Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur oleh absropsi besi yang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron intake, penurunan absropsi, dan peningkatan hilangnya zat besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi besi.[4,6]
Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam absropsi besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan dalam proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan bersama sel darah. [4,6]
Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-operasi gastrointestinal yang mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu. [4,6]
Tahapan Kekurangan Zat Besi
Kekurangan zat besi ini berlangsung dalam 4 tahap, yaitu:
Kadar Besi Normal
Pada stadium awal kehilangan besi, masih dapat dikompensasi dengan cadangan ferritin dalam tubuh, sehingga kadar Hb masih terdeteksi normal.
Penurunan Besi Progresif
Bila kehilangan besi terus berlanjut, akan terjadi balans negatif dari homeostasis zat besi. Cadangan zat besi akan semakin menurun tanpa menyebabkan anemia. Ketika cadangan ini terus dipakai dan semakin berkurang, masih terdapat zat besi di dalam tubuh dalam bentuk besi tidak stabil yang didapat dari sisa-sisa metabolisme dan penyerapan besi. Bila defisiensi besi terus progresif, besi tidak stabil ini pun akan terpakai dan tubuh akan mengalami gejala-gejala anemia yang awalnya masih berbentuk normositik dan jumlah retikulosit masih normal.
Respon sumsum tulang dan eritropoietin (EPO)
Defisiensi yang lebih parah dan terus berlanjut akan menimbulkan respon sumsum tulang dan EPO. Sumsum tulang dan eritropoietin memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan sel darah. Sintesis heme dan globin juga diatur oleh protein kinase yang disebut dengan penghambat translasi diatur heme/heme-regulated translational inhibitor (HRI). Pada keadaan defisiensi besi yang terus berlanjut akan terjadi defisiensi heme, sehingga merangsang HRI akan memfosforilasi subunit alfa dari faktor translasi eIF2. Faktor eIF2 berfungsi untuk memproduksi globin, pada saat terfosforilasi fungsi sistensi globin akan terganggu sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menurun (hipokromik). Eritropoietin akan berusaha untuk meningkatkan produksi sel darah, tetapi karena adanya defisiensi zat besi, respon ini tidak sempurna. Konsentrasi EPO akan meningkat tanpa adanya peningkatan retikulosit, sehingga membatasi proses eritopoiesis yang menyebabkan sel darah merah yang terbentuk berukuran kecil (mikrositik).
Perubahan Metabolisme
Defisiensi besi yang berlangsung kronis kemudian menyebabkan cadangan besi sama sekali tidak ada, sehingga produksi hepsidin terhenti. Hepsidin adalah protein dalam liver yang mengatur keseimbangan zat besi. Tidak adanya hepsidin akan membuat absorpsi besi gastroinsteinal meningkat sehingga semakin mengganggu homeostasis zat besi dan pembentukan sel darah. [4,6]

Gambar: Gambaran mikroskopis sumsum tulang dengan kandungan zat besi normal. Zat besi terlihat berwarna biru gelap menggunakan pewarnaan Prussian blue. Defisiensi zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.