Etiologi Leukemia
Etiologi leukemia akut berhubungan dengan obesitas dan merokok. Kelainan genetik seperti Down Syndrome dan Li Fraumeni Syndrome juga berperan meningkatkan risiko leukemia akut.
Pasien yang mendapat terapi imunosupresan dan/atau kemoterapi meningkatkan risiko terjadinya acute myeloid leukemia (AML). Acute lymphocytic leukemia pada pasien dewasa berhubungan dengan infeksi virus T-lymphotropic tipe 1, Epstein Barr, dan keadaan imunodefisiensi, misalnya yang diakibatkan oleh HIV.
Etiologi chronic lymphocytic leukemia masih belum diketahui sementara chronic myeloid leukemia diketahui berhubungan dengan paparan benzena dan radiasi. Radiasi dapat menyebabkan mutasi, delesi, atau translokasi DNA. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya insiden leukemia akut pada kelompok yang berhasil selamat dari bom atom dan radiografer yang terpapar radiasi tinggi.[5]
Faktor Risiko
Faktor risiko leukemia di antaranya adalah:
- Lingkungan: faktor lingkungan yang berhubungan dengan peningkatan risiko leukemia adalah paparan radiasi, konsumsi rokok, alkohol, narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta paparan zat kimia seperti hidrokarbon dan pestisida
-
Genetik: anak kembar berisiko 2 kali lebih besar terkena leukemia jika kembarannya terkena leukemia sebelum usia 7 tahun; memiliki saudara kandung dengan leukemia berisiko terkena leukemia lebih besar; memiliki relatif yang menderita kanker darah berisiko terkena acute lymphocytic leukemia (ALL) pada usia kanak-kanak.
-
Penyakit kelainan genetik: Fanconi anemia, Bloom syndrome, ataxia telangiectasia, Down syndrome, Shwachman syndrome, dan neurofibromatosis meningkatkan insidensi terkena AML
- Agen infeksius yang masih belum diketahui: virus memiliki kemampuan leukemogenisitas untuk menginfeksi dan merubah sel prekursor B
-
Usia maternal dan paternal ≥ 40 tahun saat anak lahir meningkatkan risiko ALL
- BMI obesitas[11,12]