Epidemiologi Abses Paru
Belum ada laporan epidemiologi abses paru yang terstruktur untuk menggambarkan beban penyakit ini secara global. Sejumlah laporan penelitian terpisah yang dilakukan antara tahun 1920-2000 menunjukkan bahwa laju mortalitas akibat abses paru telah jauh menurun berkat penemuan berbagai golongan antibiotik dan bidang kedokteran di unit rawat intensif.
Global
Hingga kini belum ada penelitian sistematik yang mempelajari data epidemiologi abses paru. Laporan klasik dari Cutler dan Schlueter pada tahun 1926 memberikan gambaran yang cukup komprehensif tentang hubungan antara abses paru dengan karies dentis dan alkoholisme. Bahkan, pada tahun 1970an, abses paru primer hanya dilaporkan sebanyak 11 kasus per tahun pada sebuah sentra kardiotorasik tersier di Amerika Serikat. [7]
Pada tahun 1920-an, mortalitas kasus abses paru dilaporkan mencapai 75%. [10] Laju mortalitas ini menurun menjadi 20-35% seiring dengan dikenalnya drainase abses dan menjadi 8,7% dengan pemberian antibiotik. [2] Angka serupa (7%) juga dilaporkan pada sebuah studi di Taiwan yang dilakukan pada tahun 1996-2004. [11] Namun, sebuah studi di Jepang pada tahun 1994-2008 melaporkan mortalitas yang jauh lebih rendah yaitu 1%. Perbedaan angka ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik pasien, patogen, maupun obat-obatan yang digunakan. [8]
Indonesia
Data epidemiologi untuk penyakit abses paru di Indonesia belum tersedia.