Prognosis Abses Paru
Prognosis pasien dengan abses paru memiliki angka mortalitas 10-20%. Pengenalan gejala dan tanda sejumlah komplikasi abses paru seperti empiema, perdarahan paru masif, fistula bronkopleura, dan abses sistemik dapat membantu menurunkan risiko kematian.
Komplikasi
Abses paru dapat menimbulkan sejumlah komplikasi seperti empiema, perdarahan masif, fistula bronkopleura, dan abses sistemik. Namun, frekuensi komplikasi tersebut sudah sangat jarang sejak antibiotik ditemukan dan menjadi bagian dari terapi pada abses paru.
Empiema
Empiema ditandai oleh penumpukan cairan purulen di dalam rongga pleura. Komplikasi ini biasanya dialami oleh anak-anak dengan riwayat infeksi paru yang berlanjut dan disertai oleh distres pernapasan, demam, dan batuk. Pada gambaran rontgen dada, empiema dapat tampak sebagai infiltrat bilateral dengan perselubungan pada salah satu hemitoraks. Antibiotik intravena dosis tinggi masih menjadi terapi pilihan pada kasus empiema dan pada beberapa kasus proses penyembuhan dapat memerlukan tindakan pembedahan. [33]
Perdarahan Masif
Perdarahan masif merupakan komplikasi yang langka namun berpotensi fatal pada pasien dengan abses paru. Perdarahan terjadi ketika proses peradangan meluas hingga parenkim paru dan menyebabkan erosi pembuluh darah paru.
Mengingat jumlah perdarahan yang dilaporkan maupun terlihat saat pasien batuk darah tidak dapat dijadikan indikator dalam menentukan keparahan, setiap kejadian hemoptisis harus disikapi dengan serius dan perlu mempertimbangkan kemungkinan tindakan pembedahan. Selain itu, penempatan posisi tubuh pasien yang tepat ke sisi yang mengalami perdarahan dapat membantu mengurangi risiko kontaminasi darah ke paru kontralateral. [7]
Fistula Bronkopleura
Fistula bronkopleura (bronchopleural fistula/BPF) dibentuk oleh suatu hubungan antara rongga pleura dengan paru yang mengalami konsolidasi. BPF dapat menimbulkan piopneumotoraks dan tidak akan menutup selama infeksi belum teratasi. Dengan demikian, langkah konservatif berupa pemberian antibiotik dan pemasangan drainase dada dapat dipertimbangkan guna memberikan kesempatan bagi fistula untuk menutup. Jika langkah ini gagal, tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan agar dilakukan penutupan fistula secara primer atau penutupan rongga potensial dengan menggunakan jaringan hidup seperti flap otot. [35]
Abses Sistemik
Abses sistemik dapat menjadi penyulit ketika abses paru menyebabkan erosi pada cabang-cabang vena pulmonalis. Hal tersebut memungkinkan mikroorganisme penyebab abses paru menyebar secara embolik dan menginfeksi sejumlah organ seperti otak.
Embolisasi material septik semacam ini sangat langka disebabkan oleh abses paru dan lebih sering ditemukan pada pasien dengan endokarditis infektif atau emboli paradoks dengan pirau kanan-ke-kiri. Namun, pada pasien dengan manifestasi emboli septik yang tidak disertai adanya bukti endokarditis maupun pirau kanan-ke-kiri, abses paru perlu dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab dasar emboli. [8,36]
Prognosis
Mortalitas dapat terjadi pada 10-20% kasus abses paru. Selain itu, abses paru yang terjadi pada pasien lansia, malnutrisi, dan imunokompromais dilaporkan memiliki prognosis yang kurang baik. Beberapa faktor lainnya yang menentukan luaran dari kasus abses paru antara lain ukuran abses, lokasi, kadar albumin, kadar hemoglobin, dan infeksi bakteri tertentu (seperti, S. aureus, K. pneumoniae, dan P. aeruginosa). [6]