Pendahuluan Keracunan Sianida
Keracunan sianida merupakan kondisi kegawatdaruratan medis yang disebabkan oleh senyawa sianida. Kondisi ini memiliki onset sangat cepat dan dapat berujung pada kematian. Sianida adalah senyawa yang tidak berwarna, berbau seperti almond pahit, dan terdapat dalam berbagai bentuk. Sebagian besar keracunan sianida dalam rumah tangga disebabkan oleh paparan asap saat terjadi kebakaran rumah. Selain itu juga dapat terjadi melalui paparan oleh industri pestisida, penghasil plastik.
Sianida dapat ditemukan dalam bentuk gas (hydrogen cyanide atau cyanogen chloride) dan sediaan padat (sodium cyanide atau potassium cyanide). Selain itu, terdapat juga senyawa yang mengandung sianida, yang disebut cyanogens, yang dapat melepaskan sianida selama proses metabolisme. Beberapa diantaranya adalah cyanogen chloride dan cyanogen bromide (sediaan gas yang dapat menyebabkan iritasi pada pernapasan), nitriles, dan vasodilator sodium nitroprusside (memiliki efek toksik pada pemakaian intravena dosis tinggi atau jangka panjang (>10 mcg/kg/min).[1]
Sianida masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, ingesti, intravena, atau kutaneus. Paparan terhadap sianida bisa terjadi pada kebakaran, melalui makanan, bahan industri, atau bahan rumah tangga. Ketika masuk ke dalam tubuh, sianida bekerja secara cepat menghambat fosforilasi oksidatif, dan mengganggu transpor elektron. Kemudian, terjadi hipoksia sel yang progresif dan menyebabkan asidosis metabolik.[1]
Diagnosis dari keracunan sianida dikonfirmasi melalui penemuan sianida dalam darah. Namun, hasilnya tidak dapat diperoleh secara cepat dalam kondisi kegawatdaruratan yang terjadi. Sehingga, diagnosis dibantu juga dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang lain seperti analisa gas darah dan kadar laktat dilakukan untuk menilai keparahan asidosis metabolik.[1]