Penatalaksanaan Kolesistitis
Penatalaksanaan kolesistitis meliputi penanganan infeksi, pembedahan, dan terapi suportif. Penanganan dari kolesistitis bergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Medikamentosa
Kolesistitis akut dapat diberikan terapi awal berupa antibiotik, analgesik, koreksi kelainan elektrolit, dan pasien diminta berpuasa.
Antibiotik
Antibiotik yang dapat digunakan adalah golongan penicillin seperti ampicillin-sulbactam. Untuk kasus yang lebih berat, bisa dipilih piperacillin-tazobactam.
Selain itu, bisa digunakan obat golongan sefalosporin seperti cefazolin, ceftriaxone, cefotaxime, ceftazidim, dan cefepim, ditambah dengan metronidazole.
Obat golongan carbapenem yang dapat dipakai adalah ertapenem dan meropenem untuk kasus yang lebih berat.
Penggunaan antibiotik bersama dengan antifungal direkomendasikan untuk pasien dengan kolesistitis gangren karena dapat menurunkan risiko infeksi intraoperatif dan memperbaiki prognosis. [7,23]
Analgesik
Analgesik yang dapat digunakan adalah obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS). Penggunaan OAINS injeksi seperti ketorolac dapat meredakan nyeri dalam 20-30 menit. Jika tidak membaik dengan OAINS atau terdapat kontraindikasi pemberian OAINS, maka pasien dapat diberi analgesik golongan opioid. Meperidine atau yang biasa disebut petidin, dapat menjadi opioid pilihan karna hanya memiliki sedikit efek pada motilitas dari sphincter Oddi. Pilihan lain adalah morfin. [3,24]
Pembedahan
Kolesistektomi merupakan terapi definitif dari kolesistitis. Kolesistektomi dapat dilakukan melalui 2 metode yaitu laparoskopi dan laparotomi.
Kolesistektomi Laparoskopi
Kolesistektomi laparoskopi adalah teknik pembedahan pilihan, kecuali jika tedapat kontraindikasi anestesi atau kurangnya ahli bedah laparoskopi. Kolesistektomi laparoskopi sebaiknya dilakukan dalam 72 jam dari onset gejala.
Kelebihan dari metode laparoskopi adalah prosedur minimal invasif, dapat menurunkan mortalitas, morbiditas, risiko infeksi post operasi, dan memperpendek waktu perawatan di rumah sakit jika dibandingkan dengan metode laparotomi. [23,25]
Kolesistektomi Laparotomi
Kolesistektomi laparoskopi merupakan metode yang lebih konvensional dengan insisi yang lebih besar. Metode ini sebaiknya dipilih pada pasien dengan sirosis, kelainan koagulasi, kehamilan, dan kecurigaan terdapat kanker kandung empedu. Kelainan koagulasi dan sirosis memiliki risiko perdarahan yang tinggi, sehingga akan lebih sulit untuk mengontrol perdarahan jika melalui metode laparoskopi. Jika terdapat komplikasi dari metode laparoskopi, maka kolesistektomi laparotomi akan dilakukan. Hal ini terjadi pada 10% kasus. [26]
Kolesistotomi Perkutan
Pada pasien yang memerlukan penanganan secepatnya, namun dalam keadaan sakit berat atau sangat berisiko tinggi jika dilakukan kolesistektomi, pasien harus diterapi secara konservatif dan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan kolesistotomi perkutan. Prosedur yang dilakukan adalah drainase lumen dengan memasang kateter pada kandung empedu yang di pandu dengan USG. Prosedur ini dapat meredakan inflamasi lokal dan sistemik, serta meningkatkan perbaikan klinis sebesar 80%. [27,28]