Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Keracunan Sianida general_alomedika 2022-06-06T18:11:00+07:00 2022-06-06T18:11:00+07:00
Keracunan Sianida
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Keracunan Sianida

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Penatalaksanaan dalam keracunan sianida merupakan tatalaksana kegawatdaruratan, yang harus segera diberikan tanpa menunggu konfirmasi laboratorium terkait kadar sianida dalam darah. Hal ini meliputi dekontaminasi, resusitasi kardiopulmoner, dan pemberian antidot sianida. Tindakan penyelamatan pasien dengan kecurigaan keracunan sianida harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dengan menggunakan alat pelindung diri hingga proses dekontaminasi selesai.[3,4]

Tatalaksana Kegawatdaruratan

Dekontaminasi

Tindakan pertama adalah menjauhkan pasien dari paparan sianida dan melakukan dekontaminasi pada pasien. Semakin cepat paparan sianida dihilangkan, semakin baik prognosis pasien. Jauhkan pasien dari paparan sianida pada kasus inhalasi, lepaskan pakaian yang terkontaminasi untuk mencegah masuknya sianida melalui kulit, basahi permukaan tubuh yang terpapar dengan air. Pada kondisi kontak sianida dengan mata, irigasi mata dengan air selama sekurang-kurangnya 10 menit. [3,4]

Tenaga medis yang memberikan penanganan pada kasus keracunan sianida perlu menggunakan alat pelindung diri seperti face mask, sarung tangan, dan apron. Hal ini mengingat sianida dapat diabsorbsi melalui kulit dari cairan yang disekresikan pasien (muntahan atau darah).[3,4]

Resusitasi Kardiopulmoner

Keracunan sianida merupakan kondisi kegawatdaruratan, maka klinsi harus bersiap untuk menstabilkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien. Terapi oksigen dalam konsentrasi tinggi penting dilakukan dalam keracunan sianida. Apabila pasien tidak bernafas, dilakukan resusitasi kardiopulmoner dengan alat bantu dan tidak memberikan pernapasan dari mulut ke mulut karena berisiko membahayakan penyelamat. Oksigen meningkatkan reaktivasi dari sitokrom oksidase dan melindunginya dari sianida. Namun pemberian oksigen 100% dalam waktu lebih dari 4 jam harus dihindari karena risiko toksisitas oksigen. Pemberian oksigen hiperbarik direkomendasikan untuk kasus inhalasi asap dengan keracunan sianida dan karbon monoksida, namun pemberiannya pada kasus keracunan sianida murni masih kontroversial.[4,10]

Penanganan suportif berupa pemberian cairan kristaloid intravena dan obat-obatan inotropik juga diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah pasien

Pemberian Antidot

Pemberian antidot bertujuan untuk mengikat sianida, mendonorkan sulfur, dan menginduksi methemoglobinemia. Antidot tersebut diberikan secara intravena dan tersedia dalam bentuk kit.[2,9]

Hidroksikobalamin

Hidroksikobalamin adalah zat prekursor dari vitamin B12. Zat ini berfungsi untuk mengikat sianida dengan afinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sitokrom oksidase a3 dan membentuk sianokobalamin (vitamin B12). Hidroksikobalamin bekerja cepat, aman digunakan, tidak mengganggu oksigenasi seluler, dan kemudian diekskresikan melalui ginjal. Pemberian hidroksikobalamin adalah 70 mg/kg atau 5 gram untuk dewasa secara intravena selama 15 menit. Beberapa efek samping dari pemberian zat ini adalah hipertensi transien, nyeri kepala, serta membuat warna kulit, urin, dan mukosa menjadi kemerahan. [1,2,10]

Natrium Nitrit dan Natrium Tiosulfat

Natrium nitrit dan natrium tiosulfat digunakan sebagai kombinasi dalam bentuk paket (Lilly kit), dengan tujuan mengubah besi di hemoglobin menjadi bentuk ferri dan membentuk methemoglobinemia (metHb). Sianida lebih mudah terikat pada metHb dibandingkan dengan enzim sitokrom oksidase. Natrium tiosulfat berfungsi mendonorkan sulfur yang membantu mengubah sianida menjadi tiosinat dengan perantaraan enzim rhodanese. Tiosinat yang terbentuk kemudian diekskresikan melalui ginjal.[1,2,10]

Dosis natrium nitrit dan natrium tiosulfat adalah sebagai berikut:

  • Nitrit: injeksi intravena 10 ml natrium nitrit 3% (300 mg). Pemberian pada anak dimulai dari 0,13 ml/kg (4 mg/kg), dan dosis tambahan diberikan hanya apabila tidak terjadi respon klinis yang diinginkan. Pemberian natrium nitrit[10]
  • Tiosulfat: injeksi intravena 1.65ml/kg atau 12,5 gram dosis maksimal dalam 50 ml selama 30 menit. Dosis pada anak adalah 7 g/m2 dan tidak melebihi 12,5 gram. Tiosulfat bisa diulang sebesar ½ dari dosis awal apabila diperlukan[1]

Terapi nitrit tersedia juga dalam bentuk inhalasi (amil nitrit). Terapi ini diberikan dengan cara menaruh sediaan di bawah hidung pasien dalam 30 detik setiap menit, dalam 3 detik. Amil nitrit membantu mengkonversi hemoglobin menjadi methemoglobin yang kemudian terikat pada sianida dan mengaktivasi rantai transpor elektron. Terapi dengan amil nitrit secara umum sudah mulai ditinggalkan karena efektivitas yang lebih rendah dibandingkan sediaan lain.[8,10]

Terapi natrium nitrit tidak boleh diberikan kepada pasien hamil. Terapi ini juga mungkin berakibat fatal pada anak atau pasien anemia karena peningkatan methemoglobinemia.[9]

4-Dimethylaminophenol (4-DMAP)

4-DMAP diberikan secara intravena dengan dosis 3,25 mg/kg. Zat ini berfungsi untuk meningkatkan methemoglobin dalam waktu beberapa menit. Efek samping dari penggunaan 4-DMAP adalah hemolisis, demam, dan nekrosis pada injeksi intramuskular.[10]

Observasi Pasien

Observasi ketat pasien menjadi hal yang perlu diperhatikan pada kasus keracunan sianida, mengingat onset kasus ini sangatlah cepat. Pemantauan yang dapat dilakukan mencakup fungsi organ vital di ruang rawat intensif, parameter laboratorium (laktat, analisa gas darah, sianida serum), serta pemantauan terhadap efek samping penggunaan antidot.[6]

Referensi

1. Graham J, Traylor J. Cyanide Toxicity. StatPearls. 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507796/
2. Leybell I. Cyanide Toxicity Treatment & Management. Medscape. 2020. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/814287-treatment#d11
3. Centers for Disease Control and Prevention. Facts About Cyanide. 2018. Available from: https://emergency.cdc.gov/agent/cyanide/basics/facts.asp
4. The National Poisons Information Service. Cyanide poisoning - Recommendations on first aid treatment for employers and first aiders. 2020. Available from: https://www.hse.gov.uk/pubns/misc076.htm#first
6. Cahyawati PN, et al. Keracunan Akut Sianida. Jurnal Lingkungan & Pembangunan. 2017. Available from: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiV6Irpr4rvAhUKYysKHTljCCkQFjACegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fwww.ejournal.warmadewa.ac.id%2Findex.php%2Fwicaksana%2Farticle%2Fview%2F357%2F255&usg=AOvVaw3N6nH9xdDyb7bi6qROaIhl
8. Meillier A, Heller C. Acute Cyanide Poisoning: Hydroxocobalamin and Sodium Thiosulfate Treatments with Two Outcomes following One Exposure Event. Case Reports in Medicine. 2015. Available from: https://downloads.hindawi.com/journals/crim/2015/217951.pdf
9. Pollack CV, et al. Cyanide Poisoning. Differential Diagnosis of Cardiopulmonary Disease. Springer, Cham. 2019. Available from: https://doi.org/10.1007/978-3-319-63895-9_21
10. INCHEM. Cyanides. Available from: http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/pimg003.htm#PartTitle:10.%20MANAGEMENT

Diagnosis Keracunan Sianida
Prognosis Keracunan Sianida

Artikel Terkait

  • Bilas Lambung untuk Kasus Keracunan
    Bilas Lambung untuk Kasus Keracunan
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 00:20
Surat pengesahan dokumen dari dinas kesehatan untuk pembuatan SIP
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat malam, ijin bertanya mengenai surat pengesahan dokumen dari dinas kesehatan itu didapat darimana yah? Saya surat upload surat pernytaan keabsahan...
dr.melly yuliana
Kemarin, 11:35
Link post test webinar Pentingnya Protein Hewani dalam Pencegahan Stunting – Hari Gizi Nasional 2023
Oleh: dr.melly yuliana
12 Balasan
Saya tidak bisa buka post test nyaPentingnya Protein Hewani dalam Pencegahan Stunting – Hari Gizi Nasional 2023Saya cari lagi link nya tidak adaTerus sudah...
dr.Ayu Dilia Novita Sari
1 hari yang lalu
Lupa kata sandi akun alomedika
Oleh: dr.Ayu Dilia Novita Sari
1 Balasan
Assalamualaikum wr wb , mohon maaf izin bertanya. , Jika kita memiliki akun alomedika dan hafal alamat emailnya tetapi lupa untuk kata sandinya bagaiama ya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.