Prognosis Sumbing
Secara umum, kondisi sumbing atau orofacial cleft, baik pada bibir (cleft lip atau labioschisis), pada palatum (cleft palate atau palatoschisis) atau kombinasi keduanya (cleft lip and palate atau labiopalatoschisis), dapat meningkatkan risiko mortalitas atau morbiditas. Peningkatan risiko mortalitas atau morbiditas ini terutama terjadi jika sumbing merupakan bagian dari sindrom lain. Komplikasi yang muncul juga dapat meningkatkan morbiditas. [38]
Komplikasi
Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat muncul dari kondisi sumbing.
Kesulitan Makan
Bayi dengan cleft palate/palatoschisis mengalami kesulitan untuk makan karena adanya rongga antara oronasal. [8] Rongga ini membuat tekanan negatif tidak terbentuk sehingga kemampuan menghisap puting menurun. Selain itu rongga ini juga menyebabkan udara terlalu banyak masuk, regurgitasi nasal, meningkatnya frekuensi sendawa, dan memperlama waktu pemberian makan. [39] Seluruh hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. [8]
Hal ini dapat diatasi dengan memberi makan menggunakan botol khusus yang memiliki penutup celah palatum sehingga rongga oronasal tertutup. [39]
Gangguan pada Telinga
Gangguan pada otot tensor veli palatini akibat celah yang terbentuk berhubungan dengan gangguan pada telinga seperti disfungsi tuba eustasia, otitis media, dan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran sensorineural dapat terjadi jika disertai dengan kelainan genetik. [8]
Studi kohort retrospektif pada 86 anak dengan cleft palate menemukan bahwa 98% anak membutuhkan pemasangan tabung pada telinga akibat otitis media dengan cairan yang persisten disertai gangguan pendengaran konduktif pada usia 5 tahun. [40]
Gangguan Bicara
Gangguan bicara pada anak dengan cleft palate disebabkan oleh disfungsi velofaringeal sehingga suara nasal lebih dominan. Misartikulasi juga sering terjadi pada anak dengan bibir sumbing. Kelainan ini ditatalaksana dengan speech therapy pascaoperasi. [8]
Kelainan Gigi
Anak dengan sumbing memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kelainan gigi, seperti agenesis gigi, hiperdontia, dan morfologi ireguler dibandingkan anak tanpa bibir sumbing. [41]
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Kondisi OSA banyak ditemukan pada anak dengan malformasi kraniofasial. [42] Sekitar 32% anak dengan bibir sumbing dan/atau cleft palate mengalami OSA yang didiagnosis menggunakan kuesioner. [43]
Dampak Psikososial
Malformasi pada kraniofasial menyebabkan penampilan yang berbeda. Perbedaan penampilan ini memiliki dampak psikologikal bagi anak, terutama saat remaja dan dewasa. [44]
Prognosis
Berdasarkan studi kohort pada 2.337 anak dengan isolated cleft palate, mortalitas dan morbiditas pada kelompok tersebut lebih tinggi karena berkaitan dengan kelainan kongenital yang lebih banyak. Risiko mortalitas mencapai 3,4. Risiko morbiditas lain yang muncul berkaitan dengan disabilitas intelektual, gangguan dalam belajar, autisme, epilepsi, palsi serebral, gangguan ansietas, dan gangguan muskuloskeletal. [38]
Anak dengan bibir sumbing dapat memiliki pencapaian akademik (membaca, bahasa, matematika, dan pengetahuan sosial) yang lebih rendah dibandingkan anak tanpa bibir sumbing. Kebutuhan edukasi khusus juga lebih banyak ditemukan pada anak dengan bibir sumbing dibandingkan dengan anak normal (19,7% vs 12,9%). [45]