Bahaya Paparan Asap Bedah

Oleh :
dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS

Paparan asap bedah dapat mengakibatkan efek buruk bagi kesehatan karena partikel–partikel yang terkandung di dalamnya. Saat operasi, sering digunakan instrumen diatermi, seperti elektrokauter, laser, dan scalpel ultrasonik.

Asap bedah dilepaskan ke lingkungan sekitar ketika instrumen–instrumen tersebut digunakan. Proses pelepasan asap ini terjadi pada operasi terbuka maupun operasi laparoskopi.[1]

shutterstock_340009988

Meskipun telah ada alat untuk mengevakuasi asap bedah, dalam praktiknya alat tersebut sering tidak digunakan karena tidak nyaman dan kurangnya kesadaran. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Steege et al melaporkan bahwa hanya 14% dari responden personel ruang operasi yang mengaku menggunakan ventilasi pembuangan lokal selama operasi yang menghasilkan asap bedah.[2]

Bahaya Asap Bedah dan Risiko Paparan pada Tenaga Medis

Asap bedah terdiri dari sekitar 95% air atau uap, dan 5% bahan partikel (particulate matter) dari debris seluler. Selain itu, asap bedah juga mengandung senyawa kimia dalam fase gas bersama dengan partikel sel, bakteri, dan virus.[3–5]

Menghirup bahan partikel dapat menyebabkan konsekuensi buruk pada sistem respirasi, sirkulasi, dan saraf. Paru–paru bisa teriritasi, dan partikel yang lebih kecil dapat diserap ke dalam sirkulasi.

United States Environmental Protection Agency menyatakan bahwa bahan partikel berukuran ≤10 μm dapat dihirup dan menyebabkan iritasi dan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, asthma, dan penyakit paru obstruktif kronis.[3–5]

Studi menunjukkan bahwa sebagian besar bahan partikel dari elektrokauter dan laser berukuran antara 100 nm dan 1 μm, dan bisa berukuran hingga sekecil 10 nm. Ukuran partikel yang sangat kecil ini menimbulkan masalah, karena dapat menembus filter dan masker.

Sebagai contoh, masker yang paling umum digunakan dalam perawatan kesehatan, yaitu respirator N95, hanya dapat  menyaring partikel dengan ukuran yang lebih besar dari 0,3 μm.[6]

Bahan partikel yang terkandung dalam asap bedah tergantung dari jenis operasi, instrumen operasi yang digunakan, dan jaringan yang dikauterisasi. Asap bedah yang dihasilkan dari kauterisasi jaringan epidermis ditemukan mengandung kadar toluena, etilbenzena, dan xylene yang tinggi.

Sedangkan asap bedah yang dihasilkan dari kauterisasi jaringan adiposa mengandung kadar toluena yang lebih rendah dan aldehida dalam kadar yang lebih tinggi. Sebuah penelitian oleh Ott et al melaporkan bahwa kauterisasi jaringan lemak menghasilkan 11 hingga 23 kali lebih banyak bahan partikel daripada jaringan tanpa lemak.[7,8]

Kandungan Bahan Partikel Berbahaya pada Asap Bedah

Berbagai macam bahan partikel berbahaya yang dapat terkandung dalam asap bedah dan efeknya pada kesehatan, antara lain toulena, etilbenzena, xylene, benzena, karbon monoksida, dan formaldehida.[1]

Toulena:

Toluena dapat mempengaruhi sistem saraf dan kardiovaskular. Paparan toluena jangka panjang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan, pendengaran, dan kontrol otot, serta kerusakan otak dan kematian.[1]

Etilbenzena:

Etilbenzena dapat menyebabkan gangguan respirasi seperti iritasi tenggorokan, serta gangguan neurologis seperti pusing hingga koma.[1]

Xylene:

Xylene dapat mengiritasi saluran pernapasan. Paparan kronis xylene dikaitkan dengan perubahan jumlah eritrosit dan leukosit yang reversibel, dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan sakit kepala, iritabilitas, depresi, insomnia, tremor, gangguan konsentrasi dan memori jangka pendek, dan berkurangnya kontrol otot.[1]

Benzena:

Benzena merupakan bahan karsinogenik dan mutagenik, dapat meningkatkan risiko kegagalan sumsum tulang dan depresi, mencetuskan leukemia, toksik pada sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan kejang, juga dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga kematian.[1]

Karbon Monoksida:

Karbon monoksida dapat menyebabkan sakit kepala, muntah, kelelahan, dan mual. Paparan kronis dapat menyebabkan gangguan jantung seperti disritmia jantung, iskemia miokard, dan peningkatan risiko penyakit jantung. Kadar karbon monoksida yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan kematian.[1]

Formaldehida:

Formaldehida dapat mengiritasi mata, hidung, dan sistem pernapasan, dapat menyebabkan batuk dan bronkospasme, dapat sebagai karsinogen dan telah terbukti menyebabkan tumor hidung pada tikus.[1]

Instrumen Bedah yang Menghasilkan Asap Bedah

Instrumen bedah yang dapat menghasilkan asap bedah antara lain:

  • Diatermi elektrokauter menghasilkan ukuran partikel 0,007–0,42 μm, mengandung bahan partikel berbahaya dan virion infeksius
  • Laser menghasilkan ukuran partikel 0,1–0,85 μm, mengandung bahan partikel berbahaya, sel viabel, bakteriofag, dan virus
  • Scalpel ultrasonik menghasilkan ukuran partikel 0,35–6,5 μm, mengandung bahan partikel berbahaya, partikel darah, dan jaringan[9]

Asap yang dihasilkan oleh iradiasi laser atau scalpel harmonik relatif dingin dibandingkan dengan asap elektrokauter. Hal ini menimbulkan bahaya biologis, karena gumpalan asap dengan suhu rendah diperkirakan mengandung lebih banyak komponen infeksius dibanding gumpalan asap suhu tinggi.

Asap laser mengandung beberapa komponen yang berpotensi menular, seperti bakteriofag yang aktif, sel yang hidup, dan partikel virus, serta diyakini memiliki potensi infeksi yang lebih tinggi daripada elektrokauter.[10,11]

Asap elektrokauter diyakini memiliki potensi lebih kecil untuk penularan penyakit daripada alat diatermi yang lain. Namun demikian, asap yang dihasilkan oleh elektrokauter mengandung lebih banyak partikel daripada asap dari iradiasi laser.

Asap elektrokauter mengandung sekitar 4 kali jumlah partikel asap scalpel ultrasonik. Meskipun potensi untuk menyebarkan penyakit melalui asap bedah ada secara teoritis, tetapi hanya penularan human papillomavirus yang telah terbukti.[10,11]

Bukti Ilmiah Risiko Menghirup Asap Bedah bagi Petugas Medis

Tenaga medis di kamar operasi yang dapat menghirup asap bedah antara lain dokter operator bedah, dokter anestesi, perawat asisten bedah, penata anestesi, hingga perawat sirkulasi.

Meskipun asap bedah mungkin tidak menimbulkan bahaya kesehatan secara langsung, tetapi efek jangka panjang dari paparan asap bedah pada tim medis di kamar operasi masih belum diteliti secara luas.[12,13]

Sebuah studi oleh Tseng et al menyatakan bahwa rerata risiko kanker pada usia harapan hidup 70 tahun dari paparan senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik di asap bedah untuk dokter bedah adalah 117 kali lebih besar dan pada penata anestesi adalah 270 kali lebih besar daripada seseorang yang terpapar dalam kadar yang aman. Salah satu bahan partikel yang dianggap karsinogenik adalah benzena.

Sebuah studi lain, yaitu studi kohort oleh Gates et al menggunakan kuesioner pada 86.747 perawat kamar bedah yang dikumpulkan sejak tahun 1984 untuk menyelidiki risiko kanker paru pada perawat. Hasil studi menunjukkan bahwa perawat yang lebih banyak terpapar asap bedah tidak memiliki peningkatan risiko kanker paru.[12,13]

Upaya Reduksi Asap Bedah

Berbagai upaya untuk mengurangi paparan asap bedah bagi tim medis kamar operasi telah dilakukan. Prosedur yang digunakan untuk menghilangkan asap bedah sangat bervariasi. National Accreditation Board for Hospitals and Healthcare Providers (NABH) merekomendasikan agar kamar operasi harus disertai ventilasi dan filter yang terintegrasi dengan high-efficiency particulate air (HEPA).[14]

Salah satu teknik yang digunakan oleh sebagian besar dokter bedah adalah menggunakan alat hisap (suction) berdekatan dengan asap yang dihasilkan dan asap kemudian disedot ke dalam tabung besar di luar kamar operasi.

Alat hisap dianjurkan berada di dalam area 5 cm dari lokasi bedah dan memiliki kecepatan hisap antara 31–46 m per menit. Hal ini direkomendasikan agar bahan partikel akan hilang secara efisien.[14]

Upaya lain yang cukup sering digunakan untuk mereduksi asap bedah adalah evakuator asap dengan filter. Filter bisa ditambahkan ke alat hisap konvensional untuk menghilangkan senyawa sebelum mereka dapat terdispersi kembali ke lingkungan.[15,16]

Filter yang umum digunakan adalah high-efficiency particulate air (HEPA) filter, yang menyaring  99,97% partikel dengan diameter 0,3 μm atau lebih besar dan ultra-low particulate air (ULPA) filter, yang menyaring 99,999% partikel dengan diameter 0,12 μm atau lebih besar.

Akan tetapi, filter ini harus diganti secara teratur untuk menjaga efisiensi karena partikel dapat menggumpal dan kemudian dipecah dan dilepaskan ke lingkungan. Selain itu, mikroorganisme berpotensi tumbuh dari endapan senyawa organik, terutama oleh pengaruh kelembaban.[15,16]

Meskipun suction dan filter telah menjadi upaya dasar untuk mereduksi asap bedah, saat ini telah dikembangkan teknik yang lebih mutakhir, yaitu filter elektrik. Filter elektrik ini disebut sebagai electrostatic precipitators (ESPs).[17–19]

Karena kekuatan listrik dapat bekerja pada jarak yang lebih jauh daripada filter mekanik, filter ESP secara signifikan lebih tidak padat daripada filter mekanis dan karenanya tidak ada resistensi yang berbahaya. Resistensi yang lebih rendah ini membuat ESPs lebih cocok untuk laju aliran gas yang lebih besar daripada filter mekanik.

Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan ESPs adalah produksi ozon selama pelepasan listrik, yang jumlahnya tergantung pada bahan elektroda, suhu, dan penurunan tegangan. Ozon dapat menyebabkan sesak napas, nyeri dada, dan penurunan fungsi paru. Akan tetapi, dapat diatasi dengan penambahan filter karbon aktif untuk menghilangkan ozon.[17–19]

Kesimpulan

Asap bedah mengandung banyak bahan partikel yang merupakan senyawa toksik, mutagenik, dan karsinogenik. Selain itu, mikroorganisme infeksius juga dapat menyebar melalui asap bedah.

Bahan berbahaya yang dihasilkan dalam asap bedah tergantung dari jenis operasi, instrumen operasi yang digunakan, jaringan yang di kauterisasi, dan teknik operasi yang menyebabkan timbulnya asap, misalnya diatermi elektrokauter, skalpel laser, dan skalpel ultrasonik..

Tenaga medis kamar operasi memiliki risiko terpapar bahan partikel berbahaya yang ada pada asap bedah. Walaupun, asap bedah mungkin tidak menimbulkan bahaya kesehatan secara langsung, efek jangka panjang dari paparan asap bedah pada tim medis di kamar operasi masih belum diteliti secara luas.

Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan untuk mereduksi paparan asap bedah, antara lain menggunakan alat penghisap (suction),  filter mekanik seperti high-efficiency particulate air (HEPA) filter dan ultra-low particulate air (ULPA) filter, hingga electrostatic precipitators (ESPs) yang merupakan aplikasi dari teknologi terkini.

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi