Penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease
Tujuan penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease (IBD), yakni tatalaksana inflamasi hingga remisi, mencegah inflamasi berulang dan komplikasi, baik melalui pemberian medikamentosa, pembedahan ataupun terapi suportif lainnya.[1,2]
Medikamentosa
Perkembangan terapi medikamentosa untuk Inflammatory Bowel Disease (IBD) berkembang pesat. Beberapa pilihan terapi medikamentosa pada IBD, antara lain:
Aminosalicylates
5-Aminosalicylic acid (5-ASA) atau mesalazine bermanfaat untuk penatalaksanaan inflamasi dan mempertahankan remisi. Aminosalicylates lebih efektif pada kolitis ulseratif dibandingkan Crohn's disease dengan dosis yang direkomendasikan untuk mencapai perbaikan klinis >3 gram/ hari.[1,17]
Antibiotik
Antibiotik berperan dalam penatalaksanaan komplikasi sekunder dari IBD, yakni abses dan pertumbuhan bakteri berlebihan. Metronidazole dan ciprofloxacin merupakan antibiotik yang digunakan pada IBD, khususnya Crohn's disease. Beberapa indikasi penggunaan antibiotik pada Crohn's disease, meliputi penyakit perianal, fistula dan intra-abdominal inflammatory masses.[1,17]
Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan dalam penatalaksanaan kekambuhan derajat sedang sampai berat pada IBD. Rute pemberian kortikosteroid berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan IBD. Dapat diberikan secara intravena (methylprednisolone 20 mg setiap 6 jam atau hydrocortisone 100 mg setiap 8 jam), oral (prednison 10-40 mg/hari untuk kekambuhan derajat sedang dan sampai 60 mg/hari untuk kekambuhan derajat berat, prednisolone, budesonide, dexamethasone) dan topikal (enema, suppository, foam) untuk penatalaksanaan proktitis dan proktosigmoiditis.[1,17]
Thiopurines
Azathioprine (AZA) atau mercaptopurine (MP) sebagai terapi tambahan serta pada individu yang sulit mempertahankan remisi dengan terapi kortikosteroid saja. Rekomendasi dosis AZA 2-2.5 mg/kgBB/hari dan MP 1-1,5 mg/kgBB/hari.[1,17]
Methotrexate
Methotrexate merupakan lini kedua pada pasien IBD yang resisten atau tidak toleran terhadap AZA atau MP.[1,17]
Calcineurin Inhibitors
Ciclosporin (CsA) memiliki onset kerja cepat dan efektif dalam penatalaksanaan kolitis ulseratif derajat berat dan refrakter. Sebelum memulai terapi, direkomendasikan pengecekan kadar kolesterol dan magnesium dalam darah. Monitor tekanan darah, darah lengkap, fungsi ginjal dan konsentrasi CsA direkomendasikan pada minggu ke 0,1,2 dan dilanjutkan setiap sebulan sekali.[1,17]
Anti-TNF Therapies
Infliximab (IFX) dan Adalimumab (ADA) merupakan terapi dalam penatalaksanaan Crohn's disease yang gagal terhadap terapi kortikosteroid, thiopurine atau methotrexate. Infliximab umumnya diberikan secara infus intravena 5 mg/ kgBB untuk induksi remisi IBD derajat sedang sampai berat pada minggu ke 0, 2 dan 6, diikuti oleh infus setiap 8 minggu untuk pemeliharaan remisi. Sedangkan, Adalimumab diberikan secara subkutan setiap 2 minggu setelah loading dose dengan 6 injeksi selama 4 minggu.[1,17]
Pembedahan
Secara umum, indikasi pembedahan adalah gagalnya terapi medikamentosa. Beberapa indikasi pembedahan segera, meliputi tanda dan gejala kolitis memburuk, megakolon toksik refrakter, perforasi, peritonitis, obstruksi akut dan perdarahan yang tidak terkontrol.[18-21]
Terapi Suportif
Belum diketahui bahwa perubahan pola makan dan gaya hidup dapat mencegah Inflammatory Bowel Disease (IBD). Namun, merokok dikaitkan meningkatkan keparahan Crohn's disease.[1]
Nutrisi
Malnutrisi pada pasien IBD sering terjadi dengan defisit beberapa mikronutrien seperti kalsium, vitamin D, vitamin larut lemak lainnya, seng, zat besi dan vitamin B12 dan makronutrien seperti protein dan kalori.[1,17]
Terapi nutrisi enteral dapat mengubah respon inflamasi pada Crohn's disease dengan pemberian secara eksklusif 3-6 minggu sebagai alternatif dari terapi kortikosteroid, terutama pemberian pada anak-anak efektif dalam mencapai remisi sebesar 60-80%.[1,17,22]
Berhenti Merokok
Perokok memiliki prognosis lebih buruk dengan risiko tinggi dilakukan tindakan pembedahan. Berhenti merokok dikaitkan dengan berkurangnya risiko kekambuhan sebesar 65%.[1,17,22]
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik selama 12 minggu terbukti memperbaiki gejala dan kualitas hidup. Tingkat aktivitas fisik didefinisikan dengan melakukan latihan intens 20-60 menit 3-5 hari per minggu.[1,17,22]