Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi general_alomedika 2022-11-21T17:07:23+07:00 2022-11-21T17:07:23+07:00
Anemia Defisiensi Besi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan anemia defisiensi besi (ADB) dilakukan berdasarkan derajat keparahan dan gejala penyerta, meliputi:

  • Modifikasi Diet
  • Penanganan kondisi penyerta
  • Terapi besi oral
  • Terapi besi parenteral
  • Transfusi darah

Keberhasilan terapi ADB ditandai dengan peningkatan hemoglobin sebanyak 2 g/dL dalam 3 minggu. Pengobatan harus dilanjutkan selama paling tidak 6 bulan untuk memastikan persediaan besi dalam darah sudah kembali normal dan menghindari rekurensi.  [4,5,7]

Modifikasi Diet

Defisiensi besi sering kali terjadi karena kurangnya asupan besi. Modifikasi diet dapat membantu untuk mencegah rekurensi ADB dan dapat diterapkan bersamaan dengan terapi besi. Makanan seperti roti, teh, atau susu sering kali menghambat penyerapan besi. Pasien dengan pica juga harus dilakukan edukasi dan konseling untuk modifikasi diet.[4]

Terapi Kondisi Penyerta

Terapi anemia harus meliputi penanganan kondisi yang menyebabkan. Penyakit yang sering kali menyertai ADB adalah:

  • Gangguan haid
  • Perdarahan gastrointestinal
  • Perdarahan saluran kemih
  • Infeksi cacing
  • Gangguan ginjal

Pengobatan dilakukan sesuai dengan masing-masing kondisi tersebut. Bila kondisi penyerta tidak dapat ditangani, pikirkan untuk merujuk pasien. [4,6,13]

Terapi Besi Oral

Terapi oral zat besi merupakan terapi yang efektif dan paling terjangkau untuk ADB. Dosis rekomendasi asupan besi untuk ADB adalah besi elemental 150 – 200 mg per hari. Sediaan yang ada antara lain:

  • Besi elemental (garam besi) : Dapat diberikan dengan dosis 50-65 mg sebanyak 3-4 kali sehari pada dewasa. Pada anak dapat diberikan 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan. Tablet besi harus disimpan dengan baik agar jauh dari jangkauan anak-anak, karena satu tablet dewasa dapat mengakibatkan kematian pada anak.

  • Sulfas ferrosus : Sulfas ferrosus merupakan terapi pilihan pada ADB. Diberikan 3x sehari dengan tablet 325 mg yang mengandung 65 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferrosus harus dilanjutkan sampai 2 bulan setelah koreksi Hb untuk membuat persediaan besi normal kembali.

  • Ferrous fumarat : Dapat diberikan 2–3 kali sehari. Setiap tablet ferrous fumarat mengandung 106 mg besi elemental.

  • Ferrous glukonat : Dapat diberikan 3 kali sehari. Setiap tablet ferrous glukonat mengandung 28–36 mg besi elemental.

Konsumsi zat besi oral sebaiknya dilakukan sebelum makan untuk penyerapan yang lebih baik dan diminum dengan jus jeruk. Penambahan vitamin C 500 Unit atau 100 gram sekali sehari dapat membantu penyerapan besi.

Terapi zat besi sering kali menimbulkan efek samping, sehingga perlu edukasi pasien tentang tata cara konsumsi besi oral yang baik. Efek samping yang sering timbul antara lain:

  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Konstipasi
  • Nyeri epigastrik
  • Heartburn

  • Buang air besar kehitaman
  • Alergi

Terapi zat besi oral sering kali mengalami kegagalan. Kegagalan terapi besi oral dapat terjadi pada:

  • Diagnosis ADB tidak tepat, misalnya terdapat talasemia, sindrom myelodisplasia, dll
  • Kepatuhan minum obat pasien rendah
  • Terdapat penyakit lain yang menyertai atau terapi lain yang mengganggu terapi besi, seperti gagal ginjal, kemoterapi, dll
  • Gangguan penyerapan obat, misalnya penggunaan antasida, konsumsi susu, dll
  • Terdapat perdarahan melebihi asupan besi, misalnya perdarahan gastrointestinal, pasien dialisis, dll
  • Penyakit kelainan darah bawaan atau herediter
  • Anemia defisiensi besi refrakter besi/iron-refractory iron deficiency anemia (IRIDA) [4,7,13]

Berbagai studi juga telah mempelajari bagaimana cara pemberian suplementasi zat besi pada ibu hamil yang tepat.

Terapi Besi Parenteral

Besi parenteral dapat diberikan apabila pasien mengalami kegagalan terapi oral atau memiliki kondisi berikut: (1) Perdarahan berlebih, (2) Gangguan ginjal kronis, (3) Penyakit radang usus/inflammatory bowel disease, dan (4) Pasien kanker.

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah:

  • Besi dekstran : Dapat diberikan intramuskuler ataupun intravena dengan dosisi 1000 mg dalam 1 jam.

  • Besi sukrosa : Dapat diberikan injeksi intravena dengan bolus lambat (dosis <300 mg) atau infus (500 mg dalam beberapa jam)

  • Kompleks ferik-glukonat (tidak tersedia di Indonesia)
  • Besi karboksilmatosa (tidak tersedia di Indonesia)

Pemberian besi parenteral harus dibawah pengawasan dokter spesialis. Penggunaan besi parenteral ini terkadang kurang dilakukan karena resiko efek samping alergi yang cukup tinggi, seperti anafilaksis, syok, hingga kematian. [4,7]

Transfusi Darah

Transfusi darah diindikasikan pada pasien dengan Hb < 6-8 g/dL, terutama pada pada ibu hamil dengan gawat janin atau gawat ibu, hemodinamik tidak stabil, perdarahan aktif, iskemia organ karena ADB berat. Transfusi dilakukan dengan packed red cell 300 ml 2 unit. Pasien yang memerlukan transfusi harus dirujuk. [5,7,13]

Kriteria Rujukan

Tidak semua pasien ADB dapat ditangani di fasilitas layanan kesehatan (faskes) primer. Pasien perlu dirujuk apabila mengalami:

  • Anemia gravis
  • Gagal terapi besi oral
  • Memerlukan terapi besi parenteral
  • Indikasi transfusi darah
  • Memerlukan modalitas diagnostik tambahan
  • Komplikasi anemia
  • Penyakit penyerta yang bukan kompetensi dokter umum atau faskes primer
  • Tipe anemia yang bukan kompetensi dokter umum atau faskes primer [4,5,7,13]

Follow-Up

Pasien-pasien ADB disarankan untuk melakukan pengecekan darah kembali setiap 3 bulan selama 1 tahun setelah diagnosis, apabila hasil didapatkan normal tes darah diulang 1 kali setelah 12 bulan.[14]

Referensi

4. Harper JL. Iron deficiency anemia. Medscape. 2016. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview. Diakses tanggal 13 oktober 2017

5. Short M, Domagalski J. Iron deficiency anemia: evaluation and management. Am Fam Physician. 2013;87:98–104

6. Schrier SL. Causes and diagnosis of iron deficiency and iron deficiency anemia in adults. UpToDate. 2016. Diunduh dari: https://www.uptodate.com/contents/causes-and-diagnosis-of-iron-deficiency-and-iron-deficiency-anemia-in-adults. Diakses tanggal 13 oktober 2017

7. Schier S, Auerbach M. Treatment of iron deficiency anemia in adults. Diunduh dari: http://www.uptodate.com/contents/treatment-of-iron-deficiency-anemia-in-adults. Diakses tanggal 13 oktober 2017

13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia. Buku panduan praktik klinis bagi dokter pelayanan primer: standar pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Edisi ke-1. Indonesia: Kemenkes RI; 2013

Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Prognosis Anemia Defisiensi Besi

Artikel Terkait

  • Pemberian Suplementasi Zat Besi untuk Anak Usia 6–24 Bulan
    Pemberian Suplementasi Zat Besi untuk Anak Usia 6–24 Bulan
  • Dampak Penjepitan Tali Pusat Tertunda terhadap Neurokognitif Anak-Telaah Jurnal
    Dampak Penjepitan Tali Pusat Tertunda terhadap Neurokognitif Anak-Telaah Jurnal
  • Efikasi Suplementasi Zat Besi pada Anemia Preoperatif
    Efikasi Suplementasi Zat Besi pada Anemia Preoperatif
  • Perlukah Suplementasi Zat Besi pada Ibu Hamil Terlepas Status Kecukupan Besinya?
    Perlukah Suplementasi Zat Besi pada Ibu Hamil Terlepas Status Kecukupan Besinya?
  • Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat untuk Tumbuh Kembang Anak
    Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat untuk Tumbuh Kembang Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
7 hari yang lalu
Apakah anemia dapat menyebabkan claw hand?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo doktef. Saya mendapatkan seorang pasien wanita, usia 20 tahun dengan keluhan lemas. BB 34 dengan TB 150. Pasien tampak anemis. Dari anamnesis tidak ada...
Anonymous
27 Juli 2022
Pasien usia > 70 tahun dengan anemia apakah boleh mengonsumsi supplement penambah darah
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanyaAnemia pada lansia bolehkah diberikan vitamin penambah darah seperti sangobion sebanyak 2x sehari? Atau cukup 1x sehari saja?Hb:...
Anonymous
06 Juli 2022
Anemia pada pasien inpartu di faskes primer
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Selamat pagi dok, izin bertanya. Pasien datang dengan keluhan tanda inpartu yaitu keluarnya darah lendir dan dengan membawa hasil lab sehari sebelumnya yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.