Penatalaksanaan Keracunan Sianida
Penatalaksanaan dalam keracunan sianida merupakan tatalaksana kegawatdaruratan, yang harus segera diberikan tanpa menunggu konfirmasi laboratorium terkait kadar sianida dalam darah. Hal ini meliputi dekontaminasi, resusitasi kardiopulmoner, dan pemberian antidot sianida. Tindakan penyelamatan pasien dengan kecurigaan keracunan sianida harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dengan menggunakan alat pelindung diri hingga proses dekontaminasi selesai.[3,4]
Tatalaksana Kegawatdaruratan
Dekontaminasi
Tindakan pertama adalah menjauhkan pasien dari paparan sianida dan melakukan dekontaminasi pada pasien. Semakin cepat paparan sianida dihilangkan, semakin baik prognosis pasien. Jauhkan pasien dari paparan sianida pada kasus inhalasi, lepaskan pakaian yang terkontaminasi untuk mencegah masuknya sianida melalui kulit, basahi permukaan tubuh yang terpapar dengan air. Pada kondisi kontak sianida dengan mata, irigasi mata dengan air selama sekurang-kurangnya 10 menit. [3,4]
Tenaga medis yang memberikan penanganan pada kasus keracunan sianida perlu menggunakan alat pelindung diri seperti face mask, sarung tangan, dan apron. Hal ini mengingat sianida dapat diabsorbsi melalui kulit dari cairan yang disekresikan pasien (muntahan atau darah).[3,4]
Resusitasi Kardiopulmoner
Keracunan sianida merupakan kondisi kegawatdaruratan, maka klinsi harus bersiap untuk menstabilkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien. Terapi oksigen dalam konsentrasi tinggi penting dilakukan dalam keracunan sianida. Apabila pasien tidak bernafas, dilakukan resusitasi kardiopulmoner dengan alat bantu dan tidak memberikan pernapasan dari mulut ke mulut karena berisiko membahayakan penyelamat. Oksigen meningkatkan reaktivasi dari sitokrom oksidase dan melindunginya dari sianida. Namun pemberian oksigen 100% dalam waktu lebih dari 4 jam harus dihindari karena risiko toksisitas oksigen. Pemberian oksigen hiperbarik direkomendasikan untuk kasus inhalasi asap dengan keracunan sianida dan karbon monoksida, namun pemberiannya pada kasus keracunan sianida murni masih kontroversial.[4,10]
Penanganan suportif berupa pemberian cairan kristaloid intravena dan obat-obatan inotropik juga diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah pasien
Pemberian Antidot
Pemberian antidot bertujuan untuk mengikat sianida, mendonorkan sulfur, dan menginduksi methemoglobinemia. Antidot tersebut diberikan secara intravena dan tersedia dalam bentuk kit.[2,9]
Hidroksikobalamin
Hidroksikobalamin adalah zat prekursor dari vitamin B12. Zat ini berfungsi untuk mengikat sianida dengan afinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sitokrom oksidase a3 dan membentuk sianokobalamin (vitamin B12). Hidroksikobalamin bekerja cepat, aman digunakan, tidak mengganggu oksigenasi seluler, dan kemudian diekskresikan melalui ginjal. Pemberian hidroksikobalamin adalah 70 mg/kg atau 5 gram untuk dewasa secara intravena selama 15 menit. Beberapa efek samping dari pemberian zat ini adalah hipertensi transien, nyeri kepala, serta membuat warna kulit, urin, dan mukosa menjadi kemerahan. [1,2,10]
Natrium Nitrit dan Natrium Tiosulfat
Natrium nitrit dan natrium tiosulfat digunakan sebagai kombinasi dalam bentuk paket (Lilly kit), dengan tujuan mengubah besi di hemoglobin menjadi bentuk ferri dan membentuk methemoglobinemia (metHb). Sianida lebih mudah terikat pada metHb dibandingkan dengan enzim sitokrom oksidase. Natrium tiosulfat berfungsi mendonorkan sulfur yang membantu mengubah sianida menjadi tiosinat dengan perantaraan enzim rhodanese. Tiosinat yang terbentuk kemudian diekskresikan melalui ginjal.[1,2,10]
Dosis natrium nitrit dan natrium tiosulfat adalah sebagai berikut:
- Nitrit: injeksi intravena 10 ml natrium nitrit 3% (300 mg). Pemberian pada anak dimulai dari 0,13 ml/kg (4 mg/kg), dan dosis tambahan diberikan hanya apabila tidak terjadi respon klinis yang diinginkan. Pemberian natrium nitrit[10]
- Tiosulfat: injeksi intravena 1.65ml/kg atau 12,5 gram dosis maksimal dalam 50 ml selama 30 menit. Dosis pada anak adalah 7 g/m2 dan tidak melebihi 12,5 gram. Tiosulfat bisa diulang sebesar ½ dari dosis awal apabila diperlukan[1]
Terapi nitrit tersedia juga dalam bentuk inhalasi (amil nitrit). Terapi ini diberikan dengan cara menaruh sediaan di bawah hidung pasien dalam 30 detik setiap menit, dalam 3 detik. Amil nitrit membantu mengkonversi hemoglobin menjadi methemoglobin yang kemudian terikat pada sianida dan mengaktivasi rantai transpor elektron. Terapi dengan amil nitrit secara umum sudah mulai ditinggalkan karena efektivitas yang lebih rendah dibandingkan sediaan lain.[8,10]
Terapi natrium nitrit tidak boleh diberikan kepada pasien hamil. Terapi ini juga mungkin berakibat fatal pada anak atau pasien anemia karena peningkatan methemoglobinemia.[9]
4-Dimethylaminophenol (4-DMAP)
4-DMAP diberikan secara intravena dengan dosis 3,25 mg/kg. Zat ini berfungsi untuk meningkatkan methemoglobin dalam waktu beberapa menit. Efek samping dari penggunaan 4-DMAP adalah hemolisis, demam, dan nekrosis pada injeksi intramuskular.[10]
Observasi Pasien
Observasi ketat pasien menjadi hal yang perlu diperhatikan pada kasus keracunan sianida, mengingat onset kasus ini sangatlah cepat. Pemantauan yang dapat dilakukan mencakup fungsi organ vital di ruang rawat intensif, parameter laboratorium (laktat, analisa gas darah, sianida serum), serta pemantauan terhadap efek samping penggunaan antidot.[6]