Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Cerebral Palsy general_alomedika 2021-02-25T14:57:50+07:00 2021-02-25T14:57:50+07:00
Cerebral Palsy
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Cerebral Palsy

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Penatalaksanaan cerebral palsy dilakukan secara multidisipliner. Terapi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan perkembangan anak agar dapat mencapai kemandirian yang semaksimal mungkin dan menangani komorbiditas yang menyertai. Target terapi ditetapkan bersama antara orang tua, pasien, dan tim profesional yang menangani secara realistis dan dievaluasi secara berkala.

Tata Laksana Gangguan Motorik

Terapi fisik dan terapi okupasional bertujuan untuk memperbaiki gerakan dan keseimbangan pasien dengan cerebral palsy, sehingga pasien dapat beraktivitas sehari-hari. Fungsi motorik yang ditargetkan terutama fungsi ekstremitas atas. Terdapat beberapa terapi fisik dan terapi okupasional yang dapat diberikan.

  • Hand-arm intensive bimanual training: Latihan bimanual diberikan pada pasien dengan spastik hemiplegia. Pada terapi ini, anak dilatih untuk menggunakan kedua tangan secara repetitif

  • Constraint induced movement therapy: Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi tangan dengan cara melatih sisi yang terpengaruh dan menggunakan pengekang pada sisi yang dominan. Latihan ini efektif dilakukan untuk semua usia

  • Context focused therapy: Terapi ini memberikan fokus pada penyesuaian lingkungan dan target fungsional kepada kemampuan anak. Dengan mengubah faktor lingkungan dan penyesuaian tugas, diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas yang tidak dapat dilakukan sebelumnya

  • Goal directed therapy: Terapi ini dilakukan dengan pendekatan pembelajaran motorik berdasarkan target aktivitas yang ditetapkan pasien[12,19]

Tata laksana Spastisitas

Tata laksana spastisitas penting dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki tulang dan deformasi sendi, mengurangi nyeri, serta memperbaiki status fungsional pasien. Pilihan terapi yang dapat diberikan adalah terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Intervensi nonfarmakologi meliputi fisioterapi, terapi okupasional, penggunaan peralatan adaptif dan ortosis, intervensi ortopedi, dan selective dorsal rhizotomy.

Fisioterapi

Fisioterapi merupakan salah satu terapi yang paling utama pada anak dengan disabilitas motorik. Tujuan utama fisioterapi adalah meningkatkan kekuatan motorik sesuai prioritas pasien dan keluarga. Untuk memberikan latihan motorik yang maksimal, pasien harus secara aktif berperan dalam terapi. Terapi yang dilakukan sebaiknya memberikan intensitas yang sesuai dan menantang.[20]

Selective Dorsal Rhizotomy (SDR)

SDR bertujuan untuk mengurangi spastisitas dengan cara memisahkan bagian dari akar lumbosakral dorsalis. SDR dilakukan pada pasien cerebral palsy dengan Gross Motor Function Classification System (GMFCS) II dan III, berusia 4-7 tahun, memiliki kemampuan kognitif, berkeinginan untuk berjalan, serta memiliki kekuatan dan kontrol motorik ekstremitas bawah dan dystonia minimal. Tindakan ini secara signifikan mengurangi kebutuhan injeksi toksin botulinum dan operasi ortopedi, namun mampu menyebabkan beberapa efek samping seperti gangguan proprioseptif, disfungsi pencernaan dan saluran kemih, hipotonia, nyeri punggung persisten, atau deformitas.[3,12,17]

Intervensi Ortopedi

Kelainan muskuloskeletal progresif yang dapat terjadi pada pasien dengan cerebral palsy membutuhkan intervensi ortopedi. Tindakan intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki deformitas yang disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan. Pada kondisi spasme ekstremitas bawah atau dislokasi panggul, dapat dipertimbangkan tindakan yang mengurangi spasme otot seperti tenotomi adduktor, atau transfer psoas. Tenotomi tendon Achilles dilakukan pada pasien spastik hemiplegia dengan tight heel cord. [12,15]

Penggunaan Orthosis Dan Alat Bantu

Orthosis dan alat bantu adaptif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan beraktivitas dan fungsional pasien. Alat bantu yang diberikan misalnya kursi roda, alat bantu dengar, orthosis, dan tungkai artifisial. Orthosis akan membantu meningkatkan kekuatan ekstremitas bawah pada kasus deformitas equinus dan membantu pasien berjalan.[3,4]

Tata Laksana Kontraktur

Kontraktur pada pasien dengan cerebral palsy terjadi akibat hipertonia otot. Otot dan tendon tidak mampu memanjang dan menyesuaikan dengan pertumbuhan tulang. Otot yang melewati 2 sendi lebih rentan terhadap kontraktur, sehingga beberapa prosedur bedah membuat otot dengan 2 sendi berfungsi seperti otot dengan 1 sendi.

Kontraktur spastik dapat diperbaiki dengan relaksasi dan tindakan nonbedah seperti splinting atau injeksi toksin botulinum. Sementara itu, kontraktur yang menetap diperbaiki dengan memanjangkan kelompok otot dan tendon. Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya kontraktur menetap, misalnya penggunaan orthosis, splinting, dan night braces.[20]

Tata Laksana Kelainan Sendi Panggul

Diperkirakan 36% anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan pada sendi panggul. Insiden ini bertambah seiring dengan peningkatan kelas GMFCS, hingga 90% pada GMFCS V.

Dislokasi sendi panggul dapat dihindari tanpa melakukan tindakan bedah. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan radiologi untuk mengidentifikasi masalah sejak dini. Demikian pula dengan skoliosis, karena skoliosis dapat berkembang dengan cepat sejak usia muda pada pasien dengan spastisitas bilateral yang berat. Tindakan bedah untuk memperbaiki skoliosis adalah dengan fusi T2-pelvis Tindakan total hip arthroplasty dapat memperbaiki integritas dan fungsi dari sendi dan mengurangi nyeri akibat gangguan sendi.[3,20,21]

Terapi Farmakologi

Beberapa obat dapat diberikan untuk mengatasi spastisitas, namun terdapat risiko efek samping seperti sedasi dan penurunan ambang kejang.

  • Diazepam 0,01-0,3 mg/kg/hari dibagi dua atau tiga dosis

  • Baclofen 0,2-2 mg/kg/hari dibagi dua atau tiga dosis. Baclofen dapat diberikan secara intrathecal pada kasus spastisitas berat

  • Dantrolene 0,5-10 mg/kg/hari dibagi dua dosis
  • Levodopa 0,5-2 mg/kg/hari dan triheksilfenidil 0,25 mg/kg/hari dapat diberikan untuk mengatasi dystonia

  • Reserpine 0,01-0,02 mg/kg/hari dibagi dua dosis maksimal 0,25 mg sehari dan tetrabenazine 12,5-25 mg dibagi dua atau tiga dosis diberikan untuk gangguan gerakan hiperkinetik termasuk athetosis atau chorea
  • Injeksi toksin botulinum dapat diberikan pada kelompok otot yang mengalami spastisitas dan kelenjar saliva untuk mengurangi drooling. Dosis yang biasanya diberikan adalah 4-16 U/kg[15]

 

Referensi

3. Vitrikas K, Dalton H, Breish D. Cerebral Palsy: An Overview. Am Fam Physician. 2020;101(4):213-220.
4. Patel, D., Neelakantan, M., Pandher, K., & Merrick, J. Cerebral palsy in children: A clinical overview. Translational Pediatrics. 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7082248/
12. Gulati S, Sondhi V. Cerebral Palsy: An Overview. Indian Journal of Pediatric. 2017.
15. Johnston M. Cerebral Palsy. Nelson Textbook of Pediatrics. 20ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. Chapter 598, Encephalopathies; p.2896-2899
17. Krigger K. Cerebral Palsy: An Overview [Internet]. American Academy of Family Physician. 2006. Available from: https://www.aafp.org/afp/2006/0101/p91.html
19. Darrah, J., Law, M., Pollock, N., et al. Context therapy: A new intervention approach for children with cerebral palsy. Dev Med Child Neurol. 2011. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3110983/
20. Graham H, Rosebaum P, Paneth N, et al. Cerebral palsy. Nature Reviews Disease Primers 2. 2016
21. Colver A, Fairhurst C, Pharoah P. Cerebral palsy. The Lancet. 2013. Seminar| volume 383, issue 9924, P1240-1249, http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(13)61835-8

Diagnosis Cerebral Palsy
Prognosis Cerebral Palsy

Artikel Terkait

  • Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
    Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
12 September 2022
Faktor resiko cerebral palsy pada neonatus kurang bulan dengan periodic apnea
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan dengan riwayat asfiksia neonatorum datang dengan kondisi periodic apnea. Izin...
Anonymous
19 April 2022
Pasien anak dengan riwayat Cerebral Palsy - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dok, saya pernah mempunyai pasien anak dengan riwayat cerebral palsy, saya ingin menanyakan, apa yang kami sebagai Dokter Umum dapat berikan sebagai...
dr.indra nurita octavia
14 Desember 2019
Pemberian madu pada anak dengan cerebral palsy
Oleh: dr.indra nurita octavia
5 Balasan
alo dokterizin bertanya... apakah anak dg CP bisa diberikan madu HDI?

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.