Patofisiologi Cerebral Palsy
Patofisiologi cerebral palsy, secara garis besar, diduga melibatkan gangguan suplai oksigen pada fetus atau asfiksia otak. Hal ini menyebabkan kematian sel dan kehilangan proses sel sebagai respon terhadap sitokin proinflamasi, stres oksidatif, dan pelepasan glutamat yang berlebihan, kemudian memicu kaskade eksitotoksik.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi timbulnya gangguan suplai oksigen fetus, yaitu.
- Faktor intrauteri: intrauterine growth restriction (IUGR), gangguan vaskuler plasenta, infeksi intrauteri, dan kelainan kongenital
- Kejadian peripartum: abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan asfiksia
- Kejadian pada periode neonatal: perdarahan intraventrikuler, leukomalasia periventrikel, sepsis, stroke neonatal
Kelainan kongenital lebih jarang teridentifikasi menyebabkan cerebral palsy. Pada kebanyakan kasus, cerebral palsy melibatkan faktor lingkungan dan kerentanan genetik, dan dapat sangat berat hingga menyebabkan cedera destruktif yang mampu diidentifikasi pada pemeriksaan pencitraan (misalnya MRI dan USG kepala). Kelainan umumnya ditemukan pada white matter pada infant preterm; serta di grey matter atau nuclei batang otak pada infant aterm. Gangguan yang terjadi pada otak yang masih sangat imatur, akan menghambat perkembangan selanjutnya.[5,6]