Epidemiologi GERD
Penyakit refluks gastroesofageal / gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan penyakit gastrointestinal yang paling umum terjadi walau data epidemiologi di Indonesia tidak tercatat secara jelas.
Global
Penyakit refluks gastroesofageal merupakan penyakit gastrointestinal yang paling umum. Sekitar 9 juta kunjungan poli rawat jalan/outpatient department per tahun terkait dengan GERD. Sekitar 5 dari 1000 orang per tahun di Amerika Serikat dan Inggris terkena GERD. Prevalensi GERD diperkirakan sektiar 18.1%-27.8% di Amerika Utara, 8.8%-25.9% di Eropa, 2.5%-7.8% di Asia Timur, 11.6% di Australia, dan 23% di Amerika Selatan. Prevalensi GERD di Asia jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika, akan tetapi angka ini juga terus meningkat dari tahun ke tahun sejak 1995 (p<0.0001), terutama di Asia Timur.[2,3]
Indonesia
Epidemiologi GERD di Indonesia tidak tercatat dengan jelas. Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa 30 dari 127 pasien (22.8%) yang menjalani endoskopi gastrointestinal atas dengan indikasi dispepsia mengalami esofagitis. Angka kejadian esofagitis juga meningkat dari 5.7% menjadi 25,18% dari tahun 1997-2002 dengan rata-rata kasus per tahun 13.13%.[4,11]
Mortalitas
Angka kematian akibat penyakit refluks gastroesofageal cukup rendah sekitar 0.46/100.000 jiwa pada tahun 2000. Kematian terkait GERD ini umumnya disebabkan karena komplikasi dan tindakan yang dilakukan. Sebanyak 1.9/1000 tindakan operasi GERD menyebabkan kematian, sekitar 11% kematian terjadi karena komplikasi awal operasi antirefluks dan 4% karena komplikasi lambat. Sebanyak 82.47% mortalitas tercatat karena esofagitis hemoragiik, 41.23% pneumonia aspirasi, 25.14% ulkus perforasi, 15.9% ruptur esofagitis, dan 13.7% terkait striktur.[1,12]