Diagnosis Keracunan Sianida
Diagnosis dari keracunan sianida secara pasti ditegakkan melalui pemeriksaan kadar sianida di dalam darah, namun membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya. Pada keracunan sianida terjadi perubahan hemodinamik dan disfungsi neurologis yang sangat cepat, sehingga deteksi dini dan pemberian antidot yang cepat serta tepat sangat mempengaruhi angka keselamatan.
Anamnesis
Pada anamnesis, beberapa hal penting yang harus diketahui, diantaranya:
- Onset, derajat keparahan, dan riwayat gejala
- Durasi dan rute paparan
- Riwayat paparan terhadap asap (bau dan warna dari gas tersebut)
- Bau seperti kacang almond pahit (didapatkan pada 40% pasien yang terpapar sianida)
- Kondisi lingkungan sekitar pasien (misalnya binatang mati atau korban jiwa lainnya)
- Bukti paparan terhadap senyawa kimia lainnya[2]
Onset timbulnya gejala keracunan sianida tergantung pada jenis paparan sianida yang terjadi. Jika diurutkan mulai dari paparan dengan onset gejala tercepat, urutannya adalah paparan gas, padat yang larut dalam air, padat yang tidak larut dalam air, sianogen.[2]
Manifestasi klinis keracunan sianida mulai dirasakan pasien pada saat kadar sianida di dalam darah mencapai 40 mol/L. Gejala yang timbul setelah paparan gas sianida dengan konsentrasi tinggi, diantaranya: transient hyperpnea dan hipertensi dalam 15 detik setelah inhalasi, kejang dalam 30-45 detik, kehilangan kesadaran dalam 30 detik, henti napas dalam 3-5 menit, bradikardi, hipotensi, dan henti jantung dalam 5-8 menit pasca paparan.[2]
Gejala yang timbul setelah paparan gas sianida, cairan sianida, atau ingesti sianida dengan konsentrasi rendah, adalah: penundaan onset gejala selama beberapa menit, cemas, vertigo, lemas, gemetar pada otot, penurunan kesadaran, sakit kepala, dispnea.[2]
Pasien dengan ingesti sianida akut dapat mengeluhkan iritasi lidah dan membran mukosa, yang diikuti dengan rasa mual dan muntah. Tanda ini bersifat tidak spesifik dan sering terlewat dalam evaluasi awal. Pasien yang mengkonsumsi sianida setelah makan bisa mengalami penundaan gejala karena penurunan absorbsi sianida di saluran cerna.[10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus keracunan sianida tidak bersifat spesifik namun terdapat beberapa hal yang mengarahkan kecurigaan terhadap keracunan sianida. Salah satu nya adalah kulit pasien berwarna merah cerah (cherry red color) dan tidak ditemukan tanda sianosis meskipun terjadi hipotensi dan bradikardia. Hal ini dikarenakan terdapat oksigen yang berlebihan di dalam darah yang tidak dapat dimetabolisme di dalam sel. Selain itu, setelah menghirup hidrogen sianida, makan akan tercium bau almond pahit pada pasien, disertai keluhan nyeri kepala, kecemasan, mual, dan rasa metalik.[1,9]
Paparan sianida dalam jumlah kecil tidak menimbulkan kematian, dan akan didapatkan tanda klinis berupa takipnea, takikardi, agitasi, kelemahan otot. Sedangkan paparan sianida dalam jumlah yang besar pada rute apapun berbahaya untuk tubuh. Pasien dapat datang dengan tanda dan gejala berupa kejang, penurunan kesadaran hingga koma, hipotensi, bradikardi, aritmia jantung, takipnea yang berkembang menjadi gagal napas. Pada kasus inhalasi sianogen klorida, dapat ditemukan iritasi mata dan membran mukosa, bronkorea, batuk, dan dispnea.[3,9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keracunan sianida sangat luas. Beberapa diantaranya termasuk paparan terhadap antidepresan trisiklik, organofosfat, methemoglobin, karbon monoksida, atau arsen. Keracunan karbon monoksida sering dikaitkan dengan keracunan sianida karena memiliki tanda dan gejala yang mirip.
Keracunan Karbon Monoksida
Keracunan karbon monoksida sering terjadi bersamaan dengan keracunan sianida pada kasus kebakaran di ruang tertutup. Keracunan karbon monoksida dan sianida memiliki tanda dan gejala yang mirip. Pada pasien ditemukan nyeri kepala, nyeri dada, sesak napas, mual dan muntah, serta penurunan kesadaran. Bibir kemerahan yang dianggap sebagai gejala klasik keracunan karbon monoksida, pada kenyataanya jarang terlihat. Tidak adanya tanda ini tidak serta merta menyingkirkan keracunan karbon monoksida. Manifestasi klinis berupa kejang umum ditemukan pada keracunan sianida, tetapi jarang ditemukan pada kasus keracunan monoksida. Keracunan monoksida tidak mempengaruhi pupil, sedangkan keracunan sianida menyebabkan terjadinya dilatasi pupil.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus keracunan sianida bertujuan untuk menemukan sianida dalam darah dan mengetahui tingkat keparahan komplikasi dari sianida.
Kadar Sianida
Untuk menilai keparahan dari keracunan sianida, sampel harus diambil sebelum pemberian antidot. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan menemukan sianida dalam darah. Pasien dianggap mengalami keracunan sianida apabila kadar sianida serum >0,5 mg/L. Pemeriksaan ini tidak secara rutin ada di laboratorium, membutuhkan waktu yang lama, dan tidak berkorelasi langsung dengan survival pasien. Tatalaksana pada pasien dengan kecurigaan keracunan sianida harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil pemeriksaan kadar sianida.[9,10]
Analisa Gas Darah
Analisa gas darah diperlukan untuk menemukan dan mengevaluasi keparahan dari asidosis metabolik. Pemeriksaan ini harus dilakukan sebelum pemberian antidot agar mendapatkan hasil yang reliabel.[10]
Laktat Serum
Kadar laktat dalam darah berhubungan erat dengan tingkat keparahan keracunan sianida. Peningkatan laktat serum disertai dengan kadar oksigen vena yang tinggi umum ditemukan pada kasus keracunan sianida. Pasien yang terdeteksi memiliki kadar laktat >8 mmol/L bisa dikatakan mengalami keracunan sianida, dengan tetap mempertimbangkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain. Nilai laktat juga bisa digunakan untuk mengevaluasi terapi. Namun peningkatan laktat sendiri tidak spesifik pada sianida.[8-10]