Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Abses Paru general_alomedika 2022-02-08T11:18:12+07:00 2022-02-08T11:18:12+07:00
Abses Paru
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Abses Paru

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan abses paru meliputi penentuan situasi perawatan (rawat inap atau rawat jalan), pemilihan terapi antibiotik, pertimbangan tindakan pembedahan, dan rencana pemantauan di klinik rawat jalan.

Klinik Rawat Jalan atau Rawat Inap pada Penanganan Abses Paru

Peran klinik rawat jalan pada penanganan abses paru adalah sebagai tempat pemantauan respons pasien terhadap terapi antibiotik dan evaluasi komplikasi yang mungkin terjadi selama terapi. [6,14] Inisiasi terapi antibiotik biasanya dilakukan pada episode rawat inap khususnya bagi pasien dengan riwayat kegagalan respons antibiotik terhadap pneumonia, abses paru sekunder, maupun pasien dengan tampilan klinis septik atau sakit berat.[6]

Inisiasi terapi di  unit rawat inap juga lebih tepat direncanakan bagi pasien yang berisiko tidak patuh terhadap terapi antibiotik, mangkir selama pemantauan terapi, atau memiliki kondisi medis penyerta lainnya yang memerlukan rawat bersama dengan dokter spesialis lain.

Setelah kondisi pasien stabil dan berespons baik terhadap inisiasi antibiotik intravena, pasien dapat direncanakan untuk pemantauan lanjutan di klinik rawat jalan di bawah supervisi seorang dokter spesialis paru atau penyakit dalam.

Medikamentosa

Antibiotik merupakan terapi utama dalam penatalaksanaan kasus abses paru dan perlu disesuaikan dengan patogen penyebab yang ditemukan. Pada kasus di mana bakteri anaerob dipikirkan sebagai penyebabnya, maka clindamycin merupakan antibiotik pilihan utama dan terbukti lebih superior dibandingkan penicillin.

Penicillin dapat menjadi antibiotik lini kedua bila clindamycin tidak tersedia. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa bakteri anaerob seperti Bacteroides sp dan Fusobacterium sp resisten terhadap antibiotik golongan penicillin. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pemberian kombinasi penicillin dan asam klavulanat atau penicillin dan metronidazole. [2]

Penelitian terkini oleh Mohapatra et al menyarankan penggunaan antibiotik cephalosporin generasi ketiga dan metronidazole atau clindamycin. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan Klebsiella pneumoniae sebagai patogen tersering pada kasus abses paru dan jumlah kasus resistensi antibiotik yang meningkat. [9]

Antibiotik perlu diberikan secara intravena selama 5-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-21 hari. [2] Lama pemberian antibiotik bergantung pada perkembangan penyakit dan evaluasi klinis, radiologi, dan laboratorium. [2,30]

Selain antibiotik, drainase abses baik dengan fisioterapi atau drainase postural mungkin diperlukan. Jika drainase tersebut tidak dapat dilakukan, bronkoskopi perlu dipertimbangkan dengan tujuan untuk membuka bronkus yang tersumbat. [31]

Pembedahan

Tindakan pembedahan bukan modalitas utama dan tidak selalu diperlukan dalam penatalaksanaan abses paru. Tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan pada beberapa kondisi antara lain:

  • Abses paru dengan ukuran besar (> 6 cm)
  • Resistensi antibiotik
  • Perdarahan yang signifikan [30]

Tindakan pembedahan pada kasus abses paru dapat berupa drainase eksternal yang dilakukan melalui video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) atau torakotomi. Lobektomi perlu dipertimbangkan pada kasus abses paru dengan kerusakan jaringan yang luas.

Kasus abses paru lainnya yang mungkin membutuhkan intervensi pembedahan adalah pada abses paru yang disertai hemoptisis masif. Untuk menghentikan perdarahan, pembedahan atau embolisasi arteri bronkial perlu dipertimbangkan. [30]

Pemantauan di Rawat Jalan

Pemantauan di Unit Rawat Jalan terhadap pasien dengan abses paru dilakukan untuk melihat respons terapeutik. Perbaikan gejala klinis dan rontgen dada berkala menjadi data rutin yang dikumpulkan selama pemantauan respons pengobatan.

Umumnya, perbaikan infiltrat di sekitar abses tercapai dalam kurun waktu minimal 8 minggu sejak pengobatan. Gambaran rontgen dada mungkin terkesan memburuk dalam 2 minggu pertama pengobatan dan perbaikan gejala klinis biasanya selalu mendahului perbaikan pada gambaran radiologis. Dengan demikian, hal tersebut perlu disampaikan pada pasien saat melakukan pemantauan rawat jalan di poliklinik. [4,32]

Bila pasien mengalami demam persisten selama lebih dari 2 minggu, komplikasi dari abses paru patut dicurigai. Komplikasi ini dapat disebabkan oleh empiema, obstruksi akibat keganasan atau benda asing, infeksi oleh bakteri kebal antibiotik, maupun respons terapeutik yang inadekuat akibat luasnya kavitas. Pada kondisi semacam ini, pemeriksaan lanjutan seperti bronkoskopi, CT scan, dan kultur bakteri biasanya diperlukan untuk memastikan ada atau tidaknya komplikasi. [9,16,25]

Referensi

2. Kuhajda I, Zarogoulidis K, Tsirgogianni K, Tsavlis D, Kioumis I, Kosmidis C, et al. Lung abscess-etiology, diagnostic and treatment options. Ann Transl Med [Internet]. 2015;3(13):183. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26366400%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4543327
6. Yazbeck MF, Dahdel M, Kalra A, Browne AS, Pratter MR. Lung abscess: Update on microbiology and management. Am J Ther. 2014;21(3):217–21.
9. Mohapatra MM, Rajaram M, Mallick A. Clinical, Radiological and Bacteriological Profile of Lung Abscess - An Observational Hospital Based Study. Open Access Maced J Med Sci. 2018;6(9):1642–6.
14. Alsubie H, Fitzgerald DA. Lung abscess in children. J Pediatr Infect Dis. 2009;4(1):27–35.
16. Desai H, Agrawal A. Pulmonary emergencies: Pneumonia, acute respiratory distress syndrome, lung abscess, and empyema. Med Clin North Am [Internet]. 2012;96(6):1127–48. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.mcna.2012.08.007
25. Chandra D, Rose SR, Carter RB, Musher DM, Hamill RJ. Fluid-containing emphysematous bullae: A spectrum of illness. Eur Respir J. 2008;32(2):303–6.
30. Walters J, Foley N, Molyneux M. Pus in the thorax: Management of empyema and lung abscess. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care Pain. 2011;11(6):229–33.
31. Hagan JL, Hardy JD. Lung abscess revisited. A survey of 184 cases. Ann Surg. 1983;197(6):755–62.
32. Touray S, Martinez-Balzano C, Lee J, Tigas E, Kopec S. Lung Abscess: Patient Characteristics, Microbiology, and Determinants of Complete Radiographic Resolution as a Treatment Endpoint. Chest [Internet]. 2016 Oct;150(4):1237A. Available from: https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0012369216575485

Diagnosis Abses Paru
Prognosis Abses Paru

Artikel Terkait

  • Diagnosis Lesi Kavitas Pada Rontgen Toraks
    Diagnosis Lesi Kavitas Pada Rontgen Toraks
Diskusi Terbaru
dr. Budi Setiawan Lakukua
Hari ini, 16:47
Cyanocobalamin dan Methycobalamin pada neuralgia pasca herpetik
Oleh: dr. Budi Setiawan Lakukua
1 Balasan
Selamat sore, dok. Izin bertanya dok. Pada penderita penyakit neuralgia pasca herpetik dengan DM tipe 2, lebih efektif cyanocobalamin atau methycobalamin ya...
Anonymous
Hari ini, 13:44
Syarat Rekomendasi Spesialis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Salam sejawat di Alodokter, adakah teman-teman yang mau berbagi bagaimana pengalamannya mendapatkan Rekomendasi melanjut pendidikan spesialis dokter?...
dr.Azrie Izzatul Jannah
Hari ini, 10:57
Pasien dengan injury prone wound tetanus riwayat suntik antitetanus tahun 2017
Oleh: dr.Azrie Izzatul Jannah
1 Balasan
Apabila pernah suntik ATS pd thn 2017, jika thn 2022 mengalami kecelakaan yg menyebabkan adanya prone wound tetanus, anti tetanus apa yg baiknya diberikan?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.