Penatalaksanaan Ileus Obstruktif
Penatalaksanaan ileus obstruktif dapat berupa tatalaksana operatif dan nonoperatif. Apabila pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan tidak stabil maka perlu dilakukan tatalaksana awal di unit gawat darurat sebelum menentukan tatalaksana selanjutnya.
Tatalaksana Gawat Darurat
Tiga hal penting yang perlu ditentukan dalam tatalaksana awal gawat darurat pada ileus obstruktif:
- Derajat dehidrasi dan perubahan metabolik yang terjadi
- Seberapa berat, penyebab, dan lokasi dari obstruksi
- Menentukan tatalaksana selanjutnya (operatif atau nonoperatif)
Tatalaksana awal di situasi gawat darurat harus selalu dimulai dari stabilisasi ABC (Airway, Breathing Circulation). Setelah airway dan breathing stabil segera lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan cairan isotonis atau pengganti elektrolit lainnya, dekompresi gastrointestinal, serta analgetik sesuai indikasi.
Pemasangan kateter Foley juga diperlukan untuk memonitor output urin. Dekompresi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara memasang nasogastric tube. NGT juga mempermudah dilakukannya suction serta mencegah terjadi aspirasi.
Konsultasi bedah di awal juga diperlukan untuk tatalaksana lebih lanjut. Observasi pasien ileus obstruktif tidak diperbolehkan melebihi 12-24 jam, apabila tidak terdapat perbaikan segera lakukan operasi untuk menghindari kemungkinan komplikasi. [1,2,9,15]
Tatalaksana Nonoperatif
Tatalaksana nonoperatif harus dilakukan secara selektif pada pasien ileus obstruktif. Efektivitas dari terapi ini sebesar 80% pada pasien dengan obstruksi parsial. Tantangan dalam tatalaksana ini adalah menentukan dengan cepat dan melakukan eksplor operatif jika terjadi strangulasi, deteksi dini pasien tanpa strangulasi yang tidak akan membaik tanpa intervensi, dan meminimalisir tindakan operatif yang tidak diperlukan. Perlu diingat bahwa penundaan intervensi pada ileus obstruktif dengan strangulasi akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas. [2]
Pada tatalaksana nonoperatif, hal-hal yang dilakukan adalah:
-
Nothing per Oral (NPO)
- Resusitasi volume cairan dan koreksi ketidak seimbangan elektrolit
- Dekompresi dengan tuba nasogastrik, tuba intestinal, atau kolonoskopi [14,15]
Menurut sebuah kajian pustaka, pemberian kontras iodinated direkomendasikan karena dapat mengurangi kebutuhan untuk dilakukan operasi serta hari rawat inap di rumah sakit. Durasi untuk terapi nonoperatif hingga saat ini masih menjadi perdebatan. [15,18]
Tanda-tanda Strangulasi
Beberapa tanda berikut mengindikasikan adanya iskemia akibat ileus obstruktif strangulasi :
- Nyeri berkelanjutan atau nyeri ≥4 hari
- Takikardi
- Hipotensi
- Demam
- Asidosis metabolik
- Leukositosis
- Hernia inkarserata
- Iritasi peritoneum
- Pneumatosis intestinal
- Gas pada vena porta
- CRP >75 mg/l [2,15,18]
Pembedahan
Ileus obstruktif yang terjadi pada usus halus umumnya dapat ditatalaksana secara konservatif, namun ileus obstruktif yang terjadi pada usus besar umumnya terjadi akibat dari sumbatan keganasan dan membutuhkan operasi segera. Tujuan dari tindakan pembedahan adalah untuk membebaskan sumbatan, mereseksi jaringan usus yang tidak viable, dan mengurangi kejadian enterotomi. [9]
Teknik pembedahan dapat dilakukan dua cara yaitu laparotomi eksploratif dan laparoskopi. Tinjauan Cochrane menyatakan bahwa tindakan laparoskopi lebih tidak invasif dan beberapa studi menyatakan efektif untuk ileus obstruksi, tetapi tingkat mortalitas dan morbiditas dibandingkan laparotomi masih memerlukan studi lebih lanjut. [19]