk dari 2 bidang segitiga dengan dasar yang sama, yakni garis yang menghubungkan tuberositas ischiadika dengan ujung tulang coccygeus dan bagian bawah simfisis (bawah arkus pubis). Bagian lateral PBP dibatasi oleh ligamentum sakrosichiadika dan tuberositas ischiadika.
Bidang segitiga anterior dibatasi oleh rami pubis di tepi dan sudut subpubis pada bagian apeks. Segitiga posterior dibatasi oleh ligamen sakrotuberositas di bagian lateral dan sendi sacrococcygeal di bagian apeks. Diameter tuberositas ischiadika yang ≤8 cm menunjukkan PBP sempit. Kesempitan pada bagian PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan pada RTP. [1,7,8]
Ukuran panggul yang lebih kecil dari normal belum tentu menimbulkan cephalopelvic disproportion bila janin yang dilahirkan lebih kecil dari ukuran panggul. Begitu juga sebaliknya, pada ukuran panggul yang normal dapat terjadi CPD apabila ukuran janin jauh lebih besar atau terjadi malpresentasi.