Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease

Oleh :
dr. Hendra Gunawan SpPD

Selama ini non-steroidal anti-inflammatory drug atau NSAID sering dikhawatirkan akan menyebabkan eksaserbasi inflammatory bowel disease, baik kolitis ulseratif maupun Crohn’s disease. Kekhawatiran ini berawal dari temuan bahwa NSAID berhubungan dengan ulserasi mukosa di saluran cerna.

Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit kronis yang dimediasi oleh proses imun, dengan gejala predominan di saluran cerna. Penyakit ini memiliki dua manifestasi klinis yang dominan, yaitu kolitis ulseratif dan Crohn’s disease. Pasien IBD juga umumnya mengalami arthritis di sendi aksial maupun perifer, sehingga sering mengonsumsi NSAID. Berbagai studi akhirnya dilakukan untuk mempelajari dampak NSAID terhadap IBD.[1-4]

Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease-min

Mekanisme Eksaserbasi Inflammatory Bowel Disease akibat NSAID

Mekanisme eksaserbasi IBD akibat penggunaan NSAID sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti. Teori memperkirakan bahwa eksaserbasi IBD terjadi akibat hambatan sintesis prostaglandin melalui inhibisi enzim siklooksigenase (COX) oleh obat-obatan NSAID.

Prostaglandin berperan melindungi sawar mukosa, mempertahankan mikrosirkulasi, dan mendukung imunitas di kolon. Studi eksperimental pada hewan coba melaporkan bahwa hambatan pada kedua subtipe enzim COX-1 dan COX-2 akan menurunkan prostaglandin E2 (PGE2), yang kemudian meningkatkan eksaserbasi kolitis.[3,5]

Studi lain pada hewan coba juga menduga bahwa enzim COX-2 di usus halus dan usus besar dapat mempercepat penyembuhan kolitis. NSAID yang menghambat COX-2 diduga bisa memperlama penyembuhan luka dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Namun, dugaan ini juga belum dapat dipastikan, terutama pada manusia.[3]

Studi tentang Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease pada Manusia

Saat ini belum banyak penelitian dipublikasikan tentang pengaruh NSAID pada pasien IBD. Selain itu, studi yang ada juga sebenarnya masih menunjukkan hasil yang kurang konsisten.

Studi Takeuchi et al

Takeuchi et al. pernah melakukan uji klinis pada 209 pasien dengan IBD fase remisi. Pasien diberikan obat antinyeri non-NSAID (paracetamol), NSAID yang konvensional (naproxen, nabumetone), NSAID yang selektif menginhibisi COX-2 (nimesulide), dan NSAID yang selektif menginhibisi COX-1 (aspirin dosis rendah).

Hasil menunjukkan bahwa NSAID konvensional (nonselektif) berkaitan dengan angka kekambuhan IBD 17–28% dalam 9 hari setelah konsumsi. Sementara itu, obat antinyeri non-NSAID, NSAID selektif inhibisi COX-2, dan NSAID selektif inhibisi COX-1 tidak menunjukkan hubungan dengan kekambuhan dalam jangka waktu singkat tersebut.[6]

Studi Long et al

Studi kohort yang dilakukan oleh Long et al. pernah mempelajari 791 pasien dengan IBD. Dari 791 pasien, ada 247 pasien Crohn’s disease dan 89 pasien kolitis ulseratif yang melaporkan penggunaan NSAID.

Data menunjukkan bahwa penggunaan NSAID sebanyak ≥5 kali/bulan memiliki risiko eksaserbasi Crohn’s disease lebih tinggi (23% vs. 15%, p=0,04). Namun, penggunaan NSAID <5 kali/bulan tidak meningkatkan risiko ini. Penggunaan NSAID pada kolitis ulseratif juga tidak meningkatkan risiko eksaserbasi.[4]

Studi Moninuola et al

Untuk mencoba menjawab pengaruh NSAID terhadap IBD, Moninuola et al., melakukan tinjauan sistematik dan meta analisis terhadap 18 studi. NSAID yang dipelajari meliputi NSAID konvensional maupun NSAID selektif inhibisi COX-2.

Hasil yang didapatkan ternyata tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya. Pada meta analisis ini, NSAID dilaporkan tidak berhubungan dengan eksaserbasi Crohn’s disease (RR 1,42; 95%IC 0,65–3,09; I2=60,3%) maupun eksaserbasi kolitis ulseratif (RR 1,52; 95%IC 0,87–2,63; I2=56,1).

Untuk mempertajam analisis, analisis sensitivitas kemudian dilakukan pada studi yang memiliki risiko bias rendah. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan NSAID memiliki asosiasi dengan eksaserbasi Crohn’s disease tetapi tidak memiliki asosiasi dengan kolitis ulseratif.[7]

Tinjauan sistematik dan meta analisis ini menyimpulkan bahwa studi lebih lanjut untuk memastikan asosiasi NSAID dengan IBD masih diperlukan. Studi yang ada saat ini masih sangat heterogen dalam hal metode penelitian, indikasi pemakaian NSAID, dan luaran primer penelitian. Selain itu, jumlah penelitian juga masih terbatas.[7]

Kesimpulan

Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) sering dikhawatirkan dapat menyebabkan eksaserbasi inflammatory bowel disease (IBD), baik Crohn’s disease maupun kolitis ulseratif. Kekhawatiran ini berlandaskan pada temuan bahwa NSAID berkaitan dengan ulserasi mukosa saluran cerna.

Namun, studi pada pasien IBD ternyata masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Ada studi yang menunjukkan bahwa penggunaan NSAID tidak berhubungan dengan peningkatan risiko eksaserbasi IBD, sedangkan ada studi lain yang menunjukkan hasil berlawanan.

Penggunaan NSAID konvensional yang nonselektif diperkirakan memiliki risiko lebih tinggi daripada NSAID selektif. Namun, hasil ini juga masih membutuhkan konfirmasi lebih lanjut dengan studi di masa depan. Untuk saat ini, penggunaan NSAID sebaiknya dilakukan dengan hati-hati sesuai pertimbangan manfaat dan risiko pada tiap pasien.

Referensi