Epidemiologi Erisipelas
Secara epidemiologi, erisipelas merupakan infeksi kulit yang sering terjadi di dunia, terutama pada anak-anak, bayi, dan dewasa tua. Akan tetapi, jumlah yang pasti sulit diketahui karena belum ada cukup studi yang melaporkan insidensi dari erisipelas dan selulitis dengan baik. [1]
Global
Di Eropa, dilaporkan bahwa insidensi erisipelas adalah sebesar 19-24/10.000 penduduk. Penelitian di Slovenia menunjukkan terdapat 36.254 kasus erisipelas dalam kurun 17 tahun. Jumlah kasus tersebut meningkat seiring waktu, dari 71,5 per 100.000 kasus pada tahun 2000, menjadi 111,3 per 100.000 kasus di tahun 2016. [8-10]
Penelitian lainnya pada tahun 2007 di Belgia menunjukkan bahwa erisipelas terjadi pada 1,88 per 1000 orang pada tahun 1994, dan meningkat menjadi 2,49 per 1000 orang pada tahun 2004. Penelitian ini juga mengatakan bahwa erisipelas paling sering terjadi di ekstremitas bawah, dan disertai dengan faktor lokal seperti dermatofitosis, ulkus, serta varises pada tungkai. [11]
Indonesia
Dokumentasi erisipelas di Indonesia masih sangat kurang. Erisipelas, bersamaan dengan selulitis merupakan bagian dari penyakit kulit dan jaringan lunak. Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan terjadi penurunan kasus penyakit kulit dan jaringan lunak dari tahun 2005 ke 2009, yaitu dari 501.280 kasus rawat jalan menjadi 247.256 kasus. [12,13]
Studi di Surabaya pada tahun 2014-2016 menunjukkan bahwa insidensi erisipelas di Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya sebanyak 14 kasus. Predileksi yang paling sering terjadi adalah di ekstremitas bawah (92,8%). Pasien biasanya datang dengan keluhan utama bengkak dengan lesi kemerahan, dan nyeri. [14]
Suatu studi di Manado menunjukkan bahwa terdapat 1,09% (44 kasus) pioderma yang datang ke poliklinik RSUP Prof. Dr R. D. Kandou dari bulan Januari-Desember 2012. Di antara 44 kasus tersebut, 2 kasus merupakan erisipelas. [15]