Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Cerebral Palsy general_alomedika 2024-08-08T15:09:30+07:00 2024-08-08T15:09:30+07:00
Cerebral Palsy
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Cerebral Palsy

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan cerebral palsy bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan kualitas hidup pasien. Hingga saat ini tidak ada intervensi yang dapat menghilangkan cerebral palsy, tetapi pengobatan dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mengatasi komplikasi maupun komorbiditas.[1,4,6,14]

Tata Laksana Gangguan Motorik

Terapi fisik dan terapi okupasional bertujuan untuk memperbaiki gerakan dan keseimbangan pasien dengan cerebral palsy, sehingga pasien dapat beraktivitas sehari-hari. Fungsi motorik yang ditargetkan terutama fungsi ekstremitas atas. Terdapat beberapa terapi fisik dan terapi okupasional yang dapat diberikan.

Hand-Arm Intensive Bimanual Training

Latihan bimanual diberikan pada pasien dengan spastik hemiplegia. Pada terapi ini, anak dilatih untuk menggunakan kedua tangan secara repetitive.[1,4,6,17,21]

Constraint Induced Movement Therapy

Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi tangan dengan cara melatih sisi yang terpengaruh dan menggunakan pengekang pada sisi yang dominan. Latihan ini efektif dilakukan untuk semua usia.[1,4,6,17,21]

Context Focused Therapy

Terapi ini memberikan fokus pada penyesuaian lingkungan dan target fungsional kepada kemampuan anak. Dengan mengubah faktor lingkungan dan penyesuaian tugas, diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.[1,4,6,17,21]

Goal Directed Therapy

Terapi ini dilakukan dengan pendekatan pembelajaran motorik berdasarkan target aktivitas yang ditetapkan pasien.[1,4,6,17,21]

Tata Laksana Spastisitas

Tata laksana spastisitas penting dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki tulang dan deformasi sendi, mengurangi nyeri, serta memperbaiki status fungsional pasien. Pilihan terapi yang dapat diberikan adalah terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Intervensi nonfarmakologi meliputi fisioterapi, terapi okupasional, penggunaan peralatan adaptif dan ortosis, intervensi ortopedi, dan selective dorsal rhizotomy.[1,4,6,17,21]

Fisioterapi

Fisioterapi merupakan salah satu terapi yang paling utama pada anak dengan disabilitas motorik. Tujuan utama fisioterapi adalah meningkatkan kekuatan motorik sesuai prioritas pasien dan keluarga. Untuk memberikan latihan motorik yang maksimal, pasien harus secara aktif berperan dalam terapi. Terapi yang dilakukan sebaiknya memberikan intensitas yang sesuai dan menantang.[1,4,6,17,21]

Selective Dorsal Rhizotomy (SDR)

SDR bertujuan untuk mengurangi spastisitas dengan cara memisahkan bagian dari akar lumbosakral dorsalis. SDR dilakukan pada pasien cerebral palsy dengan Gross Motor Function Classification System (GMFCS) II dan III, berusia 4-7 tahun, memiliki kemampuan kognitif, berkeinginan untuk berjalan, serta memiliki kekuatan dan kontrol motorik ekstremitas bawah dan distonia minimal.

Tindakan ini secara signifikan mengurangi kebutuhan injeksi toksin botulinum dan operasi ortopedi, namun dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti gangguan proprioseptif, disfungsi pencernaan dan saluran kemih, hipotonia, nyeri punggung persisten, atau deformitas.[1,4,6,14,17,21]

Intervensi Ortopedi

Kelainan muskuloskeletal progresif yang dapat terjadi pada pasien dengan cerebral palsy membutuhkan intervensi ortopedi. Tindakan intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki deformitas yang disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan. Pada kondisi spasme ekstremitas bawah atau dislokasi panggul, dapat dipertimbangkan tindakan yang mengurangi spasme otot seperti tenotomi adduktor, atau transfer psoas. Tenotomi tendon Achilles dilakukan pada pasien spastik hemiplegia dengan tight heel cord.[1,4,6,14,17,21]

Penggunaan Ortosis Dan Alat Bantu

Ortosis dan alat bantu adaptif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan beraktivitas dan fungsional pasien. Alat bantu yang diberikan misalnya kursi roda, alat bantu dengar, ortosis, dan tungkai artifisial. Ortosis akan membantu meningkatkan kekuatan ekstremitas bawah pada kasus deformitas equinus dan membantu pasien berjalan.[1,4,6,17,21]

Tata Laksana Kontraktur

Kontraktur pada pasien dengan cerebral palsy terjadi akibat hipertonia otot. Otot dan tendon tidak mampu memanjang dan menyesuaikan dengan pertumbuhan tulang. Otot yang melewati 2 sendi lebih rentan terhadap kontraktur, sehingga beberapa prosedur bedah membuat otot dengan 2 sendi berfungsi seperti otot dengan 1 sendi.

Kontraktur spastik dapat diperbaiki dengan relaksasi dan tindakan nonbedah seperti splinting atau injeksi toksin botulinum. Sementara itu, kontraktur yang menetap diperbaiki dengan memanjangkan kelompok otot dan tendon. Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya kontraktur menetap, misalnya penggunaan ortosis, splinting, dan night braces.[1,4,6,17,21]

Tata Laksana Kelainan Sendi Panggul

Diperkirakan 36% anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan pada sendi panggul. Insiden ini bertambah seiring dengan peningkatan kelas GMFCS, hingga 90% pada GMFCS V.

Dislokasi sendi panggul dapat dihindari tanpa melakukan tindakan bedah. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan radiologi untuk mengidentifikasi masalah sejak dini.

Demikian pula dengan skoliosis, karena skoliosis dapat berkembang dengan cepat sejak usia muda pada pasien dengan spastisitas bilateral yang berat. Tindakan bedah untuk memperbaiki skoliosis adalah dengan fusi T2-pelvis Tindakan total hip arthroplasty dapat memperbaiki integritas dan fungsi dari sendi dan mengurangi nyeri akibat gangguan sendi.[1,4,6,17,21]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis digunakan untuk membantu memperbaiki abnormalitas tonus, nyeri, dan berbagai kondisi komorbid, misalnya epilepsi, sialorea, gangguan pencernaan, dan gangguan perilaku. Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengurangi spastisitas adalah benzodiazepine, baclofen, dantrolene, tizanidine, cyclobenzaprine, injeksi toksin botulinum, dan phenol.

Distonia sering ditangani dengan penggunaan trihexyphenydil, gabapentin, carbidopa-levidopa, dan benztropine. Sementara itu, keluhan sialorea bisa ditangani dengan pemberian glycopyrrolate, atropin tetes, dan scopolamine patches. Obat antikejang juga diberikan pada mereka yang mempunyai komorbid epilepsi.

Konstipasi sering ditemukan pada pasien dengan cerebral palsy. Keluhan ini bisa diatasi dengan obat-obat promotilitas dan obat-obat yang melunakkan feses. Keluhan nyeri biasanya diatasi dengan obat antiinflamasi. Terapi antidepresan dan antiansietas seringkali diperlukan pada pasien yang mengalami keluhan-keluhan psikologis. Keluhan-keluhan ini juga bisa diatasi dengan hipnoterapi.[1,4,13]

Rehabilitasi

Rehabilitasi yang direkomendasikan untuk pasien dengan cerebral palsy adalah latihan kardio (khususnya latihan ritmik) dengan frekuensi, intensitas, waktu dan tipe disesuaikan dengan tingkat kebugaran dan dukungan yang dimiliki pasien.

Pelatihan kekuatan otot juga bisa membantu mengurangi spastisitas. Latihan yang direkomendasikan adalah latihan multi-joint atau latihan fungsional. Latihan gait juga bisa diberikan untuk memperbaiki gait dan postur pada pasien.[1,4,15]

Terapi lain yang bisa dilakukan adalah terapi musik untuk membantu memperbaiki komunikasi dan keterampilan ekspresif. Selain itu, memainkan alat musik juga bisa membantu melatih motorik halus maupun kasar pada anak. Stimulasi elektrik juga bisa diberikan untuk mengurangi kontraksi otot, namun basis penelitiannya masih terbatas.[4,6]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Adrian Prasetio

Referensi

1. Hallman-Cooper JL, Rocha Cabrero F. Cerebral Palsy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538147/
4. Sharma P, Gupta M, Kalra R. Recent advancements in interventions for cerebral palsy – A review. Journal of Neurorestoratology 2023;11:100071. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2324242623000311
6. Patel DR, Neelakantan M, Pandher K, Merrick J. Cerebral palsy in children: a clinical overview. Transl Pediatr 2020;9:S125–35.
13. Nahm NJ, Graham HK, Gormley ME, Georgiadis AG. Management of hypertonia in cerebral palsy. Curr Opin Pediatr 2018;30:57–64.
14. Park TS, Dobbs MB, Cho J. Evidence Supporting Selective Dorsal Rhizotomy for Treatment of Spastic Cerebral Palsy. Cureus 2018;10:e3466.
15. McCoy SW, Palisano R, Avery L, Jeffries L, Laforme Fiss A, Chiarello L, et al. Physical, occupational, and speech therapy for children with cerebral palsy. Dev Med Child Neurol 2020;62:140–6.
17. Sadowska M, Sarecka-Hujar B, Kopyta I. Cerebral Palsy: Current Opinions on Definition, Epidemiology, Risk Factors, Classification and Treatment Options. Neuropsychiatr Dis Treat. 2020 Jun 12;16:1505-1518. doi: 10.2147/NDT.S235165.
21. Vitrikas K, Dalton H, Breish D. Cerebral Palsy: An Overview. Am Fam Physician. 2020;101(4):213-220

Diagnosis Cerebral Palsy
Prognosis Cerebral Palsy

Artikel Terkait

  • Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
    Pencegahan Cerebral Palsy pada Asfiksia Neonatorum
  • Pemberian Magnesium Sulfat Sebelum Persalinan Preterm untuk Mencegah Cerebral Palsy
    Pemberian Magnesium Sulfat Sebelum Persalinan Preterm untuk Mencegah Cerebral Palsy
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 Agustus 2024, 09:39
Apakah boleh pasien dengan cerebral palsy mendapatkan vaksin polio OPV?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodok, izin bertanya apakah boleh pasien dengan cerebral palsy mendapatkan vaksin polio opv saat PIN di posyandu?
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 12:43
Pemeriksaan penunjang cerebral palsy di puskesmas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
halo dokter, mohon izin bertanya, jika ditemukan pasien anak dengan cerebral palsy di puskesmas bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di...
Anonymous
Dibalas 13 September 2022, 08:25
Faktor resiko cerebral palsy pada neonatus kurang bulan dengan periodic apnea
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan dengan riwayat asfiksia neonatorum datang dengan kondisi periodic apnea. Izin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.