Diagnosis Hernia Nukleus Pulposus
Diagnosis Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien biasanya datang dengan gejala klinis nyeri punggung bawah yang menjalar hingga ke kaki. Pada pemeriksaan fisik neurologis dapat ditemukan tes Laseque dan Patrick yang positif. Pemeriksaan penunjang MRI merupakan gold standar dalam menentukan diagnosis HNP.
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan nyeri pasien, misalnya frekuensi nyeri, interval, lokasi nyeri, sifat nyeri, penjalaran, apa aktivitas yang memprovokasi nyeri, serta hal-hal yang memperberat nyeri dan meringankan nyeri.
Selain mengenai nyerinya, tanyakan pula pekerjaan pasien, riwayat trauma, dan riwayat merokok karena merupakan faktor risiko terjadinya HNP. Anamnesis juga diarahkan untuk mencari redflag nyeri punggung bawah, misalnya inkontinensia fekal, skiatika, dan spondiloartropati. [12]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik terlihat gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat. Dalam pemeriksaan fisik juga perhatikan daerah yang mengalami spasme dan ketegangan otot, kelemahan otot, atrofi otot, atau perubahan sensoris yang dialami ekstremitas bawah. Perhatikan pula postur dan keadaan umum dan menyuruh pasien untuk fleksi, ekstensi, dan rotasi untuk mengetahui range of motion yang dapat digapai pasien dan untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat menimbulkan nyeri. [13]
Terdapat beberapa pemeriksaan fisik neurologis yang dapat dilakukan pada pasien dengan HNP, antara lain adalah tes Laseque dan Patrick.
Straight Leg Raise (Laseque) Test
Tes untuk mengetahui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.
Tes Laseque ini memiliki nilai sensitivitas yang tinggi (80-97%) untuk penonjolan diskus lumbar, namun memiliki nilai spesifitas yang rendah (sekitar 40%), karena tes ini memberikan hasil positif juga untuk nyeri ischialgia lainnya. [14]
Patricks Test atau Flexion, Abduction and External Test (FABER Test)
Tes Patrick merupakan skrining pasif untuk kelainan pada muskuloskeletal seperti daerah panggul, lumbal dan disfungsi sendi sakroiliaka. Pasien diposisikan dalam posisi supine dan calcaneus menyentuh patella. Tangan pemeriksa berada di spina iliaka anterior superior (SIAS) dan bagian medial dari lutut, setelah itu diberikan kompresi. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada sendi sakroiliaka yang diuji. Tes ini memiliki nilai sensitivitas 54-66% dan nilai spesifitas 51-62%. [15]
Diagnosa Banding
Berikut ini adalah diagnosis banding pasien yang dicurigai menderita HNP:
Spondilosis (Spondilartrosis Derformans)
Pada spondiloartrosis deformans, bila dilakukan foto rontgen akan tampak adanya rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan diskus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dari foramina intervertebra. Nyeri yang ditimbulkan dapat berupa nyeri radikuler atau rasa pegal di daerah lumbal. Nyeri ini timbul terutama bila penderita mulai bergerak setelah lama berada dalam keadaan tertentu seperti duduk atau berbaring. [16]
Stenosis Spinal
Pada stenosis spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat disertai penyempitan foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan penonjolan tulang atau sejak semula sudah sempit. Nyeri punggung bawah yang dirasakan berupa nyeri rujukan somatik yang lebih sering dirasakan pada waktu berjalan atau berdiri lama. Selain itu juga didapatkan klaudikasio intermitens neurogenik, yaitu rasa nyeri sering disertai rasa kesemutan dan dingin serta paresis otot-otot tungkai. [17]
Pemeriksaan Penunjang
Berikut merupakan beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis HNP.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Merupakan gold standar dalam mendiagnosis HNP, test non invasif ini menggunakan magnet dan gelombang radio frekuensi untuk memberikan gambar jaringan lunak tulang belakang secara jelas, sehingga saraf dan diskus dapat terlihat. Pada MRI dengan HNP dapat terlihat diskus yang mengalami herniasi serta letak dari herniasi tersebut. [13] Pada studi yang dilakukan terhadap 50 pasien, MRI memiliki sensitivitas 72%, spesifitas 68%, dan akurasi 70%. [18]
Computerized Tomography (CT Scan)
CT scan dapat menunjukkan beberapa gambar berbagai arah yang kemudian akan dikombinasi untuk menghasilkan gambar cross-sectional tulang belakang dan struktur sekitarnya dapat terlihat. [19]
Foto polos
Foto polos tidak dapat mendeteksi HNP tetapi foto polos dapat mengidentifikasi penyebab nyeri tulang belakang seperti, infeksi, tumor, alignment yang sudah bergerak dan fraktur kompresi. [19,20]
Klasifikasi
Menurut derajatnya, hernia nukleus pulposus dapat dibagi menjadi 4 derajat:
-
Disc degeneration : Terjadi perubahan komposisi anulus pulposus sehingga apabila ada beban nukleus pulposus menonjol ke salah satu sisi dengan anulus fibrosus masih intak, dan belum terjadi herniasi
-
Prolapse / Bulging Disc/ Protrusion Disc : Terjadi penonjolan nukleus pulposus dan annulus fibrosus dan ligamen longitudinal
-
Extrusion : Terjadi ruptur annulus fibrosus, sehingga gel nukleus pulposus keluar dari diskus intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior masih intak
-
Sequestration / Sequestered Disc : Telah terjadi ruptur ligamen longitudinal posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati celah ligamen menuju ke kanalis spinalis. [4]